London (Antarasumsel.com) - Anak-anak Inggris dengan antusias bermain dengan Sipirok, boneka orangutan yang ditampilkan dalam acara Festival Imagine yang merupakan kegiatan tahunan anak di pusat kesenian dan kebudayaan bergengsi di pusat kota London, Southbank Centre.
Cerita dari buku karya Felicia Nayoan Siregar dan illustrator Astri Sefrina van Eenbergen, "Si Pirok Ke Kota" dan "Komodo Mau Main Musik" tampil bersama karya seniman dan penulis asal Inggris, Finlandia dan Norwegia, Minggu(12/2).
Selama sekitar 30 menit lebih anak-anak Inggris duduk di atas tikar mendengarkan dengan seksama namun karena bersifat interaktif, sesekali mereka menyentuh boneka orang utan bernana si Pirok yang dibawa berkeliling ke tengah anak-anak.
Mereka juga memegang boneka Komodo yang ingin belajar musik, idenya memang bersentuhan langsung dengan cerita biarpun sebenarnya satwa dan setting lokasi cerita Si Pirok di Kalimantan dan Komodo di Pulau Komodo, ujar Felicia Nayoan Siregar kepada Antara London, Senin.
Selain boneka orang utan dan komodo, Felicia juga memperkenalkan berbagai kendaraan yang dijumpai di Indonesia seperti sepeda, metro mini, becak dan pesawat terbang.
Sesuai dengan isi cerita berbagai peralatan musik khas Indonesia seperti suling bambu, angklung, dan sasando kecil. Penuturan cerita ini juga diramaikan dengan permainan gamelan mini sebagai musik pengiring, yang juga menjadi salah satu unsur budaya yang ingin diperkenalkan kepada khalayak penonton.
Ketika Felicia sedang bertutur satu atau dua anak yang sudah membeli bukunya ikut pula nyelutuk ditengah Felicia bercerita, ¿Pirok akan makan buah di dalam keranjang.¿ Atau ketika penutur mengeluarkan buah berduri, apa ini? Maka seorang anak keturunan Malaysia, James, yang hidup di Inggris, tentu bisa menjawab `durian¿. Bisa diduga dia sering diajak keluarganya pulang ke Asia.
Namun bukan hanya ketika Felicia bertutur saja anak-anak yang mendengarkan sambil memberi komentar gembira , tapi setelah selesai, mereka juga berani mencium bau durian, memegang rambutan dan mangga, berfoto bersama Pirok si orang utang kecil atau Komodo dan bergantian memukul gong gamelan.
Sementara sekelompok anak kecil laki-laki lebih tertarik dengan metro mini dan becak. Acara ditutup dengan Felicia Gerda Nayoan menandatangani buku-bukunya untuk beberapa anak yang membelinya.
Salah seorang manajer Southbank, Dr. Sophie Ransby, yang mengundang penuturan cerita Si Pirok ke Kota dan Komodo Mau Main Musik ikut serta ke festival anak tahunan Imagine- merasa puas dengan respon dari anak-anak yang hadir. ¿Amat bagus. Anak-anak senang, mereka bergabung dengan ceritanya, mereka suka orang utan, suka komodo. Anak-anak juga berinteraksi dengan Felicia, sambil coba menduga-duga apa yang akan terjadi pada cerita. Mereka juga suka musiknya, ujarnya.
Festival Imagine yang berlangsung dari tanggal 9 hingga 19 Februari menghadirkan berbagai kegiatan untuk anak antara lain penuturan cerita, puisi, musik, sirkus, pameran patung dan kegiatan seni dan budaya lainnya.
"Si Pirok Ke Kota" diterbitkan Kantor Atase Pendidikan KBRI London berkisah tentang anak orang utan yang tersesat di kota. Sedangkan "Komodo Mau Main Musik" diterbitkan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO di Paris.
Felicia Nayoan-Siregar, kelahiran Tanjung Karang menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebelum pindah ke London. Selain menulis buku anak, Felicia mengajar Bahasa Indonesia dan mengelola organisasi sosial ArtiUK yang menyelenggarakan Indonesia Kontemporer, festival kebudayaan Indonesia tahunan di London.
Cerita dari buku karya Felicia Nayoan Siregar dan illustrator Astri Sefrina van Eenbergen, "Si Pirok Ke Kota" dan "Komodo Mau Main Musik" tampil bersama karya seniman dan penulis asal Inggris, Finlandia dan Norwegia, Minggu(12/2).
Selama sekitar 30 menit lebih anak-anak Inggris duduk di atas tikar mendengarkan dengan seksama namun karena bersifat interaktif, sesekali mereka menyentuh boneka orang utan bernana si Pirok yang dibawa berkeliling ke tengah anak-anak.
Mereka juga memegang boneka Komodo yang ingin belajar musik, idenya memang bersentuhan langsung dengan cerita biarpun sebenarnya satwa dan setting lokasi cerita Si Pirok di Kalimantan dan Komodo di Pulau Komodo, ujar Felicia Nayoan Siregar kepada Antara London, Senin.
Selain boneka orang utan dan komodo, Felicia juga memperkenalkan berbagai kendaraan yang dijumpai di Indonesia seperti sepeda, metro mini, becak dan pesawat terbang.
Sesuai dengan isi cerita berbagai peralatan musik khas Indonesia seperti suling bambu, angklung, dan sasando kecil. Penuturan cerita ini juga diramaikan dengan permainan gamelan mini sebagai musik pengiring, yang juga menjadi salah satu unsur budaya yang ingin diperkenalkan kepada khalayak penonton.
Ketika Felicia sedang bertutur satu atau dua anak yang sudah membeli bukunya ikut pula nyelutuk ditengah Felicia bercerita, ¿Pirok akan makan buah di dalam keranjang.¿ Atau ketika penutur mengeluarkan buah berduri, apa ini? Maka seorang anak keturunan Malaysia, James, yang hidup di Inggris, tentu bisa menjawab `durian¿. Bisa diduga dia sering diajak keluarganya pulang ke Asia.
Namun bukan hanya ketika Felicia bertutur saja anak-anak yang mendengarkan sambil memberi komentar gembira , tapi setelah selesai, mereka juga berani mencium bau durian, memegang rambutan dan mangga, berfoto bersama Pirok si orang utang kecil atau Komodo dan bergantian memukul gong gamelan.
Sementara sekelompok anak kecil laki-laki lebih tertarik dengan metro mini dan becak. Acara ditutup dengan Felicia Gerda Nayoan menandatangani buku-bukunya untuk beberapa anak yang membelinya.
Salah seorang manajer Southbank, Dr. Sophie Ransby, yang mengundang penuturan cerita Si Pirok ke Kota dan Komodo Mau Main Musik ikut serta ke festival anak tahunan Imagine- merasa puas dengan respon dari anak-anak yang hadir. ¿Amat bagus. Anak-anak senang, mereka bergabung dengan ceritanya, mereka suka orang utan, suka komodo. Anak-anak juga berinteraksi dengan Felicia, sambil coba menduga-duga apa yang akan terjadi pada cerita. Mereka juga suka musiknya, ujarnya.
Festival Imagine yang berlangsung dari tanggal 9 hingga 19 Februari menghadirkan berbagai kegiatan untuk anak antara lain penuturan cerita, puisi, musik, sirkus, pameran patung dan kegiatan seni dan budaya lainnya.
"Si Pirok Ke Kota" diterbitkan Kantor Atase Pendidikan KBRI London berkisah tentang anak orang utan yang tersesat di kota. Sedangkan "Komodo Mau Main Musik" diterbitkan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO di Paris.
Felicia Nayoan-Siregar, kelahiran Tanjung Karang menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebelum pindah ke London. Selain menulis buku anak, Felicia mengajar Bahasa Indonesia dan mengelola organisasi sosial ArtiUK yang menyelenggarakan Indonesia Kontemporer, festival kebudayaan Indonesia tahunan di London.