Sekayu (ANTARA) - Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, memacu pertumbuhan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) untuk mendorong stabilitas harga karet di daerahnya.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Selasa, mengatakan, harga karet di UPPB jauh lebih tinggi, terutama yang memproduksi lateks untuk aspal karet.
Petani mampu menikmati harga lateks Rp21.000 per Kg setelah dilakukan pengolahan oleh Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar, sementara sebelumnya jika hanya menjual bahan olahan karet (bokar) hanya berkisar Rp9.000—Rp10.000 per Kg.
Untuk itu, Pemkab Muba telah mengeluarkan Perbup No. 324/2015 tentang kelembagaan petani karet melalui UPPB.
Saat ini terdapat 92 UPPB dengan anggota 13.580 KK, UPPB sebagai produsen lateks pekat di Kecamatan Keluang, Kecamatan Babat Toman, Kecamatan Plakat Tinggi.
Pemkab juga mendorong transformasi UPPB menjadi entitas bisnis dengan rogram UPPB badan hukum, kemudian melatih petani untuk produksi lateks pekat dengan metode dadih.
“Banyak upaya yang sudah dilakukan pemkab dalam upaya menstabilkan harga karet dan sekaligus menggencarkan hilirisasi,” kata dia.
Terkait hilirisasi karet ini, pemkab melakukan peningkatan kapasitas dan produktivitas pekebun yakni dengan penggunaan bibit unggul, pupuk berimbang, Sekolah Lapang Petani Karet, dan pelatihan dan pendampingan petani implementasi Good Agricultural Practices (GAP).
Pengembangan sektor hilir komoditas perkebunan di Muba diperkuat dengan pengembangan infrastruktur melalui optimalisasi ruas tol Betung (Sp.Sekayu) -Tempino-Jambi yang melintasi Kabupaten Musi Banyuasin.
Optimalisasi ruas tol Betung (Sp. Sekayu)-Tempino-Jambi memperkuat konektivitas pada ruas jalan dalam Kabupaten Musi Banyuasin, memacu pemerintah daerah
memanfaatkan sebesar-besarnya inovasi aspal karet lateks sebagai bahan baku konstruksi jalan dengan alokasi anggaran APBD sebesar 100 miliyar/tahun.
Dampak implementasi yang dirasakan yakni peningkatan pendapatan petani dengan penjualan harga bokar melalui sistem lelang UPPB mencapai Rp.10.000-Rp.11.000 per Kg dan peningkatan harga dengan diversifikasi menjadi lateks pekat yang sudah dicentrifuge mencapai Rp19.000 – Rp.21.000 per Kg.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Selasa, mengatakan, harga karet di UPPB jauh lebih tinggi, terutama yang memproduksi lateks untuk aspal karet.
Petani mampu menikmati harga lateks Rp21.000 per Kg setelah dilakukan pengolahan oleh Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar, sementara sebelumnya jika hanya menjual bahan olahan karet (bokar) hanya berkisar Rp9.000—Rp10.000 per Kg.
Untuk itu, Pemkab Muba telah mengeluarkan Perbup No. 324/2015 tentang kelembagaan petani karet melalui UPPB.
Saat ini terdapat 92 UPPB dengan anggota 13.580 KK, UPPB sebagai produsen lateks pekat di Kecamatan Keluang, Kecamatan Babat Toman, Kecamatan Plakat Tinggi.
Pemkab juga mendorong transformasi UPPB menjadi entitas bisnis dengan rogram UPPB badan hukum, kemudian melatih petani untuk produksi lateks pekat dengan metode dadih.
“Banyak upaya yang sudah dilakukan pemkab dalam upaya menstabilkan harga karet dan sekaligus menggencarkan hilirisasi,” kata dia.
Terkait hilirisasi karet ini, pemkab melakukan peningkatan kapasitas dan produktivitas pekebun yakni dengan penggunaan bibit unggul, pupuk berimbang, Sekolah Lapang Petani Karet, dan pelatihan dan pendampingan petani implementasi Good Agricultural Practices (GAP).
Pengembangan sektor hilir komoditas perkebunan di Muba diperkuat dengan pengembangan infrastruktur melalui optimalisasi ruas tol Betung (Sp.Sekayu) -Tempino-Jambi yang melintasi Kabupaten Musi Banyuasin.
Optimalisasi ruas tol Betung (Sp. Sekayu)-Tempino-Jambi memperkuat konektivitas pada ruas jalan dalam Kabupaten Musi Banyuasin, memacu pemerintah daerah
memanfaatkan sebesar-besarnya inovasi aspal karet lateks sebagai bahan baku konstruksi jalan dengan alokasi anggaran APBD sebesar 100 miliyar/tahun.
Dampak implementasi yang dirasakan yakni peningkatan pendapatan petani dengan penjualan harga bokar melalui sistem lelang UPPB mencapai Rp.10.000-Rp.11.000 per Kg dan peningkatan harga dengan diversifikasi menjadi lateks pekat yang sudah dicentrifuge mencapai Rp19.000 – Rp.21.000 per Kg.