Sumsel operasikan pesawat pembom air atasi karhutla

id sumsel,karhutla,karhutla sumsel,tmc sumsel,kebakaran hutan dan lahan,lanud smh palembang

Sumsel operasikan pesawat pembom air atasi karhutla

Personel TNI AU memasukkan garam ke pesawat untuk kegiatan TMC di Palembang, Kamis (10/6). (ANTARA/Nova Wahyudi/21)

Palembang (ANTARA) - Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan mengoperasikan pesawat pembom air (waterbombing) untuk memadamkan titik api di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Kepala Satgas Udara/Komandan Pangkalan TNI AU Sri Mulyono Herlambang (SMH), Kolonel Pnb Hernawan Widhianto, di Palembang, Jumat, mengatakan kegiatan waterbombing tersebut sudah dilakukan dua kali di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pada Selasa (7/6).

“Kami menggunakan dua pesawat Rusia jenis Heli M1 untuk memadamkan api,” kata Hernawan.

Ia mengatakan sejauh ini terdapat dua unit pesawat pembom air yang berstatus siaga di Lanud SMH Palembang.

Namun, katanya, penambahan unit pesawat dapat dilakukan tergantung dengan kebutuhan dan kondisi terkini yang terjadi dalam penanganan karhutla.

Selain mengawal kegiatan pemadaman langsung melalui udara, Satgas Udara Karhutla Sumsel  menjalankan program Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sejak Kamis (10/6) hingga 15 hari mendatang.

Kegiatan menyemai garam di awan yang berpotensi hujan ini dilakukan di udara Sumsel hingga Jambi.

Setidaknya 10 ton garam sudah berada di gudang Posko Karhutla Lanud SMH untuk mendukung program TMC yang dipimpin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Untuk itu, Satgas Udara menyiapkan satu unit pesawat Cassa C212 yang didatangkan dari Lanud Abdul Rachman Saleh berserta 11 personel.

“Kami siapkan 11 kru yang terdiri atas pilot-pilot berpengalaman yang biasa melakukan TMC dan mengoperasikan pesawat intai,” kata Hernawan.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Maret 2021 atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk lebih memaksimalkan mitigasi.

BMKG memperkirakan Sumsel akan memasuki puncak kemarau pada Agustus hingga Oktober 2021, sementara pada Juli 2021 sudah memasuki periode transisi dengan ditandai bertambahnya hari tanpa hujan.