Mengenang sineas dan sastrawan Richard Oh dalam karya-karyanya

id richard oh,Sineas meninggal,berita sumsel, berita palembang, antara palembang

Mengenang sineas dan sastrawan Richard  Oh dalam karya-karyanya

Sineas Indonesia Richard Oh (Instagram/richard0h._)

Jakarta (ANTARA) - Sutradara, aktor, dan sastrawan Richard Oh menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis (7/4) malam dalam usia 62 tahun. 

Kabar tersebut datang dari sineas Joko Anwar melalui cuitan di Twitter. "Telah berpulang, sahabat baik, kokoh kita Richard Oh, Kamis 7 April, pukul 19.30. Kokoh, you are greatly missed," cuit Joko.

Kepergian Richard terbilang cukup mengagetkan karena begitu mendadak, mengingat ia sempat mengunggah sebuah video di akun Instagram-nya beberapa jam lalu.

Setelah disemayamkan di Rumah Duka Bintaro pada Kamis malam, jenazah Richard nantinya akan diterbangkan ke Banjarmasin untuk dimakamkan di sana.

Richard Oh lahir di Tebingtinggi, Sumatra Utara. Ia telah memiliki minat di dunia sastra dan seni sejak muda. Ia mengenyam pendidikan di bidang penulisan kreatif di Universitas Wisconsin, Madison, dan UC Berkeley. Sepulang dari Amerika, ia sempat bekerja di perusahaan periklanan.

Peristiwa Mei 1998 menjadi titik balik dalam kehidupan Richard untuk kembali ke minat semula, yakni menulis. Ia memiliki sejumlah novel yaitu "Pathfinders of Love" (1999), "Heart of the Night" (2000), dan "The Rainmaker's Daughter" (2004).

Richard merupakan sosok di balik berdirinya penerbit Metafora, Jurnal Prosa, dan Jakarta Review Book, serta merintis anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa (sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award) bersama Takeshi Ichiki.

Selain menulis buku dan aktif di dunia sastra, Richard juga lihai di dunia sinema. Ia menulis skenario dan menyutradarai sejumlah film yaitu "Koper" (2006), "Melancholy is a Movement" (2015) yang turut dibintangi Joko Anwar, "Terpana" (2016), "Perburuan" (2019), "Love is a Bird" (2019), dan "Menunggu Bunda" (2021).

Richard juga terlibat sebagai penulis skenario untuk film "Buya Hamka" yang disutradarai oleh Fajar Bustomi. Film ini direncanakan untuk rilis dalam waktu dekat.

Selain memukau di balik layar, Richard juga lihai dalam beraksi di depan kamera. Ia tampil sebagai aktor di cukup banyak film. Kredit aktor pertamanya tercatat di film "Cinta Setaman" (2008) sebagai seorang kameo.

Lebih lanjut, Richard turut membintangi "Rayya, Cahaya di Atas Cahaya" (2012). Di tahun 2013, ia tampil sebagai aktor di film "Mika", "Belenggu", dan "1000 Balon". Lalu pada 2014, ia membintangi "Sebelum Pagi Terulang Kembali" dan "Mantan Terindah".

Di tahun selanjutnya, Richard hadir di film "3 Dara". Pada 2016, ia berperan di "My Stupid Boss" garapan Upi Avianto, dan "Sundul Gan: The Story of Kaskus", lalu di susul di tahun berikutnya tampil di "Moon Cake Story" karya Garin Nugroho.

Pada tahun 2018, Richard membintangi film "Pai Kau" karya Sidi Saleh, "Yowis Ben" garapan Fajar Nugros dan Bayu Skak, dan "27 Steps of May" yang disutradarai oleh Ravi L. Bharwani.

Dua tahun terakhir, Richard tampil sebagai seorang aktor di film "Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi" (2020), "Yowis Ben 3" dan "Yowis Ben Finale" di tahun 2021 yang masih digarap oleh duo Fajar dan Bayu.