Palembang (ANTARA) - BUMN PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) menargetkan mulai meraup laba dalam bisnis perkebunan pada 2021 setelah terus mengalami kerugian sejak 2014.
Direktur Komersil PTPN VII (Persero) Achmad Sudarto di Palembang, Rabu, mengatakan perusahaan belum berani menargetkan untung pada 2020 karena kondisi harga CPO (crude palm oil) yang trennya terus menurun.
“Target kami sebenarnya tahun 2020, tapi grafik harga sawit terus turun, jadi seperti tahun 2021 baru bisa untung,” kata dia.
Di tengah kondisi ini, Sudarto mengatakan perusahaan memutar otak untuk tetap bertahan sembari terus memacu kinerja keuangan perusahaan.
Salah satunya, kata dia, perusahaan melakukan revitalisasi aset dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
“Intinya kami ingin mengurangi defisit cashflow dulu, kami juga melakukan efisiensi tetapi tetap gaji karyawan kami bayar tepat waktu,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PTPN VII Muhammad Hanugroho dalam kesempatan yang sama menambahkan, problem utama perusahaannya saat ini adalah masalah keuangan karena perseroan masih memiliki utang Rp12 triliun. Utang masa lalu PTPN VII itu digunakan perusahaan untuk investasi yang cukup masif sepanjang kurun 2008—2014.
“Kami melakukan peremajaan sawit, karet, termasuk ada beberapa investasi di pabrik gula untuk revitialisasi. Memang tanaman yang direplanting banyak, tetapi saat itu tidak bisa menutupi jumlah investasi,” kata dia.
Hanugroho menjelaskan utang yang ditanggung perusahaan tidak hanya bersumber dari perbankan, melainkan juga utang kepada supplier atau mitra kerja perusahaan yang beroperasi di Sumsel, Lampung dan Bengkulu itu.
Menurut dia, restrukturisasi utang sudah dilakukan PTPN VII sebanyak tiga kali, terhitung dari 2016—2018. “Kami punya utang tidak hanya perbankan, tapi juga supplier, itu juga restrukturisasi,” kata dia.
Ia mengatakan pihaknya menargetkan dapat berada di posisi recovery keuangan sekitar 2 tahun hingga 3 tahun ke depan. Seperti diketahui, perusahaan perkebunan pelat merah itu memiliki bisnis di empat komoditas, yakni kelapa sawit, karet, tebu dan teh. Adapun kelapa sawit menjadi backbone perusahaan tersebut.
“Dengan catatan sepanjang usulan yang kami ajukan ke pemegang saham disetujui. Ada beberapa program rescue yang telah kami susun tetapi saya belum bisa paparkan sekarang,” kata dia.
Berita Terkait
Kebun Cinta Manis siap pasok tebu berkualitas
Rabu, 17 April 2024 10:54 Wib
Kementan antisipasi ganoderma pada tanaman sawit
Rabu, 31 Januari 2024 13:41 Wib
Kawanan gajah liar rusak perkebunan warga di Lampung Barat
Rabu, 17 Januari 2024 14:27 Wib
Polisi selidiki kematian petani Aceh Barat Daya di kebun kelapa sawit
Jumat, 12 Januari 2024 9:56 Wib
Bupati OKU optimistis budi daya cabai bisa tekan inflasi
Rabu, 10 Januari 2024 20:19 Wib
Beruang madu rusak perkebunan tebu di Marambuang Agam
Jumat, 22 Desember 2023 17:11 Wib
Sumsel ekspor komoditas perkebunan dan perikanan
Sabtu, 9 Desember 2023 10:33 Wib
Banyuasin jadi pionir pengelolaan sawit di Sumsel
Rabu, 22 November 2023 15:21 Wib