Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan Indonesia akan menambah 3 satelit hingga 2022 untuk meningkatkan jangkauan internet.
"Nanti setelah akhir 2022 itu kita ada satelit yang pertama, lalu nanti kita akan punya 2 satelit lagi," kata Rudiantara di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin.
Presiden Joko Widodo hari ini, meresmikan proyek Palapa Ring di Istana Negara. Dalam peresmian ini dilakukan video konferensi dengan pejabat Pemda dari Merauke, Sorong, Rote, Penajam Paser Utara dan Sabang.
"Jadi total ada 3 karena harus punya kapasitas besar, karena semua sekolah ada 90 ribu sekolah dari 214 ribu sekolah yang belum terhubung dengan internet, semua puskesmas di seluruh Indonesia, semua rumah sakit, semua kantor desa harus terkoneksi dengan kecepatan internet yang tinggi, bukan yang lemot," tambah Rudiantara.
Menurut Rudiantara, total satelit tersebut bernilai sekitar Rp22 triliun.
"Total kewajiban pemerintah dalam Palapa Ring sekitar Rp22 triliun, kurang lebih sama dengan satelit nanti 2022. Kita masih perlu 2 satelit lagi, jadi pemerintah masih bangun 4.000 BTS (Base Transceiver Station) lagi sampai 2020 dan diharapkan sudah istilahnya merdeka sinyal, dengan desa yang ada masyarakatnya itu bisa 'di-cover' oleh sinyal selular maupun akses internet," tambah Rudiantara.
Untuk Palapa Ring sendiri, dikerjakan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau public private partnership (PPP).
Pembiayaan yang diterapkan dengan skema availability payment (AP), memungkinkan pemerintah memulai pembayaran penggantian modal yang ditanamkan investor setelah proyek beroperasi.
"Konsorsium 'built operate on transfer' jadi konsorsium yang membangun, mengoperasikan, memiliki aset sampai 15 tahun baru ditransfer ke kita. Kan sudah ada yang operasi tahun lalu jadi 2018, tambah 15 jadi 2033 yang sudah palapa ring barat dan tengah, karena sudah operasi dan sudah ada yang dibayar ke konsersium," jelas Rudiantara.
Sedangkan tarif internet dari Palapa Ring tersebut menurut Rudiantara bersifat fleksibel.
"Untuk tarif lebih fleksibel karena insentif untuk masyarakat untuk operator," tambah Rudiantara.
Proyek Palapa Ring ini bermula sejak Juli 2007, diawali dengan penandatangan konsorsium pembangunan jaringan serat optik di Kawasan Indonesia Timur (KIT) oleh tujuh operator telekomunikasi. Namun, konsorsium itu mengalami kendala hingga akhirnya terbengkalai hampir satu dekade.
Palapa Ring merupakan proyek pembangunan "back bone" atau tulang punggung serat optik nasional, yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel di daratan adalah sejauh 21.807 kilometer.
Tiga ruas back bone, yakni Palapa Ring Barat, Palapa Ring Tengah dan Palapa Ring Timur. Proyek itu terdiri dari tujuh lingkar kecil serat optik di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi dan Maluku.
Palapa Ring Barat telah selesai pada Maret 2018, menjangkau wilayah Riau, Kepulauan Riau hingga Pulau Natuna dengan jaringan laut sepanjang 1.730 kilometer dan darat 545 kilometer.
Palapa Ring Tengah menjangkau 27 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,Maluku Utara, dan Kalimantan Timur dengan 1.706 kilometer jaringan laut dan 1.289 jaringan darat.
Palapa Ring-Timur dibangun sejauh 4.450 kilometer yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan "land cable" sepanjang 600 KM dengan "landing point" sejumlah lima belas titik pada 21 kota/kabupaten.
Pembangunan infrastruktur ini juga ditujukan untuk memacu penetrasi para operator di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Palapa Ring bisa mengurangi beban investasi membangun infrastruktur jaringan dari nol secara signifikan sehingga jaringan internet dapat menjangkau ke kecamatan dan kelurahan, kemudian ke rumah-rumah penduduk dan fasilitas-fasilitas umum, seperti sekolah dan rumah sakit.
Kehadiran berbagai operator atau penyedia jaringan internet yang dirangsang Palapa Ring bisa membuat harga semakin cocok di kantong masyarakat. Tak hanya itu, layanan setiap penyedia jaringan juga bisa semakin meningkat akibat adanya kompetisi ini.
"Nanti setelah akhir 2022 itu kita ada satelit yang pertama, lalu nanti kita akan punya 2 satelit lagi," kata Rudiantara di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin.
Presiden Joko Widodo hari ini, meresmikan proyek Palapa Ring di Istana Negara. Dalam peresmian ini dilakukan video konferensi dengan pejabat Pemda dari Merauke, Sorong, Rote, Penajam Paser Utara dan Sabang.
"Jadi total ada 3 karena harus punya kapasitas besar, karena semua sekolah ada 90 ribu sekolah dari 214 ribu sekolah yang belum terhubung dengan internet, semua puskesmas di seluruh Indonesia, semua rumah sakit, semua kantor desa harus terkoneksi dengan kecepatan internet yang tinggi, bukan yang lemot," tambah Rudiantara.
Menurut Rudiantara, total satelit tersebut bernilai sekitar Rp22 triliun.
"Total kewajiban pemerintah dalam Palapa Ring sekitar Rp22 triliun, kurang lebih sama dengan satelit nanti 2022. Kita masih perlu 2 satelit lagi, jadi pemerintah masih bangun 4.000 BTS (Base Transceiver Station) lagi sampai 2020 dan diharapkan sudah istilahnya merdeka sinyal, dengan desa yang ada masyarakatnya itu bisa 'di-cover' oleh sinyal selular maupun akses internet," tambah Rudiantara.
Untuk Palapa Ring sendiri, dikerjakan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau public private partnership (PPP).
Pembiayaan yang diterapkan dengan skema availability payment (AP), memungkinkan pemerintah memulai pembayaran penggantian modal yang ditanamkan investor setelah proyek beroperasi.
"Konsorsium 'built operate on transfer' jadi konsorsium yang membangun, mengoperasikan, memiliki aset sampai 15 tahun baru ditransfer ke kita. Kan sudah ada yang operasi tahun lalu jadi 2018, tambah 15 jadi 2033 yang sudah palapa ring barat dan tengah, karena sudah operasi dan sudah ada yang dibayar ke konsersium," jelas Rudiantara.
Sedangkan tarif internet dari Palapa Ring tersebut menurut Rudiantara bersifat fleksibel.
"Untuk tarif lebih fleksibel karena insentif untuk masyarakat untuk operator," tambah Rudiantara.
Proyek Palapa Ring ini bermula sejak Juli 2007, diawali dengan penandatangan konsorsium pembangunan jaringan serat optik di Kawasan Indonesia Timur (KIT) oleh tujuh operator telekomunikasi. Namun, konsorsium itu mengalami kendala hingga akhirnya terbengkalai hampir satu dekade.
Palapa Ring merupakan proyek pembangunan "back bone" atau tulang punggung serat optik nasional, yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel di daratan adalah sejauh 21.807 kilometer.
Tiga ruas back bone, yakni Palapa Ring Barat, Palapa Ring Tengah dan Palapa Ring Timur. Proyek itu terdiri dari tujuh lingkar kecil serat optik di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi dan Maluku.
Palapa Ring Barat telah selesai pada Maret 2018, menjangkau wilayah Riau, Kepulauan Riau hingga Pulau Natuna dengan jaringan laut sepanjang 1.730 kilometer dan darat 545 kilometer.
Palapa Ring Tengah menjangkau 27 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,Maluku Utara, dan Kalimantan Timur dengan 1.706 kilometer jaringan laut dan 1.289 jaringan darat.
Palapa Ring-Timur dibangun sejauh 4.450 kilometer yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan "land cable" sepanjang 600 KM dengan "landing point" sejumlah lima belas titik pada 21 kota/kabupaten.
Pembangunan infrastruktur ini juga ditujukan untuk memacu penetrasi para operator di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Palapa Ring bisa mengurangi beban investasi membangun infrastruktur jaringan dari nol secara signifikan sehingga jaringan internet dapat menjangkau ke kecamatan dan kelurahan, kemudian ke rumah-rumah penduduk dan fasilitas-fasilitas umum, seperti sekolah dan rumah sakit.
Kehadiran berbagai operator atau penyedia jaringan internet yang dirangsang Palapa Ring bisa membuat harga semakin cocok di kantong masyarakat. Tak hanya itu, layanan setiap penyedia jaringan juga bisa semakin meningkat akibat adanya kompetisi ini.