Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Asteroid kian sering menghantam Bumi. Tabrakan itu meningkat hingga tiga kali lipat selama 290 juta tahun terakhir, menurut sebuah studi University of Southampton.
Alasan peningkatan ini tidak diketahui tetapi diperkirakan terkait dengan tabrakan yang lebih besar yang terjadi lebih dari 290 juta tahun yang lalu di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter.
William Bottke, penulis studi sekaligus Direktur Studi Ruang Angkasa di Southwest Research Institute, membahas skala kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh serangan asteroid di Bumi.
"Kehancuran sebenarnya bisa sangat besar. Untungnya, peluang terjadinya itu cukup rendah tetapi bukan nol dan itulah sebabnya penting untuk dapat menemukan objek-objek ini," kata Bottke, express.co.uk, Sabtu (2/2).
Studi itu muncul setelah sebuah asteroid, yang dijuluki oleh NASA Asteroid 2019 BW1, mendekat ke "Jarak Dekat Bumi".
Asteroid itu disebut melaju kencang melewati Bumi pada sore hari Sabtu ketika mencapai jarak terdekatnya ke Bumi. Pelacak asteroid NASA di Jet Propulsion Laboratory (JPL) menyebut tabrakan terjadi pada 4.22 sore waktu setempat pada hari Sabtu, 2 Februari. JPL pertama kali mengamati asteroid itu pada 25 Januari 2019.
Ukurannya disebut delapan kali panjangnya bus double-decker London dan 30 kali lebih panjang dari tempat tidur Queen.
Asteroid yang jauh lebih kecil saja dulu menyebabkan kerusakan besar saat menghantam Bumi.
Contohnya adalah Meteor Chelyabinsk 2013, yang meledak di Oblast Chelyabinsk di Rusia enam tahun lalu.
Batuan selebar 65,6 kaki (20m) itu tetap tidak terdeteksi karena terlontar langsung ke Bumi dari arah Matahari.
Meteor Chelyabinsk meledak di udara di atas Rusia dengan kekuatan 30 kali dari bom nuklir Hiroshima.
Lebih dari 1.500 orang terluka dan lebih dari 7.000 bangunan rusak akibat ledakan udara.
"Insiden Chelyabinsk menarik perhatian luas terhadap apa yang perlu dilakukan untuk mendeteksi asteroid yang bahkan lebih besar sebelum mereka menyerang planet kita," kata Pejabat Pertahanan Planet NASA Lindley Johnson.
Tapi Asteroid BW1 tidak diprediksi untuk mendekati bumi - melainkan dijuluki sebagai "Objek Dekat-Bumi" (NEOs).
NEO adalah komet dan asteroid pada lintasan orbit, yang membuatnya sangat dekat dengan Bumi.
Berita Terkait
BMKG: Gempa M7,5 dan tsunami di Vanuatu tidak berdampak ke Indonesia
Selasa, 17 Desember 2024 12:37 Wib
Pertamina sumbang PBB dan BPHTB terbesar di Kota Palembang
Jumat, 13 Desember 2024 8:00 Wib
PT Bumi Mekar Hijau dan Desa Kuala Sungai Jeruju produktifkan lahan
Senin, 9 Desember 2024 8:40 Wib
PT Bumi Andalas Permai dukung pembangunan jalan Titian Bertiang di Desa Simpang Tiga Jaya
Jumat, 6 Desember 2024 14:40 Wib
SAR Palembang latih personel teknik penanganan dampak megathrust
Selasa, 26 November 2024 16:04 Wib
BPBD: Tiga kali gempa di OKU tidak berdampak kerusakan
Senin, 25 November 2024 12:48 Wib
ESDMupayakan pangkas izin sektor energi panas bumi jadi lima hari
Selasa, 19 November 2024 14:10 Wib
Cegah Karhutla, tiga perusahaan di OKI tingkatkan kapasitas tim penanggulangan kebakaran
Rabu, 13 November 2024 19:51 Wib