Jakarta (ANTARA) - Teknologi komputasi awan atau cloud computing bisa membantu bisnis untuk menjadi lebih tangkas dan adaptif menghadapi perubahan di masa pandemi ini.
"Lebih tangkas, adaptif dan sesuai dengan kebutuhan," kata Ketua Umum Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI), Alex Budiyanto, kepada ANTARA, Senin.
Teknologi komputasi awan, meski terkesan rumit, semakin populer dan sering digunakan di masa pandemi ini, sesuai anjuran pemerintah, untuk mengurangi aktivitas di luar rumah demi mengurangi penyebaran COVID-19.
Contoh adopsi cloud yang paling terlihat adalah penggunaan perangkat kolaboratif (collaborative tools) untuk belajar atau bekerja dari jarak jauh, termasuk aplikasi konferensi video seperti Zoom dan kelas virtual seperti Google Classroom.
Adopsi cloud bisa membantu belanja perusahaan, khususnya dari segi belanja modal atau capital expenditure.
Ketika membangun bisnis online, bisnis perlu berinvetasi di awal untuk membeli perangkat keras maupun perangkat lunak. Jika tidak mengadopsi cloud, pengeluaran tersebut akan termasuk ke dalam belanja modal.
Ketika mengadopsi cloud, biaya yang dikeluarkan adalah biaya sewa untuk perangkat keras dan perangkat lunak, yang diyakini bisa menekan investasi di awal.
Operasional teknis untuk teknologi komputasi awan akan dijalankan oleh penyedia jasa solusi cloud sehingga pelaku bisnis tidak perlu mengalokasikan tim khusus, terutama jika sumber daya manusia terbatas, seperti yang dijumpai di usaha mikro, kecil dan menengah.
"Dengan cloud, aksesibilitas dijamin oleh pihak lain," kata Alex.
Laporan Cloud Hybrid 2021 dari perusahaan teknologi NTT menunjukkan 60,3 persen organisasi di Asia Pasifik sudah atau sedang menguji coba menggunakan solusi komputasi awan campuran atau cloud hybrid.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa 90 persen pelaku bisnis di Asia Pasifik berpendapat pandemi memaksa mereka untuk lebih banyak mengandalkan teknologi di banding tahun-tahun sebelumnya.