Semarang (ANTARA) - Innalillahi wa innailaihi rojiu'un...masyarakat Indonesia kehilangan salah seorang sosok ulama besar dan karismatik Kiai Haji Maimoen Zubair yang wafat di Mekkah, Arab Saudi, pada hari Selasa (6/8) ini sekitar pukul 04.17 waktu setempat.
Mbah Moen, sapaan akrab dari KH Maimoen Zubair wafat dalam usia 91 tahun saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Dalam kehidupan sehari-hari, Mbah Moen yang lahir 28 Oktober 1928 dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Ayahanda Mbah Moen adalah Kiai Zubair, seorang alim ulama yang merupakan murid dari ulama besar Syaikh Said Al Yamani dan Syaikh Hasan Al Yamani Al Makky, sedangkan ibundanya adalah Nyai Mahmudah binti KH Ahmad bin Syuaib.
Dari ketiga pernikahannya, Mbah Moen dikaruniai sepuluh anak yaitu KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abdul Ghofur, Gus Abdur Rouf, Gus Muhammad Wafi, Gus Yasin (Taj Yasin Maimoen), Gus Idror, Sobihah, dan Rodhiyah.
Mbah Moen saat muda pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, yang saat itu diasuh oleh KH Abdul Karim, KH Marzuki, dan KH Mahrus Ali, selama kurun waktu lima tahun.
Tidak hanya di Indonesia, Mbah Moen juga sempat menuntut ilmu agama di Mekkah, Arab Saudi, dengan berguru pada sejumlah ulama besar seperti Sayyud Alawai bin Abbas Al Maliki, Syekh Al-Imam Hasan Al Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, Syekh Yasin Isa Al-Fadani, dan Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.
Ayah dari Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) ini diketahui menjadi murid dari ulama di Jawa antara lain, Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum, Kiai Bisri Musthofa, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih, Kiai Abdullah Abbas Buntet, Syekh Abul Fadhol Senori dan beberapa ulama besar lainnya.
Dari hasil belajar di berbagai tempat tersebut, Mbah Moen menguasai secara mendalam ilmu fikih sehingga menjadi rujukan dari sejumlah kalangan untuk belajar mengenai kitab kuning, serta mempelajarinya secara mendalam.
Selain dikenal sebagai salah satu ulama besar di Indonesia, Mbah Moen juga dikenal sebagai mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sebagai politikus partai berlambang Kakbah, Mbah Moen sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama tujuh tahun dan menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.
Jabatan lain yang pernah diemban Mbah Moen antara lain, Ketua Syuriah NU Jateng, Ketua Jamiyah Thariqah NU, dan Ketua MPP PPP.
Pada daftar ibadah haji tahun ini, Mbah Moen tercatat sebagai salah seorang peserta dari Indonesia.
Sehari sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, Mbah Moen dengan didampingi Gus Yasin menyempatkan diri mengunjungi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di kediamannya di Menteng, Jakarta.
Dalam kunjungan silaturahmi tersebut, Mbah Moen berpamitan karena akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada Minggu (28/7).
Kepergian Mbah Moen untuk selama-lamanya membawa duka mendalam bagi salah seorang putranya, Gus Yasin.
Dalam akun Instagram @tajyasinmz, Gus Yasin menuliskan sejumlah kalimat sebagai berikut.
Berbeda sekali tatapan raut wajahmu tatkala aku bersimpuh sungkem dan menatap wajahmu, ada yang engkau tahan dari guratan wajahmu dibalik senyum terindah yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Ada air mata aku rasakan dalam pandanganmu, seketika aku tundukkan wajahmu sambil menitik air mataku.
Bah sejak saat itu sebenarnya ada rasa kehilangan yang teramat dalam seumur hidupku melepas keberangkatanmu menunaikan ibadah, berbeda sekali dengan biasanya.
Gubernur Ganjar Pranowo yang menjadi pasangan Gus Yasin dalam memimpin Jawa Tengah menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Mbah Moen.
"Saya atas nama pribadi, keluarga dan sebagai Gubernur Jateng menyampaikan duka yang mendalam. Innalillahi wa innailaihi rojiun, kita berdoa semoga Mbah Moen husnul khotimah," katanya saat ditemui di Semarang.
Menurut Ganjar, berpulangnya Mbah Moen merupakan kabar yang menggetarkan bagi dirinya.
"Banyak kenangan tentang beliau, selama saya dengan Gus Yasin mulai sejak kampanye sampai terpilih, selalu bareng beliau. Beliau selalu memberikan pesan tentang semangat kebangsaan, patriotisme dan kenegaraan. Beliau ini sosok kiai yang nasionalis yang menjadi rujukan hampir semua orang," ujarnya.
Di mata Ganjar, sosok Mbah Moen merupakan tokoh ulama yang rendah hati dan penyayang karena meskipun beliau kiai sepuh, namun tidak pernah menganggap orang lain lebih rendah darinya.
Kini sosok ulama besar yang sering berperan dalam mempersatukan umat di Indonesia itu telah berpulang ke Rahmatullah meninggalkan kesan yang mendalam bagi semua pihak.
Selamat jalan Mbah Moen...semoga husnul khotimah.
Mbah Moen, sapaan akrab dari KH Maimoen Zubair wafat dalam usia 91 tahun saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Dalam kehidupan sehari-hari, Mbah Moen yang lahir 28 Oktober 1928 dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Ayahanda Mbah Moen adalah Kiai Zubair, seorang alim ulama yang merupakan murid dari ulama besar Syaikh Said Al Yamani dan Syaikh Hasan Al Yamani Al Makky, sedangkan ibundanya adalah Nyai Mahmudah binti KH Ahmad bin Syuaib.
Dari ketiga pernikahannya, Mbah Moen dikaruniai sepuluh anak yaitu KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abdul Ghofur, Gus Abdur Rouf, Gus Muhammad Wafi, Gus Yasin (Taj Yasin Maimoen), Gus Idror, Sobihah, dan Rodhiyah.
Mbah Moen saat muda pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, yang saat itu diasuh oleh KH Abdul Karim, KH Marzuki, dan KH Mahrus Ali, selama kurun waktu lima tahun.
Tidak hanya di Indonesia, Mbah Moen juga sempat menuntut ilmu agama di Mekkah, Arab Saudi, dengan berguru pada sejumlah ulama besar seperti Sayyud Alawai bin Abbas Al Maliki, Syekh Al-Imam Hasan Al Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, Syekh Yasin Isa Al-Fadani, dan Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.
Ayah dari Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) ini diketahui menjadi murid dari ulama di Jawa antara lain, Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum, Kiai Bisri Musthofa, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih, Kiai Abdullah Abbas Buntet, Syekh Abul Fadhol Senori dan beberapa ulama besar lainnya.
Dari hasil belajar di berbagai tempat tersebut, Mbah Moen menguasai secara mendalam ilmu fikih sehingga menjadi rujukan dari sejumlah kalangan untuk belajar mengenai kitab kuning, serta mempelajarinya secara mendalam.
Selain dikenal sebagai salah satu ulama besar di Indonesia, Mbah Moen juga dikenal sebagai mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sebagai politikus partai berlambang Kakbah, Mbah Moen sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama tujuh tahun dan menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.
Jabatan lain yang pernah diemban Mbah Moen antara lain, Ketua Syuriah NU Jateng, Ketua Jamiyah Thariqah NU, dan Ketua MPP PPP.
Pada daftar ibadah haji tahun ini, Mbah Moen tercatat sebagai salah seorang peserta dari Indonesia.
Sehari sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, Mbah Moen dengan didampingi Gus Yasin menyempatkan diri mengunjungi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di kediamannya di Menteng, Jakarta.
Dalam kunjungan silaturahmi tersebut, Mbah Moen berpamitan karena akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada Minggu (28/7).
Kepergian Mbah Moen untuk selama-lamanya membawa duka mendalam bagi salah seorang putranya, Gus Yasin.
Dalam akun Instagram @tajyasinmz, Gus Yasin menuliskan sejumlah kalimat sebagai berikut.
Berbeda sekali tatapan raut wajahmu tatkala aku bersimpuh sungkem dan menatap wajahmu, ada yang engkau tahan dari guratan wajahmu dibalik senyum terindah yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Ada air mata aku rasakan dalam pandanganmu, seketika aku tundukkan wajahmu sambil menitik air mataku.
Bah sejak saat itu sebenarnya ada rasa kehilangan yang teramat dalam seumur hidupku melepas keberangkatanmu menunaikan ibadah, berbeda sekali dengan biasanya.
Gubernur Ganjar Pranowo yang menjadi pasangan Gus Yasin dalam memimpin Jawa Tengah menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Mbah Moen.
"Saya atas nama pribadi, keluarga dan sebagai Gubernur Jateng menyampaikan duka yang mendalam. Innalillahi wa innailaihi rojiun, kita berdoa semoga Mbah Moen husnul khotimah," katanya saat ditemui di Semarang.
Menurut Ganjar, berpulangnya Mbah Moen merupakan kabar yang menggetarkan bagi dirinya.
"Banyak kenangan tentang beliau, selama saya dengan Gus Yasin mulai sejak kampanye sampai terpilih, selalu bareng beliau. Beliau selalu memberikan pesan tentang semangat kebangsaan, patriotisme dan kenegaraan. Beliau ini sosok kiai yang nasionalis yang menjadi rujukan hampir semua orang," ujarnya.
Di mata Ganjar, sosok Mbah Moen merupakan tokoh ulama yang rendah hati dan penyayang karena meskipun beliau kiai sepuh, namun tidak pernah menganggap orang lain lebih rendah darinya.
Kini sosok ulama besar yang sering berperan dalam mempersatukan umat di Indonesia itu telah berpulang ke Rahmatullah meninggalkan kesan yang mendalam bagi semua pihak.
Selamat jalan Mbah Moen...semoga husnul khotimah.