Parit Malintang (ANTARA) - Sejumlah warga Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat mendirikan Museum Perang Sintuk secara swadaya guna meningkatkan semangat perjuangan dan edukasi kepada warga setempat dan pengunjung.
"Hingga sekarang koleksi di museum ini hampir 300 buah," kata pendiri yang juga Kepala Museum Perang Sintuk, Rio Tampati Putra (36) di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Minggu.
Ia menyebutkan koleksi di museum yang rencananya akan diresmikan usai lebaran 2021 tersebut diantaranya senapan serta perlengkapan perang lainnya, replika baju pejuang Indonesia, helm tentara Belanda, uang lama, dan foto prajurit Belanda.
Koleksi tersebut dikumpulkannya semenjak ia kecil hingga dirinya sekarang membangun museum dengan warga lainnya di daerah itu. Koleksi tersebut tidak saja berasal dari Padang Pariaman namun juga berbagai daerah salah satunya Jakarta.
Ia menyampaikan karena pihaknya memiliki sejumlah replika pakaian dan senapan maka pengunjung dapat memanfaatkannya untuk berfoto di dalam museum itu secara gratis.
Ia menjelaskan didirikannya museum tersebut di Nagari Sintuak karena daerah itu dahulunya merupakan lokasi bersejarah yaitu pernah terjadi kontak senjata antara pejuang Indonesia yang dibantu warga setempat dengan Belanda.
Bahkan, lanjutnya salah satu lapangan di daerah itu dijadikan tempat naik dan turunnya pesawat penjajah dan sekarang dijadikan sebagai lokasi bangunan sekolah oleh pemerintah.
"Sejarah itu kami peroleh dari orang-orang tua, jika mereka mengetahui ada benda antik dan bersejarah maka kami akan menelusurinya untuk meminta disumbangkan ke museum ini," katanya.
Di museum tersebut juga dikoleksi koran-koran lokal lama, majalah dan buku lama, televisi jadul, serta produk kecantikan dan kebersihan tempo dulu.
Pihaknya berharap adanya bantuan dari berbagai pihak dalam hal pengadaan etalase untuk memajang koleksi yang ada dan keperluannya lainnya yang dapat mendukung keberadaan museum tersebut.
"Hingga sekarang kami tidak memungut biaya masuk, namun kami menyediakan kotak jika ada pengunjung berpartisipasi atau mendukung berjalannya museum ini," tambahnya.
Pihaknya bertekad menjadikan museum tersebut sebagai sarana edukasi sejarah tidak saja bagi warga setempat namun juga daerah lainnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman, Suhatman mengatakan Museum Perang Sintuk merupakan museum satu-satunya yang ada di kabupaten itu.
"Tentu dengan keberadaannya diharapkan mampu memberikan nilai positif bagi masyarakat Padang Pariaman terutama bagi dunia pendidikan," ujar dia.
Apalagi, kata dia tema yang diangkat oleh museum tersebut tentang nilai-nilai sejarah perjuangan yang ada di Padang Pariaman sehingga dapat memberikan wawasan kepada masyarakat dan memberikan kebanggaan tersendiri bagi generasi sekarang bahwa pendahulunya juga ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan.
Ia mengatakan atas dasar tersebut Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sedang melakukan pembinaan intensif terkait keberadaan museum itu.
"Kami sedang mengupayakan mengeluarkan Izin Pendirian dan Izin Operasional. Dengan ada izin tersebut maka legalitas Museum Perang Sintuk secara kelembagaan dapat diakui," katanya.
Setelah itu, tambahnya barulah keikutsertaan pemerintah baik kabupaten, provinsi maupun pusat dapat berkontribusi aktif dalam pengembangan museum ini untuk ke depannya.
"Hingga sekarang koleksi di museum ini hampir 300 buah," kata pendiri yang juga Kepala Museum Perang Sintuk, Rio Tampati Putra (36) di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Minggu.
Ia menyebutkan koleksi di museum yang rencananya akan diresmikan usai lebaran 2021 tersebut diantaranya senapan serta perlengkapan perang lainnya, replika baju pejuang Indonesia, helm tentara Belanda, uang lama, dan foto prajurit Belanda.
Koleksi tersebut dikumpulkannya semenjak ia kecil hingga dirinya sekarang membangun museum dengan warga lainnya di daerah itu. Koleksi tersebut tidak saja berasal dari Padang Pariaman namun juga berbagai daerah salah satunya Jakarta.
Ia menyampaikan karena pihaknya memiliki sejumlah replika pakaian dan senapan maka pengunjung dapat memanfaatkannya untuk berfoto di dalam museum itu secara gratis.
Ia menjelaskan didirikannya museum tersebut di Nagari Sintuak karena daerah itu dahulunya merupakan lokasi bersejarah yaitu pernah terjadi kontak senjata antara pejuang Indonesia yang dibantu warga setempat dengan Belanda.
Bahkan, lanjutnya salah satu lapangan di daerah itu dijadikan tempat naik dan turunnya pesawat penjajah dan sekarang dijadikan sebagai lokasi bangunan sekolah oleh pemerintah.
"Sejarah itu kami peroleh dari orang-orang tua, jika mereka mengetahui ada benda antik dan bersejarah maka kami akan menelusurinya untuk meminta disumbangkan ke museum ini," katanya.
Di museum tersebut juga dikoleksi koran-koran lokal lama, majalah dan buku lama, televisi jadul, serta produk kecantikan dan kebersihan tempo dulu.
Pihaknya berharap adanya bantuan dari berbagai pihak dalam hal pengadaan etalase untuk memajang koleksi yang ada dan keperluannya lainnya yang dapat mendukung keberadaan museum tersebut.
"Hingga sekarang kami tidak memungut biaya masuk, namun kami menyediakan kotak jika ada pengunjung berpartisipasi atau mendukung berjalannya museum ini," tambahnya.
Pihaknya bertekad menjadikan museum tersebut sebagai sarana edukasi sejarah tidak saja bagi warga setempat namun juga daerah lainnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman, Suhatman mengatakan Museum Perang Sintuk merupakan museum satu-satunya yang ada di kabupaten itu.
"Tentu dengan keberadaannya diharapkan mampu memberikan nilai positif bagi masyarakat Padang Pariaman terutama bagi dunia pendidikan," ujar dia.
Apalagi, kata dia tema yang diangkat oleh museum tersebut tentang nilai-nilai sejarah perjuangan yang ada di Padang Pariaman sehingga dapat memberikan wawasan kepada masyarakat dan memberikan kebanggaan tersendiri bagi generasi sekarang bahwa pendahulunya juga ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan.
Ia mengatakan atas dasar tersebut Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sedang melakukan pembinaan intensif terkait keberadaan museum itu.
"Kami sedang mengupayakan mengeluarkan Izin Pendirian dan Izin Operasional. Dengan ada izin tersebut maka legalitas Museum Perang Sintuk secara kelembagaan dapat diakui," katanya.
Setelah itu, tambahnya barulah keikutsertaan pemerintah baik kabupaten, provinsi maupun pusat dapat berkontribusi aktif dalam pengembangan museum ini untuk ke depannya.