Jakarta (ANTARA) - Sejumlah syarat diperlukan Indonesia jika hendak menjadi negara dengan tingkat perekonomian terbesar ke-4 di dunia pada 2045 atau bertepatan dengan HUT Ke-100 Kemerdekaan RI.
Sekretaris Jenderal Mata Garuda/Asosiasi Awardee Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Satya Hangga Yudha Widya Putra mengatakan setidaknya ada empat syarat guna mencapai target tersebut.
"Keempat syarat itu adalah menggarap bonus demografi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), mengubah sistem pendidikan, dan mengasah soft skills dan hard skills," katanya dalam pernyataannya di Jakarta, Senin.
Baca juga: Sandiaga Uno bagikan sembako ke penarik becak Bandung
Hal tersebut disampaikan Hangga saat menjadi panelis dalam Simposium Internasional Ke-12 PPI Dunia Online 2020 bertema "Diaspora Indonesia Mengabdi Pada Negeri".
Adapun panelis lainnya adalah pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, dan dua Anggota DPR milenial yakni Puteri Anetta Komarudin dan Dyah Roro Esti Widya Putri.
Menurut Hangga, pada periode 2020-2035, Indonesia akan mengalami bonus demografi.
"Mayoritas penduduk didominasi generasi muda sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkat kelompok usia kerja yang lebih besar, yang diperkirakan akan mencapai 70 persen dari total penduduk pada 2030," ujarnya.
Baca juga: Slogan "rakyat sehat negara kuat" tidak sebatas angan-angan
Masa depan Indonesia, tambahnya, ada di tangan anak-anak muda.
Sementara itu, Sandiaga mengatakan pada zaman sekarang, setiap orang dituntut memiliki adaptive quotient (AQ) yang mengukur sejauh mana bisa beradaptasi dengan situasi baru.
Baca juga: Kemarin, pidato RAPBN 2021 hingga utang luar negeri
"Negara-negara maju sudah mulai membahas tentang Ekonomi 5.0," kata calon wakil presiden pada Pemilu 2019 itu.
Menurut dia, para diaspora Indonesia adalah orang-orang terbaik yang dapat kesempatan kuliah di luar negeri. "Oleh karena itu, mereka semua harus bisa mengabdi kepada negara," ujarnya.
Baca juga: Rupiah berpeluang lanjutkan penguatan didukung sentimen global
Menurut Sandi, sekarang sudah waktunya untuk berkolaborasi bukan berkompetisi. Ia mencontohkan sudah saatnya memakai produk dalam negeri.
Sedangkan, Bima Arya menekankan pentingnya memperluas jaringan, memiliki nasionalisme, dan ingin mengabdi.
"Banyak cara untuk mengabdi tidak harus menjadi wali kota atau wakil presiden," katanya.
Baca juga: Wapres Ma'ruf minta "fintech" ikut tingkatkan literasi ekonomi syariah Indonesia
Sekretaris Jenderal Mata Garuda/Asosiasi Awardee Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Satya Hangga Yudha Widya Putra mengatakan setidaknya ada empat syarat guna mencapai target tersebut.
"Keempat syarat itu adalah menggarap bonus demografi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), mengubah sistem pendidikan, dan mengasah soft skills dan hard skills," katanya dalam pernyataannya di Jakarta, Senin.
Baca juga: Sandiaga Uno bagikan sembako ke penarik becak Bandung
Hal tersebut disampaikan Hangga saat menjadi panelis dalam Simposium Internasional Ke-12 PPI Dunia Online 2020 bertema "Diaspora Indonesia Mengabdi Pada Negeri".
Adapun panelis lainnya adalah pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, dan dua Anggota DPR milenial yakni Puteri Anetta Komarudin dan Dyah Roro Esti Widya Putri.
Menurut Hangga, pada periode 2020-2035, Indonesia akan mengalami bonus demografi.
"Mayoritas penduduk didominasi generasi muda sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkat kelompok usia kerja yang lebih besar, yang diperkirakan akan mencapai 70 persen dari total penduduk pada 2030," ujarnya.
Baca juga: Slogan "rakyat sehat negara kuat" tidak sebatas angan-angan
Masa depan Indonesia, tambahnya, ada di tangan anak-anak muda.
Sementara itu, Sandiaga mengatakan pada zaman sekarang, setiap orang dituntut memiliki adaptive quotient (AQ) yang mengukur sejauh mana bisa beradaptasi dengan situasi baru.
Baca juga: Kemarin, pidato RAPBN 2021 hingga utang luar negeri
"Negara-negara maju sudah mulai membahas tentang Ekonomi 5.0," kata calon wakil presiden pada Pemilu 2019 itu.
Menurut dia, para diaspora Indonesia adalah orang-orang terbaik yang dapat kesempatan kuliah di luar negeri. "Oleh karena itu, mereka semua harus bisa mengabdi kepada negara," ujarnya.
Baca juga: Rupiah berpeluang lanjutkan penguatan didukung sentimen global
Menurut Sandi, sekarang sudah waktunya untuk berkolaborasi bukan berkompetisi. Ia mencontohkan sudah saatnya memakai produk dalam negeri.
Sedangkan, Bima Arya menekankan pentingnya memperluas jaringan, memiliki nasionalisme, dan ingin mengabdi.
"Banyak cara untuk mengabdi tidak harus menjadi wali kota atau wakil presiden," katanya.
Baca juga: Wapres Ma'ruf minta "fintech" ikut tingkatkan literasi ekonomi syariah Indonesia