Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata mengungkapkan KPK tak pernah memberikan status "justice collaborator" (JC) terhadap mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin melainkan sebagai "whistleblower".
"KPK tidak pernah beri JC tetapi dalam beberapa pemeriksaan, KPK beri surat yang bersangkutan kerja samanya untuk membuka kasus yang lain. Kemudian dia bertindak bukan sebagai JC tetapi 'whistleblower'," kata Alex di Gedung KPK, Jakarta, Selasa.
Alex mengatakan kerja sama dengan Nazaruddin, salah satunya dalam penanganan kasus korupsi pengadaan paket penerapan KTP elektronik (KTP-e).
"Seperti KTP-e, misalnya, itu lah kami beri surat untuk KTP-e tetapi untuk kasus dia sendiri, KPK tidak pernah beri status sebagai JC," ujar Alex.
Sebelumnya, Komisioner KPK 2015-2019 Saut Situmorang juga membenarkan pimpinan KPK saat itu tidak pernah menerbitkan surat ketetapan JC kepada Nazaruddin.
"Pada 9 Juni dan 21 Juni 2017, KPK menerbitkan surat keterangan bekerja sama untuk M Nazaruddin (bukan JC) karena yang bersangkutan sejak proses penyidikan, penuntutan, dan di persidangan telah mengungkap perkara korupsi," ucap Saut saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (18/6).
"Justice collaborator" adalah pelaku kejahatan yang bekerja sama dengan penegak hukum.
"Jadi yang diberikan surat keterangan bekerja sama. Bedanya JC diberikan KPK saat proses hukum masih berjalan dan saat akan diputuskan oleh Majelis Hakim," ungkap Saut.
Sementara, kata dia, surat keterangan bekerja sama diberikan KPK saat perkara hukum yang menjerat Nazaruddin telah berkekuatan hukum tetap atau inkracht.
Untuk diketahui, Nazaruddin telah keluar dari Lapas Klas I Sukamiskin, Bandung pada Minggu (14/6) setelah memperoleh hak cuti menjelang bebas.
Nazaruddin sebelumnya dalam perkara korupsi wisma atlet telah divonis penjara selama 7 tahun sedangkan perkara yang kedua, yaitu suap dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan vonis hukuman penjara selama 6 tahun.
Untuk diketahui, dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04 Tahun 2011 terdapat pedoman-pedoman yang harus ditaati dalam penanganan kasus yang melibatkan pelapor tindak pidana (whistleblower).
Pertama, yang bersangkutan merupakan pihak yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana tertentu sebagaimana dimaksud dalam SEMA ini dan bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
Kedua, apabila pelapor tindak pidana dilaporkan pula oleh terlapor maka penanganan perkara atas laporan yang disampaikan oleh pelapor tindak pidana didahulukan dibanding laporan dari terlapor.
Berita Terkait
Dirjen ungkap rapat Kemensos di Labuan Bajo hadirkan artis Cita Citata
Senin, 10 Mei 2021 19:43 Wib
Dirjen: Baru Rp5 miliar balik dari kemahalan bayar bansos Rp74 miliar
Senin, 10 Mei 2021 15:52 Wib
Jaksa KPK cecar Dirjen Kemenspos terkait istilah "bina lingkungan"
Kamis, 4 Maret 2021 10:04 Wib
KPK dalami dugaan Dirjen Linjamsos turut terima aliran suap bansos
Selasa, 26 Januari 2021 10:52 Wib
KPK dalami penunjukan vendor bansos dari pemeriksaan Dirjen Linjamsos
Selasa, 22 Desember 2020 10:15 Wib
Nazaruddin mengaku akan bangun pesantren dan masjid setelah bebas
Kamis, 13 Agustus 2020 12:24 Wib
Ditjen PAS terima surat keterangan KPK untuk Nazaruddin dikategorikan "justice collaborator"
Kamis, 18 Juni 2020 14:20 Wib
Sebelum keluar Lapas ternyata Nazaruddin sudah lunasi denda Rp1,3 miliar
Rabu, 17 Juni 2020 17:15 Wib