Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan bahwa pasien terpapar antraks dapat disembuhkan asalkan langsung mendapat perawatan dan pengobatan secara tepat.
Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawati di Gunung Kidul, Sabtu, menjelaskan pasien yang terpapar antraks sebagian besar atau 95 persen menyerang kulit di mana kulit seperti dalam kondisi luka.
"Di tengahnya ada kulit mati," katanya.
Selain itu, keluhan terkait dengan gangguan saluran pencernaan, seperti mual, diare, sedangkan gangguan pernapasan dengan gejalanya, antara lain batuk dan sesak napas.
"Dari pasien yang ditangani di RSUD Wonosari, pasien yang ditangani lebih menyerang kulit. Penyakit antraks yang menyerang manusia itu mudah sembuh, obatnya ada di puskesmas ada di rumah sakit ada. Asal ketemunya cepet terapi selesai sembuh,” katanya.
Ia mengatakan pasien yang terpapar antraks diberikan antibiotik selama tujuh sampai 10 hari.
"Pasien akan menjalani terapi sesuai aturan dan ketentuan, maka akan sembuh. Tapi kalau yang bersangkutan terinveksi lagi, ya sakit lagi,” katanya.
Terkait dengan kemungkinan Dinas Kesehatan Gunung Kidul menetapkan status kejadian luar biasa kasus antraks dalam menyikapi 12 warga Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, yang terpapar penyakit itu, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari Bogor, Jawa Barat.
Selain itu, pihaknya sudah memberikan antibiotik kepada 540 warga Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.
"Sampai saat ini, kejadian ini tidak disebut menjadi kejadian luar biasa. Namun, kami sudah membuat surat edaran kepada puskesmas, rumah sakit terkait penyebaran virus antraks yang perlu diantisipasi," katanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul juga telah mengeluarkan surat imbauan kepada masyarakat untuk menekankan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan dan kaki setelah berinteraksi dengan ternak.
"Kami berharap masyarakat tidak perlu panik. Pemkab akan mengantisipasi dan berupaya menyelesaikan masalah yang ada. Yang penting perilaku kita. Jangan mengonsumsi daging yang berasal dari ternak mati atau sakit,” katanya.
Dewi juga mengimbau masyarakat tetap tenang terhadap penyebaran penyakit tersebut.
Ia mengatakan belum ada hasil penelitian yang menyebut penularan antraks dari manusia ke manusia.
"Kami minta warga tenang dan bila terjadi gejala seperti antraks, langsung dibawa ke puskesmas terdekat," katanya.
Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah mereka positif antraks.
Sejak kasus antraks muncul pertengahan 2019, RSUD Wonosari menyiapkan ruangan dan dokter penyakit dalam untuk menangani jika ada pasien dugaan antraks. Sejak Desember 2019, pihaknya menerima 12 orang yang berasal dari daerah diduga terpapar antraks, satu di antaranya meninggal dunia.
"Kami masih menunggu sampel darah yang diperiksa di laboratorium di Bogor," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawati di Gunung Kidul, Sabtu, menjelaskan pasien yang terpapar antraks sebagian besar atau 95 persen menyerang kulit di mana kulit seperti dalam kondisi luka.
"Di tengahnya ada kulit mati," katanya.
Selain itu, keluhan terkait dengan gangguan saluran pencernaan, seperti mual, diare, sedangkan gangguan pernapasan dengan gejalanya, antara lain batuk dan sesak napas.
"Dari pasien yang ditangani di RSUD Wonosari, pasien yang ditangani lebih menyerang kulit. Penyakit antraks yang menyerang manusia itu mudah sembuh, obatnya ada di puskesmas ada di rumah sakit ada. Asal ketemunya cepet terapi selesai sembuh,” katanya.
Ia mengatakan pasien yang terpapar antraks diberikan antibiotik selama tujuh sampai 10 hari.
"Pasien akan menjalani terapi sesuai aturan dan ketentuan, maka akan sembuh. Tapi kalau yang bersangkutan terinveksi lagi, ya sakit lagi,” katanya.
Terkait dengan kemungkinan Dinas Kesehatan Gunung Kidul menetapkan status kejadian luar biasa kasus antraks dalam menyikapi 12 warga Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, yang terpapar penyakit itu, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari Bogor, Jawa Barat.
Selain itu, pihaknya sudah memberikan antibiotik kepada 540 warga Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.
"Sampai saat ini, kejadian ini tidak disebut menjadi kejadian luar biasa. Namun, kami sudah membuat surat edaran kepada puskesmas, rumah sakit terkait penyebaran virus antraks yang perlu diantisipasi," katanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul juga telah mengeluarkan surat imbauan kepada masyarakat untuk menekankan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan dan kaki setelah berinteraksi dengan ternak.
"Kami berharap masyarakat tidak perlu panik. Pemkab akan mengantisipasi dan berupaya menyelesaikan masalah yang ada. Yang penting perilaku kita. Jangan mengonsumsi daging yang berasal dari ternak mati atau sakit,” katanya.
Dewi juga mengimbau masyarakat tetap tenang terhadap penyebaran penyakit tersebut.
Ia mengatakan belum ada hasil penelitian yang menyebut penularan antraks dari manusia ke manusia.
"Kami minta warga tenang dan bila terjadi gejala seperti antraks, langsung dibawa ke puskesmas terdekat," katanya.
Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah mereka positif antraks.
Sejak kasus antraks muncul pertengahan 2019, RSUD Wonosari menyiapkan ruangan dan dokter penyakit dalam untuk menangani jika ada pasien dugaan antraks. Sejak Desember 2019, pihaknya menerima 12 orang yang berasal dari daerah diduga terpapar antraks, satu di antaranya meninggal dunia.
"Kami masih menunggu sampel darah yang diperiksa di laboratorium di Bogor," kata dia.