Palembang (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk menjamin ketersediaan cadangan batu bara untuk mendukung rencana perusahaan yang ingin mendiversifikasi bisnis melalui hilirisasi.

Rilis pers diterima ANTARA, Selasa, saat ini Bukit Asam memiliki cadangan batu bara tertambang di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, sebesar 3,33 miliar ton dan sumber daya sebesar 8,17 miliar ton.

Pembaruan informasi terkait cadangan batu bara ini selalu dilaksanakan Bukit Asam sebagai bentuk keterbukaan informasi perusahaan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan Perseroan website www.ptba.co.id dan website Bursa Efek Indonesia.

Dalam upayanya untuk meningkatkan nilai tambah batu bara serta mendukung program hilirisasi Bukit Asam telah mencanangkan hilirisasi di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ) Tanjung Enim pada Maret 2019, dengan menggandeng Air Products, perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang gasifikasi, sebagai investor.

Rencananya di pabrik hilirisasi yang berada di kawasan BACBSEZ Tanjung Enim itu akan diubah menjadi produk lain dengan teknologi gasifikasi.

Teknologi ini akan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas, untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).

Proyek hilirisasi batu bara ini direncanakan akan memproduksi 1,4 juta ton DME, 300 ribu ton methanol, dan 250 ribu ton MEG. DME hasil hilirisasi ini bahkan dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga dapat mengurangi impor gas untuk LPG.

Saat ini studi kelayakan sudah selesai dan masuk ke tahap FEED dan EPC, dengan harapan pabrik ini dapat beroperasi di akhir 2023.

Melalui hilirisasi batu bara, diyakini dapat mengurangi nilai impor gas Indonesia hingga sekitar satu miliar dolar AS per tahun. Total investasi untuk pengembangan gasifikasi ini adalah 3,2 miliar dolar AS, dengan Air Products bertindak sebagai investor di bisnis hulu dan turunannnya.

Selain hilirisasi, Bukit Asam juga menjalankan proyek pengembangan PLTU yaitu PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dan PLTU Feni Halmahera Timur.

PLTU Sumsel 8 berlokasi di Muara Enim dan memiliki kapasitas 2x620 MW yang dikelola oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), konsorsium antara PT Bukit Asam dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.

Proyek PLTU yang telah ditandatangani antara PLN, Bukit Asam, dan HBAP pada 19 Oktober 2017 lalu itu sedang berada pada tahap konstruksi yang dimulai sejak Juni 2018.

Untuk tahap konstruksi, diperkirakan memerlukan waktu selama 42 bulan untuk Unit I dan 45 bulan untuk Unit II. Commercial Operation Date (COD) ditargetkan pada tahun 2021 untuk Unit I dan tahun 2022 untuk Unit II dengan total kebutuhan batu bara sebesar 5,4 juta ton per tahun.

Sementara itu, PLTU Feni Halmahera Timur memiliki kapasitas 2x45 MW dan dibangun dengan sinergi antara Bukit Asam dengan Antam. Hingga saat ini, studi kelayakan proyek tersebut telah selesai dilakukan dan akan dilanjutkan dengan pembentukan usaha patungan. Proyek itu diperkirakan akan membutuhkan 330 ribu ton batu bara per tahun.

Pewarta : Dolly Rosana
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024