Palembang (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyatakan bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca masih efektif untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Koodinator Bidang Pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Sutrisno di Palembang, Senin, BBPT mencatat TMC pada 2020 terbukti berhasil mampu meningkatkan volume hujan di musim kemarau hingga 60 persen dibandingkan secara alami.
“Berdasarkan data ada peningkatan 2 miliar meter kubik air pada 2021,” kata dia.
Baca juga: BMKG jelaskan penyebab hawa panas yang meliputi Sumatera Selatan
Atas dasar itu, operasi TMC tetap dilanjutkan pada 2021 sejak Kamis (10/6) hingga 15 hari mendatang.
Kegiatan menyemai garam di awan yang berpotensi hujan ini dilakukan di udara Sumsel hingga Jambi.
Setidaknya 10 ton garam sudah berada di gudang Posko Karhutla Lanud SMH untuk mendukung program TMC yang dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini.
Baca juga: Polda Sumsel bentuk tim 'drone squad' karhutla di tingkat Polres
Menurut Sutrisno keberhasilan program TMC ini sangat berpengaruh dengan kondisi cuaca di Sumsel dan Jambi.
Oleh karena itu, TMC dilakukan saat ini karena masih terdapat awan yang berpotensi hujan yang nantinya diharapkan membasahi lahan gambut kering.
“Kami mengejar di masa transisi ini, nanti di awal Juli diperkirakan potensi awan yang bisa disemai garam sudah sulit didapat,” kata dia.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Maret 2021 atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk lebih memaksimalkan mitigasi.
BMKG memperkirakan Sumsel akan memasuki puncak kemarau pada Agustus hingga Oktober 2021, sementara pada Juli sudah memasuki periode transisi dengan ditandai bertambahnya hari tanpa hujan.
Baca juga: Sumsel operasikan pesawat pembom air atasi karhutla
Baca juga: Kabupaten OKI jalankan program gambut berkelanjutan
Baca juga: Stasiun Klimatologi: Sebagian wilayah Sumsel memasuki musim kemarau
Koodinator Bidang Pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Sutrisno di Palembang, Senin, BBPT mencatat TMC pada 2020 terbukti berhasil mampu meningkatkan volume hujan di musim kemarau hingga 60 persen dibandingkan secara alami.
“Berdasarkan data ada peningkatan 2 miliar meter kubik air pada 2021,” kata dia.
Baca juga: BMKG jelaskan penyebab hawa panas yang meliputi Sumatera Selatan
Atas dasar itu, operasi TMC tetap dilanjutkan pada 2021 sejak Kamis (10/6) hingga 15 hari mendatang.
Kegiatan menyemai garam di awan yang berpotensi hujan ini dilakukan di udara Sumsel hingga Jambi.
Setidaknya 10 ton garam sudah berada di gudang Posko Karhutla Lanud SMH untuk mendukung program TMC yang dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini.
Baca juga: Polda Sumsel bentuk tim 'drone squad' karhutla di tingkat Polres
Menurut Sutrisno keberhasilan program TMC ini sangat berpengaruh dengan kondisi cuaca di Sumsel dan Jambi.
Oleh karena itu, TMC dilakukan saat ini karena masih terdapat awan yang berpotensi hujan yang nantinya diharapkan membasahi lahan gambut kering.
“Kami mengejar di masa transisi ini, nanti di awal Juli diperkirakan potensi awan yang bisa disemai garam sudah sulit didapat,” kata dia.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Maret 2021 atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk lebih memaksimalkan mitigasi.
BMKG memperkirakan Sumsel akan memasuki puncak kemarau pada Agustus hingga Oktober 2021, sementara pada Juli sudah memasuki periode transisi dengan ditandai bertambahnya hari tanpa hujan.
Baca juga: Sumsel operasikan pesawat pembom air atasi karhutla
Baca juga: Kabupaten OKI jalankan program gambut berkelanjutan
Baca juga: Stasiun Klimatologi: Sebagian wilayah Sumsel memasuki musim kemarau