Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Kebijakan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Didik Ridho Nurrochmat mengatakan rencana perluasan lahan kelapa sawit dan pemanfaatan hutan sebagai cadangan pangan oleh pemerintah harus memerhatikan keberlanjutan serta kelestarian lingkungan.

"Pernyataan Presiden Prabowo tentang perlunya pembangunan sawit dan hutan cadangan pangan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sangat baik dan perlu didukung. Namun demikian, tujuan tersebut tentu harus terukur dan memerhatikan keberlanjutan serta kelestarian lingkungan," ujar Didik kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia pun mengatakan dalam implementasinya dapat dilakukan lewat intensifikasi lahan untuk peningkatan produktivitas, hilirisasi untuk peringatan nilai tambah produk dan ekstensifikasi atau perluasan lahan pertanian untuk peningkatan produksi.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit dan cadangan pangan tidak selalu mengakibatkan deforestasi atau memicu kerusakan lingkungan, apabila dilakukan dengan perencanaan yang baik dan strategi yang tepat.


"Ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit dan hutan cadangan pangan tidak menyebabkan deforestasi, jika dilakukan di kawasan hutan yang tidak berhutan atau areal penggunaan lain (APL). Berdasarkan hasil evaluasi Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2024, tidak semua kawasan hutan secara fisik berhutan," katanya lagi.

Menurutnya terdapat 29 juta hektare kawasan hutan yang tidak berhutan, dengan lokasi yang menyebar dan kondisi lapangan beragam, di antara kawasan hutan yang tidak berhutan tersebut ada yang berupa pemukiman, kebun, sawah, maupun lahan terlantar dan terdegradasi.

Ia pun mengusulkan agar lahan terlantar di kawasan hutan tidak boleh dibiarkan tanpa pengelolaan, karena akan menjadi sumber konflik yang mengancam stabilitas sosial, ekonomi, maupun lingkungan.

Di kawasan hutan produksi, lahan terdegradasi harus segera direhabilitasi dengan pohon dan tanaman komersial, termasuk kelapa sawit dan tanaman pangan, dengan agroforestri pola tertentu melalui skema multiusaha kehutanan sehingga produktivitas hutan meningkat dan luasan tutupan hutan juga akan meningkat.

Artinya, katanya lagi, penanaman sawit dan tanaman pangan dengan pola agroforestri di kawasan hutan produksi yang terdegradasi justru berpotensi menghadirkan penghutanan kembali atau reforestasi, bukan konversi hutan atau deforestasi. Sedangkan lahan terdegradasi di kawasan hutan lindung dan konservasi harus direhabilitasi dengan pohon dan tanaman lain, yang tidak mengakibatkan perubahan fungsi pokok kawasan.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemanfaatan hutan untuk cadangan pangan harus perhatikan keberlanjutan

Pewarta : Sinta Ambarwati
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2025