Kadinkes Sumsel terlibat dalam pemberian dana hibah Rp2 triliun

id Kepala dinas kesehatan sumsel terlibat dana hibah akidi Tio rp2 triliun, kadinkes siap jadi saksi dana hibah, polda Sumatera Selatan,Gubernur Sumatera

Kadinkes Sumsel terlibat dalam pemberian dana hibah Rp2 triliun

Kepala dinas kesehatan provinsi Sumatera Selatan Lesty Nurainy saat dibincangi awak media, Kamis (5/8/2021) (ANTARA/M Riezko Bima Elko P/21)

Sebagai wujud pertanggung jawaban apabila memang diperlukan untuk dimintai keterangan ia siap hadir sebagai saksi

Sumatera Selatan (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy di Palembang, Kamis, mengakui dirinya ikut terlibat dalam rencana pemberian dana hibah penanggulangan COVID-19 senilai Rp2 triliun dari almarhum Akidi Tio (warga asal Langsa, Aceh Timur, Provinsi Aceh).

Menurutnya, dalam kegiatan tersebut ia menjadi penghubung komunikasi antara dr Hardi Darmawan (dokter keluarga almarhum Akidi Tio) dengan Kapolda Sumsel Inspektur Jendral Polisi Eko Indra Heri, yakni dengan memberikan nomor telepon pribadi kapolda kepada dr Hardi Darmawan.

"Jumat (23/7) dr Hardi Darmawan menghubungi saya dari pesan singkat minta nomor Kapolda, lalu seizin kapolda saya berikan nomornya. Setelah itu, keduanya terlibat dalam pembahasan dan inisiasi pemberian dana hibah dari almarhum Akidi Tio tersebut," kata dia.

Ia menjelaskan, sambutan yang diberikan kapolda saat mendengar adanya inisiasi pemberian dana dari keluarga almarhum Akidi Tio cukup hangat.

Sebab selain diperuntukkan untuk misi kemanusiaan penanggulangan COVID-19 yang memang sedang difokuskan, di sisi lain ia juga mengenal baik keluarga tersebut.

"Apalagi yang memfasilitasi misi kemanusiaan itu saya dan dr Hardi seorang tenaga kesehatan senior di sini, jadi sudah sama - sama percaya," ujarnya.

Hingga akhirnya pada Senin (26/7) ia diundang untuk menyaksikan seremoni penyerahan dana hibah senilai Rp2 triliun dari pihak keluarga almarhum Akidi Tio yaitu anak perempuan bernama Heryanti dan dr Hardi Darmawan kepada Kapolda di gedung promoter Markas Polda Sumatera Selatan.

Dalam acara tersebut hadir Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru dan segenap unsur forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda) termasuk pemuka adat lintas agama.

"Semua menyambut baik karena memang semua baik-baik saja dan prosesi berjalan lancar," imbuhnya.

Namun, ia tidak menyangka setelah jatuh tempo pencairan beberapa waktu setelah seremoni tepatnya pada Senin (2/8), uang senilai Rp2 triliun itu sama sekali tidak ada kejelasan bahkan hingga berbuntut panjang sampai melibatkan Mabes Polri turun tangan untuk melakukan investigasi lanjutan kepada kapolda dan jajaran.

Atas kejadian ini menjadi pelajaran bagi mereka selaku pihak pemerintah, yang mana tidak membahas secara spesifik mengenai hal teknis seperti kapan pemberian uang akan dilakukan, verifikasi kebenaran uang yang akan diberikan atau semacamnya melainkan hanya sebatas kepercayaan individual saja.

"Kami semua sudah saling mengenal, tapi justru itu jadi masalah," ujarnya.

Sebagai wujud pertanggung jawaban apabila memang diperlukan untuk dimintai keterangan ia siap hadir sebagai saksi.

"Dalam hal ini saya siap menjadi saksi, yang pasti saya tidak kenal sama Heryanti anak Almarhum Akidi Tio. Saya kenal hanya dr Hardi Darmawan," tandasnya.

Kapolda minta maaf

Sebelumnya, Kepala Polisi Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jendral Polisi Eko Indra Heri menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada seluruh masyarakat ihwal dana hibah Rp2 triliun dari almarhum Akidi Tio (Warga asal Langsa, Aceh Timur, Provinsi Aceh) yang belum jelas keberadaanya hingga menimbulkan kegaduhan.

Menurutnya, kegaduhan dana hibah tersebut bermula saat itu dirinya dihubungi Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy dan dokter keluarga almarhum Akidi Tio, Hardi Darmawan di rumah dinasnya, Jumat (23/7), untuk membicarakan pemberian donasi.

"Saat itu saya sebagai Kapolda hanya dipercayakan untuk menyalurkan bantuan dan uangnya diminta untuk dikawal secara transparan ," ungkap dia.

Namun karena menaruh kepercayaan terhadap inisiasi kemanusiaan tersebut lantas tidak terlalu mendalami kepastiannya, sebab sudah diyakini uang tersebut tinggal proses pencairannya saja.

Hingga akhirnya sampai saat ini uang tersebut masih belum jelas keberadaannya dan berujung kepelikan bagi kedua bela pihak.

Ia menjelaskan, sama sekali tidak mengenal anak perempuan almarhum Akidi Tio yang bernama Heryanti melainkan hanya mengenal ayahnya dan anak sulungnya yang bernama Johan saja.

"Saya hanya kenal dengan Akidi Tio saat di Palembang dan Johan saat saya bertugas di Aceh Timur, sedangkan Heriyanti saya sama sekali tidak kenal dia," tandasnya.

Saat ini Kapolda Inspektur Jendral Polisi Eko Indra Heri sedang diperiksa oleh tim pengawasan dan pemeriksaan khusus (Wasriksus) Markas Besar Polri ihwal dana hibah Rp2 triliun dari almarhum Akidi Tio.

Berdasarkan informasi di lapangan, Agenda Wasriksus tersebut dipimpin oleh Inspektur Jendral Polisi Agung Wicaksono, Irwil V Brigadir Jendral Polisi Hotman Simatupang, Komisaris Besar Polisi Agus Syaiful dan Komiasaris Besar Polisi Heri Purwoko.

Mereka berangkat dari Jakarta pada pukul 13.45 WIB menggunakan transportasi pesawat dan diagendakan tiba pukul 15.00 WIB di Markas Polda Sumsel, Palembang, Kamis, untuk agenda audit investigasi (pendalaman).

Kapolda Inspektur Jendral Polisi Eko Indra Heri didampingi oleh Direktur Intelijen dan keamanan Komisaris Besar Polisi Ratno Kuncoro.

Lalu Direktur Reserse Kriminal Umum, Komisaris Besar Polisi Hisar Siallagan, Kepala Bidang Propam Komisaris Besar Polisi Dedi Sofiandi dan Kepala Bidang Humas Komisaris Besar Polisi Supriyadi.