Banjarmasin (ANTARA) - Tanggal 5 Oktober menjadi hari spesial bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang memperingati hari lahirnya pada 5 Oktober 1945 berlatar sejarah munculnya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari embrio organisasi yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
76 tahun berlalu, TNI telah hadir mengawal negeri dengan beragam dinamika sejarah bangsa Indonesia mulai mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda hingga era reformasi saat ini.
Seiring kondusifitas keamanan dalam negeri dan minimnya ancaman dari luar yang bisa mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), peran TNI masa kini pun lebih dikedepankan dalam operasi militer selain perang.
Salah satunya pembinaan teritorial mewujudkan kemanunggalan TNI dan rakyat dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
TNI yang ada di seluruh penjuru nusantara hadir membantu tugas pemerintahan di daerah tanpa batas, mengabdi untuk rakyat demi masyarakat yang lebih sejahtera.
Bersinergi dengan semua stakeholder termasuk Polri dalam menjaga keamanan wilayah baik di darat, laut maupun udara sebagaimana tiga matra yaitu TNI AD, TNI AU, dan TNI AL.
Guru Besar Bidang Sosial dan Politik Universitas Lambung Mangkurat, Prof Dr H Budi Suryadi, mengatakan, sejarah Indonesia sudah membuktikan kehadiran TNI sangat penting dan selalu diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"TNI sangat berperan dalam mendorong dan menciptakan persatuan dan kesatuan negara dan masyarakat Indonesia," katanya.
Selain itu, TNI berperan penting dalam perubahan sosial di masyarakat Indonesia serta mampu beradaptasi dan bersama masyarakat mendorong dan menciptakan perubahan menuju pembangunan nasional maupun daerah.
Kemanunggalan TNI dan masyarakat ini merupakan ciri khas TNI sebagai bukti TNI berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
"Karena hanya dengan pengabdian, TNI dicintai rakyat," ucapnya.
Rakyat ibu kandung TNI
Sebagaimana tugas pokoknya, TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan. Meski demikian, dalam kehidupan sehari-hari, faktanya anggota TNI tak sebatas hanya melaksanakan tupoksinya tersebut.
TNI senantiasa hadir untuk rakyat, membela kepentingan rakyat demi tegaknya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Komandan Korem 102/Panju Panjung Kolonel Inf Yudianto Putrajaya menegaskan, rakyat adalah ibu kandung TNI.
"Jangan pernah ingkari kebersamaan itu untuk Indonesia maju," katanya.
Dalam komando kepemimpinannya, Putra, begitu biasa alumni Akmil 1993 ini disapa, selalu menekankan anggota TNI hanya bekerja untuk rakyat melalui program yang digulirkan pemerintah.
Seperti TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang tahun ini memasuki edisi ke-112, TNI bersama rakyat membangun infrastruktur mendukung kemajuan sektor ekonomi, budaya dan sosial masyarakat setempat.
"TNI milik rakyat, temuilah rakyatmu, hiduplah bersama mereka, mulailah dari apa yang mereka miliki. Teruslah gelorakan bakti TNI," ucapnya.
Putra juga menekankan anggotanya tak boleh bersikap arogan dan tak bersahabat dengan rakyat. Karena yang begitu, hanya merusak citra baik TNI yang sejatinya terus berupaya memberikan segalanya bagi
bangsa dan negara demi kepentingan rakyat.
Sinergitas TNI-Polri yang terjalin sangat baik selama inipun menurutnya patut dijaga. Rakyat akan merasa aman dan nyaman jika polisi dan tentara harmonis bersatu untuk melindungi masyarakat.
Roda pembangunan yang mendukung gerak laju sektor ekonomi apalagi di tengah badai pandemi, butuh stabilitas keamanan dan pertahanan negara yang kokoh.
"Kemanunggalan TNI-rakyat dan sinergitas TNI-Polri menjadi fondasi kebangkitan bangsa menuju Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh," kata dia.
Inovasi dan totalitas
Sebagai seorang prajurit TNI, dituntut bisa berinovasi tanpa merugikan tugas pokoknya. Namun justru mendukung peran serta TNI di tengah masyarakat.
Putra mengatakan satuan kewilayahan seperti Kodim dengan jajaran Koramil yang diperkuat para Bintara pembina desa (Babinsa) jadi ujung tombak TNI melayani rakyat.
Menurutnya, dibutuhkan inovasi dalam bekerja dan totalitas untuk mengabdi secara tulus ikhlas tanpa pamrih melalui semangat kemanunggalan TNI-rakyat.
Seperti jargon yang digelorakannya yaitu
Korem 102/Panju Panjung "Berkah" yang kependekan dari Bermartabat, elok, religius, kuat, amanah dan harmonis", Putra ingin harga diri TNI di jajarannya bisa berbuat yang terbaik bagi masyarakat di Kalimantan Tengah.
"Malu kita kalau tidak bisa berbuat apa-apa bagi masyarakat. Pastikan prajurit TNI hadir di saat rakyat membutuhkan," katanya.
Seperti pada masa pandemi COVID-19, TNI jadi penegak disiplin protokol kesehatan bersama Polri dan aparat pemerintah daerah.
Menurutnya, perang melawan COVID-19 hanya bisa dimenangkan jika semua bergotong royong melalui penerapan prokes dan hidup sehat.
Kemudian serbuan vaksinasi juga terus digencarkan. TNI membantu pemerintah daerah dalam akselerasi vaksinasi ke seluruh masyarakat di penjuru nusantara untuk mewujudkan kekebalan komunitas melindungi diri dari penularan COVID-19.
Sejalan dengan tema HUT ke-76 TNI yaitu "Bersatu, berjuang, kita pasti menang", Putra menegaskan bersatunya rakyat untuk berjuang bersama-sama maka peperangan melawan pandemi pasti bisa dimenangkan.
"Jangan pernah lelah untuk berbuat baik. Cukup pakai maskermu, maka kebaikan telah dilakukan karena menyelamatkan diri dan orang lain dari penularan COVID-19," tegasnya.