Jakarta (ANTARA) - Hasil riset dari perusahaan teknologi real estat, 99 Group menyebutkan bahwa rumah tapak atau rumah tunggal menjadi tipe properti yang paling dicari Gen Z dan Milenial.
Melalui riset yang dilakukan dalam kurun waktu 2022 hingga semester I-2023, Head of Research 99 Group Indonesia Marisa Jaya menyampaikan bahwa minat Gen Z dan Milenial terhadap sektor properti tergolong cukup tinggi serta potensial.
“Sebenarnya Gen Z dan Milenial memiliki pattern yang sama, kita lihat interest mereka itu masih sangat tinggi di rumah tapak,” kata Marisa dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan di Jakarta, Kamis.
Untuk Gen Z, minat terhadap rumah tapak sebesar 64,4 persen, properti tanah 13,6 persen, serta apartemen dengan tingkat peminatan hanya 9,0 persen. Kemudian untuk Milenial, minat akan tipe properti rumah tapak tercatat sebesar 64,5 persen, tanah sebesar 14,3 persen dan apartemen yang lebih tinggi 9,4 persen.
Kemudian Gen Z dan Milenial pun paling banyak memilih untuk membeli rumah dengan rentang harga Rp1 miliar sampai dengan Rp3 miliar. Marisa merinci sebanyak 34,2 persen Gen Z memilih properti seharga Rp1 miliar sampai dengan Rp miliar. Kemudian 30 persennya lebih memilih harga Rp400 juta hingga Rp1 miliar.
Milenial 36,3 persen memiliki preferensi harga Rp1 miliar hingga 3 miliar, serta 31,7 persennya memilih harga Rp400 juta hingga Rp1 miliar.
Marisa menjelaskan, untuk lokasi properti pun saat ini masih terpusat di kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta dengan 61,0 persen menjadi favorit Gen Z, dan 64,9 persen bagi Milenial.
“Untuk lokasi paling favorit saat ini, mencatatnya masih sangat terkonsentrasi di kota-kota besar jadi diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya,” jelas Marisa.
Marisa mengatakan, Gen Z dan Milenial hingga saat ini menjadi pasar yang potensial untuk sektor properti. Hal itu tercermin dari adanya kenaikan pembelian rumah yang signifikan pada semester pertama tahun ini.
Dari segi luas bangunan, 25,8 persen Gen Z dan 21,4 persen Milenial mempunyai preferensi luas bangunan 30-60 meter persegi (m2).
“Untuk referensi luas bangunan sendiri, Milenial dan Gen Z itu sama-sama suka di luas 60-100m2. Tentunya ini berhubungan dengan harga yang mampu mereka beli,” ujar Marisa.
Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) mengimplementasikan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang juga diarahkan untuk mendorong sektor perumahan.
Dalam sektor perumahan, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan bahwa kinerja Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menunjukkan pertumbuhan yang positif mencapai 10 persen secara tahunan (yoy) per Agustus 2023. Angka tersebut naik dibandingkan akhir 2022 yang tercatat sebesar 8,17 persen.
Pangsa pasar terbesar KPR berasal dari rumah tipe menengah atau tipe 21-70, sementara untuk kontribusi terbesar pertumbuhan berasal dari rumah tipe >70.
KPR merupakan kontributor tertinggi dari angka pertumbuhan tersebut, dengan generasi muda menjadi motor pertumbuhan kredit konsumsi, yaitu tumbuh secara tahunan sebesar 17,18 persen per Agustus 2023. Di tengah tren penurunan kredit konsumsi pada generasi lainnya.
Melalui riset yang dilakukan dalam kurun waktu 2022 hingga semester I-2023, Head of Research 99 Group Indonesia Marisa Jaya menyampaikan bahwa minat Gen Z dan Milenial terhadap sektor properti tergolong cukup tinggi serta potensial.
“Sebenarnya Gen Z dan Milenial memiliki pattern yang sama, kita lihat interest mereka itu masih sangat tinggi di rumah tapak,” kata Marisa dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan di Jakarta, Kamis.
Untuk Gen Z, minat terhadap rumah tapak sebesar 64,4 persen, properti tanah 13,6 persen, serta apartemen dengan tingkat peminatan hanya 9,0 persen. Kemudian untuk Milenial, minat akan tipe properti rumah tapak tercatat sebesar 64,5 persen, tanah sebesar 14,3 persen dan apartemen yang lebih tinggi 9,4 persen.
Kemudian Gen Z dan Milenial pun paling banyak memilih untuk membeli rumah dengan rentang harga Rp1 miliar sampai dengan Rp3 miliar. Marisa merinci sebanyak 34,2 persen Gen Z memilih properti seharga Rp1 miliar sampai dengan Rp miliar. Kemudian 30 persennya lebih memilih harga Rp400 juta hingga Rp1 miliar.
Milenial 36,3 persen memiliki preferensi harga Rp1 miliar hingga 3 miliar, serta 31,7 persennya memilih harga Rp400 juta hingga Rp1 miliar.
Marisa menjelaskan, untuk lokasi properti pun saat ini masih terpusat di kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta dengan 61,0 persen menjadi favorit Gen Z, dan 64,9 persen bagi Milenial.
“Untuk lokasi paling favorit saat ini, mencatatnya masih sangat terkonsentrasi di kota-kota besar jadi diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya,” jelas Marisa.
Marisa mengatakan, Gen Z dan Milenial hingga saat ini menjadi pasar yang potensial untuk sektor properti. Hal itu tercermin dari adanya kenaikan pembelian rumah yang signifikan pada semester pertama tahun ini.
Dari segi luas bangunan, 25,8 persen Gen Z dan 21,4 persen Milenial mempunyai preferensi luas bangunan 30-60 meter persegi (m2).
“Untuk referensi luas bangunan sendiri, Milenial dan Gen Z itu sama-sama suka di luas 60-100m2. Tentunya ini berhubungan dengan harga yang mampu mereka beli,” ujar Marisa.
Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) mengimplementasikan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang juga diarahkan untuk mendorong sektor perumahan.
Dalam sektor perumahan, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan bahwa kinerja Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menunjukkan pertumbuhan yang positif mencapai 10 persen secara tahunan (yoy) per Agustus 2023. Angka tersebut naik dibandingkan akhir 2022 yang tercatat sebesar 8,17 persen.
Pangsa pasar terbesar KPR berasal dari rumah tipe menengah atau tipe 21-70, sementara untuk kontribusi terbesar pertumbuhan berasal dari rumah tipe >70.
KPR merupakan kontributor tertinggi dari angka pertumbuhan tersebut, dengan generasi muda menjadi motor pertumbuhan kredit konsumsi, yaitu tumbuh secara tahunan sebesar 17,18 persen per Agustus 2023. Di tengah tren penurunan kredit konsumsi pada generasi lainnya.