Unsri gelar seminar mikrobiologi internasional
Palembang (Antarasumsel.com) - Universitas Sriwijaya untuk kali pertama menggelar seminar internasional bidang mikrobiologi dengan mendatangkan dua profesor dari Belanda dan Jerman di Palembang, 14-15 November 2017.
Ketua pelaksana kegiatan DR Mulawarman, Selasa, mengatakan, bukan hanya kali pertama di Unsri, seminar internasional bidang mikrobiologi ini sejatinya menjadi yang pertama di Indonesia.
"Ada dua profesor dari luar negeri yang datang, yakni Prof Ellen E Stobberingh dari Universitas Maastricht Belanda dan Prof Philip Wiedemann dari Universitas Mannheim Jerman, selain itu ada juga Prof Irfan dari UGM, Prof M Zainuri dari Undip, Prof Sharr Azmi Harmin dari Universitas Selangor Malaysia," kata dia.
Seminar yang mengangkat tema "Optimising Microbe Utilization for Human Welfare" atau Mengoptimalkan Pemanfaatan Mikroba untuk Kesejahteraan Manusia ini mempresentasekan sebanyak 155 hasil penelitian di bidang mikrobiologi.
Ia mengatakan seminar ini masuk kategori internasional karena banyak hal penting berkaitan dengan manfaat mikroba di dalam kehidupan manusia, seperti di bidang kesehatan, pangan, industri, dan lainnya.
"Warga Sumsel sudah sangat akrab sekali dengan pemanfaatan mikroba ini untuk makanan-makanan yang dipermentasikan seperti bekasam, rusip dan lainnya. Bisa jadi di dalam pertemuan ini akan ditemukan teknologi yang lebih baik lagi," kata dosen di Fakultas Pertanian Jurusan Perlindungan Tanaman ini.
Ia mengatakan sejauh ini pemanfaatan hasil penelitian kalangan akademisi kurang begitu dimanfaatkan pelaku industri atau bisa dikatakan hanya "masuk ke dalam laci". Hal ini berbeda dengan negara-negara maju di dunia yang sangat menantikan penemuan para peneliti.
"Seperti di industri karet. Sebenarnya sudah ada teknologi menggunakan mikroba untuk mengurangi baunya tapi hingga kini belum digunakan. Begitu pula dengan pupuk, karena masyarakat sudah akrab dengan pupuk kimia dibandingkan menggunakan mikroba secara alami," kata Ketua Pusat Studi Satwa Liar Sumsel ini.
Terkait dengan terselenggaranya seminar internasional ini, salah seorang alumni Unsri, Toni Panggarbesi mengatakan Unsri seharusnya lebih sering menggelar seminar-seminar bertaraf internasional karena telah memiliki visi menjadi universitas berkelas dunia pada 2025 dan berkelas Asia pada 2020.
"Harus dimulai dan tentunya harus juga mendapat dukungan para alumni. Saat ini alumni Unsri sudah mencapai 100 ribu orang dan tersebar di berbagai bidang kerja, jika ini disatupadukan tentunya Unsri akan menjadi besar seperti universitas-universitas lain," kata Ketua Pelaksana Munas Ikatan Alumni Unsri (IKA-Unsri) tahun 2017.
Ketua pelaksana kegiatan DR Mulawarman, Selasa, mengatakan, bukan hanya kali pertama di Unsri, seminar internasional bidang mikrobiologi ini sejatinya menjadi yang pertama di Indonesia.
"Ada dua profesor dari luar negeri yang datang, yakni Prof Ellen E Stobberingh dari Universitas Maastricht Belanda dan Prof Philip Wiedemann dari Universitas Mannheim Jerman, selain itu ada juga Prof Irfan dari UGM, Prof M Zainuri dari Undip, Prof Sharr Azmi Harmin dari Universitas Selangor Malaysia," kata dia.
Seminar yang mengangkat tema "Optimising Microbe Utilization for Human Welfare" atau Mengoptimalkan Pemanfaatan Mikroba untuk Kesejahteraan Manusia ini mempresentasekan sebanyak 155 hasil penelitian di bidang mikrobiologi.
Ia mengatakan seminar ini masuk kategori internasional karena banyak hal penting berkaitan dengan manfaat mikroba di dalam kehidupan manusia, seperti di bidang kesehatan, pangan, industri, dan lainnya.
"Warga Sumsel sudah sangat akrab sekali dengan pemanfaatan mikroba ini untuk makanan-makanan yang dipermentasikan seperti bekasam, rusip dan lainnya. Bisa jadi di dalam pertemuan ini akan ditemukan teknologi yang lebih baik lagi," kata dosen di Fakultas Pertanian Jurusan Perlindungan Tanaman ini.
Ia mengatakan sejauh ini pemanfaatan hasil penelitian kalangan akademisi kurang begitu dimanfaatkan pelaku industri atau bisa dikatakan hanya "masuk ke dalam laci". Hal ini berbeda dengan negara-negara maju di dunia yang sangat menantikan penemuan para peneliti.
"Seperti di industri karet. Sebenarnya sudah ada teknologi menggunakan mikroba untuk mengurangi baunya tapi hingga kini belum digunakan. Begitu pula dengan pupuk, karena masyarakat sudah akrab dengan pupuk kimia dibandingkan menggunakan mikroba secara alami," kata Ketua Pusat Studi Satwa Liar Sumsel ini.
Terkait dengan terselenggaranya seminar internasional ini, salah seorang alumni Unsri, Toni Panggarbesi mengatakan Unsri seharusnya lebih sering menggelar seminar-seminar bertaraf internasional karena telah memiliki visi menjadi universitas berkelas dunia pada 2025 dan berkelas Asia pada 2020.
"Harus dimulai dan tentunya harus juga mendapat dukungan para alumni. Saat ini alumni Unsri sudah mencapai 100 ribu orang dan tersebar di berbagai bidang kerja, jika ini disatupadukan tentunya Unsri akan menjadi besar seperti universitas-universitas lain," kata Ketua Pelaksana Munas Ikatan Alumni Unsri (IKA-Unsri) tahun 2017.