Gorontalo (ANTARA Sumsel) - Budayawan yang juga pendiri Desa Religius Bubohu, Yosef Tahir Makruf, mengatakan, bahasa Gorontalo " Tutuhiya" atau pengertian umum bahasa daerah setempat 'saling menjatuhkan' bukanlah budaya negatif seperti dikenal banyak warga.
"Budaya tutuhiya yang dikenal dengan kebiasaan saling menjatuhkan, akan membuat sesama orang Gorontalo untuk menyingkirkan keegoan masing masing," kata Makruf, di Gorontalo, Kamis.
Apalagi sebagian besar masyarakat Gorontalo merupakan keturunan kerajaan, upaya untuk mempertahankan tutuhiya menjadi penting.
Sehingga tidak perlu heran jika kemudian masyarakat Gorontalo memiliki ego yang cukup tinggi.
Sebelumnya, kata tutuhiya sering disamakan dengan kata negatif di kalangan politisi atau kegiatan-kegiatan politik di daerah.
"Dengan budaya tutuhiya maka akan ada banyak hal yang bisa dinetralisir," kata Yosef.
Sehingga kecenderungan untuk menolak jadi pemimpin pun akan semakin tinggi, agar tidak dijatuhkan oleh kawannya sendiri.
"Dengan budaya tutuhiya maka banyak orang akan menghindar untuk maju sebagai pemimpin," ujar Yosef.
Menurut dia, pemikiran budaya tutuhiya merupakan hal yang negatif merupakan kekeliruan bagi para pemikirnya.(ANT)
Berita Terkait
Sebuah pesawat kecil jatuh di Serpong Tangerang
Minggu, 19 Mei 2024 15:23 Wib
Kemenkumham Sumsel ikuti pembinaan dan koordinasi tusi Biro Hukum dan Kerja Sama
Minggu, 19 Mei 2024 15:08 Wib
Pegadaian lakukan gerakan peduli korban banjir di OKU
Sabtu, 18 Mei 2024 7:02 Wib
PERSI Sumsel salurkan bantuan untuk korban banjir di OKU
Jumat, 17 Mei 2024 10:31 Wib
Korban banjir bandang di Agam ditemukan 5 km dari lokasi bencana
Rabu, 15 Mei 2024 16:19 Wib
BMKG sebut dua titik panas terpantau di Sumatera Utara
Rabu, 15 Mei 2024 14:21 Wib