Palembang (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Indra menjelaskan penyebab hawa panas yang belakangan meliputi wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Di Palembang, Senin, ia mengatakan bahwa suhu udara di wilayah Sumatera Selatan berkisar 25 sampai 33 derajat Celsius.
"Suhu udara sebenarnya masih normal tapi lantaran kawasan ini diselimuti awan yang tidak menjadi hujan membuat udara terasa lebih panas," kata Indra.
Baca juga: BMKG peringatkan hujan lebat berdampak banjir di 17 provinsi
Hamparan awan, ia melanjutkan, membuat sinar matahari yang dipancarkan ke bumi kemudian dipantulkan lagi ke udara seakan-akan terkurung sehingga suhu udara terasa panas.
"Itulah mengapa dalam beberapa hari ini udara benar-benar terasa panas," katanya.
Sumatera Selatan telah menetapkan status darurat kebakaran hutan dan lahan sejak Maret 2021.
Baca juga: Sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan cerah berawan
Guna meminimalkan potensi kebakaran hutan dan lahan, menurut dia, pemerintah menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk memicu hujan turun mulai dari 10 hingga 25 Juni 2021.
Wilayah Sumatera Selatan diprakirakan memasuki puncak musim kemarau Agustus hingga Oktober 2021.
Indra mengatakan bahwa pada tahun 2020 wilayah Sumatera Selatan mengalami musim kemarau basah sehingga meski kebakaran hutan dan lahan masih terjadi asapnya tidak sampai menimbulkan gangguan signifikan.
Baca juga: Hujan lebat dan angin kencang diprakirakan meliputi beberapa wilayah Indonesia, termasuk Sumsel
Baca juga: BMKG prakirakan hujan lebat disertai angin kencang di beberapa wilayah
Di Palembang, Senin, ia mengatakan bahwa suhu udara di wilayah Sumatera Selatan berkisar 25 sampai 33 derajat Celsius.
"Suhu udara sebenarnya masih normal tapi lantaran kawasan ini diselimuti awan yang tidak menjadi hujan membuat udara terasa lebih panas," kata Indra.
Baca juga: BMKG peringatkan hujan lebat berdampak banjir di 17 provinsi
Hamparan awan, ia melanjutkan, membuat sinar matahari yang dipancarkan ke bumi kemudian dipantulkan lagi ke udara seakan-akan terkurung sehingga suhu udara terasa panas.
"Itulah mengapa dalam beberapa hari ini udara benar-benar terasa panas," katanya.
Sumatera Selatan telah menetapkan status darurat kebakaran hutan dan lahan sejak Maret 2021.
Baca juga: Sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan cerah berawan
Guna meminimalkan potensi kebakaran hutan dan lahan, menurut dia, pemerintah menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk memicu hujan turun mulai dari 10 hingga 25 Juni 2021.
Wilayah Sumatera Selatan diprakirakan memasuki puncak musim kemarau Agustus hingga Oktober 2021.
Indra mengatakan bahwa pada tahun 2020 wilayah Sumatera Selatan mengalami musim kemarau basah sehingga meski kebakaran hutan dan lahan masih terjadi asapnya tidak sampai menimbulkan gangguan signifikan.
Baca juga: Hujan lebat dan angin kencang diprakirakan meliputi beberapa wilayah Indonesia, termasuk Sumsel
Baca juga: BMKG prakirakan hujan lebat disertai angin kencang di beberapa wilayah