Keterisian rs rawat pasien COVID-19 di Sumsel 44 persen
Sumatera Selatan (ANTARA) - Keterisian rumah sakit yang merawat pasien COVID-19 di Sumatera Selatan mencapai 44 persen per Rabu, persentase ini paling rendah bila dibandingkan empat pekan lalu yang mengalami eskalasi mengkhawatirkan mencapai 98 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Lesty Nurainy di Palembang, Rabu mengatakan, secara berangsur-anggsur keterisian rumah sakit mulai menurun beriringan dengan kasus konfirmasi positif COVID-19 juga menurun.
Per Juli sampai awal Agustus rata-rata perhari kasus konfirmasi positif COVID-19 kumulatif dari 17 kabupaten/kota bisa mencapai 1.000 – 1.800 kasus perhari. Lalu pada Selasa (17/8), pihaknya mencatat sudah melandai hanya sebanyak 237 kasus.
“Jadi jumlah kasus ini (penurunan) mempengaruhi keterisian rumah sakit (Bad Occupancy Ratio) semakin membaik kondisi nya saat ini,” kata dia.
Angka keterisian tersebut didapat dari 33 rumah sakit yang tersebar di Sumatera Selatan yang menyediakan fasilitas ruang ICU dan Isolasi untuk pasien COVID-19.
Masing-masing untuk Kota Palembang ada 18 rumah sakit menyediakan 109 ruang ICU, Lubuk Linggau 13 ruangan, Prabumulih 16 ruangan.
Lalu Kabupaten Banyuasin 11 ruangan, Lahat tiga ruangan, Muara Enim 10 ruangan, Musi Banyuasin lima ruangan, Ogan Komering Ilir empat ruangan, dan Ogan Komering Ulu 10 ruangan dan total untuk fasilitas isolasi ada 2.751 ruangan.
“Total 44 persen atau 1.276 ruang yang terpakai dari 2.933 yang tersedia,”ujarnya.
Menurutnya, kondisi penyebaran COVID-19 di Sumatera Selatan terus membaik ditandai dengan kasus sembuh juga bertambah cukup signifikan yakni 497 kasus dengan total menjadi 44.568.
Jumlah kasus sembuh meningkat bila dibandingkan dengan dua pekan terakhir pasien sembuh dari COVID-19 rata-rata hanya 40-180 orang.
Termasuk saat ini ada peningkatan jumlah pemeriksaan sampel PCR yang dilakukan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yakni dari 1.000 sampel jadi 3.000 sampel.
“Pemeriksaan sampel berlangsung cepat dan tidak ada pengendapan angka pun menyusut,”imbuhnya.
Namun yang perlu diseriusi dalam penanggulangan COVID-19 saat ini ialah menekan angka kasus kematian. Lantaran, kematian akibat COVID-19 bertambah 25 orang sehingga total mencapai 2.603 orang.
Ikhwal kematian ini, menurutnya, mayoritas disebabkan oleh penyakit bawaan atau komorbid yang diidab pasien seperti misalnya penyakit jantung, paru-paru, diabetes melitus atau semacamnya sehingga penanganan akan semakin sulit.
“Jadi meskipun melandai, prokes tetap dijalankan bila sudah terpapar akan semakin beresiko terhadap orang tersebut,” tandasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Lesty Nurainy di Palembang, Rabu mengatakan, secara berangsur-anggsur keterisian rumah sakit mulai menurun beriringan dengan kasus konfirmasi positif COVID-19 juga menurun.
Per Juli sampai awal Agustus rata-rata perhari kasus konfirmasi positif COVID-19 kumulatif dari 17 kabupaten/kota bisa mencapai 1.000 – 1.800 kasus perhari. Lalu pada Selasa (17/8), pihaknya mencatat sudah melandai hanya sebanyak 237 kasus.
“Jadi jumlah kasus ini (penurunan) mempengaruhi keterisian rumah sakit (Bad Occupancy Ratio) semakin membaik kondisi nya saat ini,” kata dia.
Angka keterisian tersebut didapat dari 33 rumah sakit yang tersebar di Sumatera Selatan yang menyediakan fasilitas ruang ICU dan Isolasi untuk pasien COVID-19.
Masing-masing untuk Kota Palembang ada 18 rumah sakit menyediakan 109 ruang ICU, Lubuk Linggau 13 ruangan, Prabumulih 16 ruangan.
Lalu Kabupaten Banyuasin 11 ruangan, Lahat tiga ruangan, Muara Enim 10 ruangan, Musi Banyuasin lima ruangan, Ogan Komering Ilir empat ruangan, dan Ogan Komering Ulu 10 ruangan dan total untuk fasilitas isolasi ada 2.751 ruangan.
“Total 44 persen atau 1.276 ruang yang terpakai dari 2.933 yang tersedia,”ujarnya.
Menurutnya, kondisi penyebaran COVID-19 di Sumatera Selatan terus membaik ditandai dengan kasus sembuh juga bertambah cukup signifikan yakni 497 kasus dengan total menjadi 44.568.
Jumlah kasus sembuh meningkat bila dibandingkan dengan dua pekan terakhir pasien sembuh dari COVID-19 rata-rata hanya 40-180 orang.
Termasuk saat ini ada peningkatan jumlah pemeriksaan sampel PCR yang dilakukan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yakni dari 1.000 sampel jadi 3.000 sampel.
“Pemeriksaan sampel berlangsung cepat dan tidak ada pengendapan angka pun menyusut,”imbuhnya.
Namun yang perlu diseriusi dalam penanggulangan COVID-19 saat ini ialah menekan angka kasus kematian. Lantaran, kematian akibat COVID-19 bertambah 25 orang sehingga total mencapai 2.603 orang.
Ikhwal kematian ini, menurutnya, mayoritas disebabkan oleh penyakit bawaan atau komorbid yang diidab pasien seperti misalnya penyakit jantung, paru-paru, diabetes melitus atau semacamnya sehingga penanganan akan semakin sulit.
“Jadi meskipun melandai, prokes tetap dijalankan bila sudah terpapar akan semakin beresiko terhadap orang tersebut,” tandasnya.