Pulau Punjung (ANTARA) - Gitaris grup band Gigi, Dewa Budjana tertarik untuk mengetahui sejarah di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar) lebih dalam karena dinilai memiliki kekayaan dan keunikan tersendiri.
"Saya sering ke Sumatera Barat, khususnya Padang dan beberapa daerah lainnya, cuma ke Dharmasraya baru kali ini, pas pertama mendengar nama Dharmasraya aja sudah unik," katanya di Pulau Punjung, Minggu.
Menurut dia, Dharmasraya memiliki perbedaan tersendiri dari daerah yang ada di Sumbar, seperti halnya keberadaan situs-situs sejarah yang ada di daerah itu.
Berada selama tiga hari di Dharmasraya, kata dia selain menghibur ia juga mengaku penasaran untuk melihat situs-situs sejarah di Dharmasraya secara langsung, lalu berdiskusi bersama penggiat budaya.
Selain itu ia juga mengagumi alam Sumatera Barat kerena dikelilingi perbukitan yang indah, seperti yang dilihat saat perjalanan dari Padang menuju Kabupaten Dharmasraya dengan menempuh jarak kurang lebih 200 kilometer.
Begitu juga dengan kulinernya, kata dia, meskipun tidak memiliki menu masakan Padang secara spesifik namun tetap gemar memakan masakan Padang meskipun saat tidak di Padang sekalipun
"Masakan Padang enak, malahan saya sering dapat masakan Padang saat di Medan. Cuman kalau ke Padang belum pernah diajak ke restoran khusus masakan Padang di Padang itu, tapi nanti pasti dicoba," katanya.
Dewa Budjana bersama Komposer Purwacaraka, dan Vokalis Tri Utami, dijadwalkan akan menampilkan suguhan Sound Of Borobudur saat malam puncak HUT Kabupaten Dharmasraya ke-16, di Komplek Candi Pandang Roco pada Senin (6/1) malam.
Produser Sound Of Bororobudur, Purwacaraka, mengatakan, sebayak 13 pemain akan tampil menggukan alat musik hasil replika dari apa yang terpahat pada relief Candi Borobudur, ditambah vokalis Tri Utami.
Sementara, Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan, mengatakan dipilihnya Sound Of Borobudur sebagai pengisi acara puncak Festival Pamalayu dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Dharmasraya kerena ada kesamaan semangat dalam menggali sejarah kebudayaan.
"Apa yang akan ditampilkan oleh Mas Budjana, Mbak Tri, dan Mas Purwa nanti akan memiliki nilai sejarah dan budayanya yang tinggi, karena mereka menggunakan alat musik masa lalu," katanya.
Menurut dia semangat Sound Of Borobudur dalam menggali sejarah juga sejalan dengan rangkaian Festival Pamalayu yang sudah digelar sejak Agustus 2019.
"Misalnya ada seminar PDRI berapa waktu lalu, pameran Artefak, penelitian, pentas sini tradisional jawa, minang, medan, dan kegiatan kebudayaan, dan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan yang digelar ini merupakan semangat dalam upaya meluruskan sejarah yang ada Dharmasraya," katanya.