Gaza/Yerusalem (ANTARA) - Israel melancarkan puluhan serangan udara di Gaza sementara kelompok militan Hamas terus melontarkan roket terhadap kota-kota di Israel dalam peperangan yang memasuki pekan kedua pada Senin.

Seruan internasional untuk gencatan senjata telah meningkat, namun tak ada tanda-tanda pertempuran akan berakhir antara Israel dan kelompok Hamas --yang berkuasa di Gaza selama bertahun-tahun.

Jalan-jalan, gedung keamanan, kamp pelatihan militan, dan rumah-rumah terkena serangan bom dalam serangan Israel, yang tampak difokuskan pada Kota Gaza, kata para saksi. Suara sejumlah ledakan menggema di banyak bagian daerah kantong Palestina itu sepanjang malam.

Militer Israel mengatakan pesawat-pesawat tempur menyerang “target terror”, usai serangan-serangan roket dari Gaza diluncurkan terhadap kota Beersheba dan Ashkelon di Israel lepas tengah malam.

Dunia kian khawatir usai Israel melancarkan serangan udara di Gaza --yang menghancurkan sejumlah rumah pada Minggu (16/5) dan yang menewaskan 42 orang, termasuk 10 anak-anak, menurut para pejabat kesehatan Palestina. Serangan roket juga terus menerus dialami kota-kota Israel.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken menekankan seruan Washington agar semua pihak menjaga ketenangan di kawasan itu.

Baca juga: Forhati: Serangan Israel tak hormati Muslim dan hukum internasional
Baca juga: ACT Sumsel kibarkan bendera Palestina-RI Raksasa di Benteng Kuto Besak Palembang
Di Twitter, ia mengatakan,“ Semua pihak harus menurunkan ketegangan - kekerasan harus segera berakhir”, usai dia berbicara dengan menteri luar negeri Mesir terkait kekerasan yang berlangsung di Israel, Gaza, dan Tepi Barat yang diduduki.

Dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Minggu, Amerika Serikat mengatakan telah menegaskan posisinya pada Israel, masyarakat Palestina, dan pihak-pihak lainnya bahwa AS siap memberikan dukungan “jika para pihak berupaya mencapai gencatan senjata”.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza terus berlanjut dalam “kekuatan penuh”. Menurut dia, penghadangan harus ditegakkan guna menghindari konflik dengan Hamas, yang menguasai Gaza, pada masa depan.

“Kami beraksi sekarang, selama dibutuhkan, untuk mengembalikan ketenangan bagi Anda, para penduduk Israel. Ini akan memakan waktu,” kata Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan di televisi usai kabinet keamanannya melakukan pertemuan pada Minggu.

Kementerian Kesehatan Gaza menyebut jumlah korban tewas di kantong berpenduduk dua juta warga Palestina itu mencapai 197 orang, termasuk 58 anak-anak dan 34 wanita. Sepuluh orang tewas di Israel, termasuk dua anak, kata otoritas Israel.

Hamas mulai melancarkan serangan roket Senin lalu setelah ketegangan berlangsung selama berminggu-minggu atas kasus pengadilan untuk mengusir beberapa keluarga Palestina di Yerusalem Timur. Serangan juga dilakukan sebagai pembalasan atas bentrokan polisi Israel dengan warga Palestina di dekat Masjid Al Aqsa di kota itu, situs tersuci ketiga umat Islam, selama masa bulan suci Ramadhan.


Ketenangan yang Berkelanjutan

Presiden Amerika Serikat Joe Buden mengatakan pemerintahnya tengah bekerja dengan semua pihak untuk mewujudkan ketenangan yang berkelanjutan.

“Kami juga meyakini bahwa masyarakat Palestina dan Israel sama-sama pantas untuk hidup dalam keselamatan dan keamanan serta menikmati tingkat kebebasan, kesejahteraan, dan demokrasi yang sama,” katanya dalam rekaman video yang disiarkan dalam peringatan hari raya Idul Fitri pada Minggu.

Di  New York City, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pertempuran di Israel dan Gaza “benar-benar mengerikan”. Dia menyerukan agar peperangan dihentikan segera. 

Baca juga: Pasukan Israel tembak mati pengemudi Palestina
Baca juga: Menlu RI: Indonesia akan terus dukung perjuangan Palestina
Guterres mengatakan PBB “secara aktif melibatkan semua pihak untuk segera mewujudkan gencatan senjata” dan mendesak mereka untuk “memungkinkan upaya mediasi bisa meningkat dan berhasil”. Para utusan PBB telah membantu proses mediasi gencatan senjata sebelumnya antara Israel dan Hamas.

Washington, yang merupakan sekutu kuat Israel, telah terisolasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa karena sikapnya yang keberatan terhadap pernyataan publik Dewan Keamanan terkait kekerasan yang berlangsung. AS khawatir pernyataan itu dapat membahayakan diplomasi di belakang layar.

Raja Yordania Abdullah mengatakan kerajaannya terlibat dalam diplomasi intensif untuk menghentikan apa yang dia sebut sebagai peningkatan militer Israel. Raja, yang keluarga penguasanya memiliki hak perawatan atas situs Muslim dan Kristen di Yerusalem, tidak memberikan pernyataan lebih lanjut. Israel dan Yordania telah berdamai pada tahun 1994.

Militer Israel mengatakan bahwa Hamas, sebuah kelompok Islam yang dianggap oleh Israel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa sebagai gerakan teroris, dan faksi bersenjata lainnya telah menembakkan lebih dari 2.800 roket dari Gaza selama sepekan terakhir.

Angka tersebut lebih dari setengah jumlah yang ditembakkan selama 51 hari dalam perang tahun 2014 antara Hamas dan Israel, kata militer, dan lebih intensif bahkan daripada pengeboman Hizbullah dari Lebanon selama perang tahun 2006 antara Israel dan kelompok Syiah --yang didukung Iran.

Banyak dari roket itu telah dicegat oleh sistem anti rudal Israel, sementara beberapa jatuh jauh dari perbatasan.

Hamas mengatakan serangan terakhirnya sebagai pembalasan atas "agresi berkelanjutan Israel terhadap warga sipil", termasuk serangan udara di Kota Gaza pada Minggu yang menghancurkan rumah-rumah.

Militer Israel mengatakan korban sipil berjatuhan tanpa disengaja dan bahwa pesawat-pesawat jetnya menyerang sistem terowongan yang digunakan oleh kelompok militan, yang runtuh, hingga merobohkan rumah-rumah. Hamas menyebut seranga itu sebagai "pembunuhan yang sudah direncanakan". 

Pada program "Face the Nation" jaringan CBS Amerika Serikat, Netanyahu membela serangan udara Israel sehari sebelumnya, yang menghancurkan gedung 12 lantai tempat Associated Press dan jaringan TV Al Jazeera berkantor.

Dia mengatakan gedung itu juga menjadi tempat kantor intelijen kelompok militan dan dengan demikian menjadi target yang sah.

Netanyahu mengatakan Israel telah menyampaikan informasi tentang bangunan itu kepada otoritas AS. Seorang pejabat intelijen AS tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Israel telah memberikan peringatan sebelumnya kepada para penghuni gedung tersebut untuk pergi. Associated Press mengutuk serangan itu dan meminta Israel memberikan bukti bahwa Hamas berada di dalam gedung tersebut.

Utusan Biden, Hady Amr, tiba di Israel pada Jumat untuk melakukan pembicaraan. Seorang pejabat yang mengetahui langsung pertemuan itu mengatakan pada Minggu bahwa Amr menegaskan kembali "dukungan penuh AS" bagi hak Israel untuk mempertahankan diri.

Amr juga menjelaskan bahwa Washington memahami bahwa "ini jelas bukan sesuatu yang dapat diselesaikan dalam 24 jam," kata pejabat itu, yang meminta agar namanya tidak disebutkan.

Sang utusan juga berbicara pada acara Idul Fitri Gedung Putih dari Yerusalem, dengan mengatakan misinya adalah untuk "meredakan ketegangan dan mengakhiri krisis secepat mungkin" karena "sejauh ini, terlalu banyak orang Palestina dan Israel, termasuk anak-anak, yang telah meninggal dunia.”

Sumber: Reuters


Pewarta : Aria Cindyara
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024