San Fransisco, (ANTARA Sumsel) - Maya, profesional muda di bidang IT yang telah lama berkarier di Silicon Valley, San Fransisco, Amerika Serikat (AS), terjebak dalam dilema ketika dihadapkan pada pilihan akan tetap di negeri orang atau kembali ke Tanah Air.
Maya yang bernama lengkap Maya Eko Rini itu tidak pernah merasa yakin kariernya akan berkembang jika memilih pulang ke Indonesia karena belum banyak kebijakan yang mendukung profesional untuk berwirausaha.
Maka wajar jika perempuan yang berprofesi sebagai software engineer itu kemudian tampak demikian bersemangat ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan menemui masyarakat dan diaspora Indonesia yang menetap di San Fransisco.
Maya pun hadir pada Selasa malam sekitar pukul 19.00 waktu setempat, Auditorium Palace of Fine Arts, San Fransisco, karena sangat ingin menanyakan langsung kebijakan apa yang ditawarkan Presiden Jokowi kepada para profesional seperti dirinya.
Malam ini Gedung Teater kebanggaan masyarakat di San Fransisco itu pun dibanjiri hingga 800 orang Indonesia yang rindu ingin bertemu Presidennya.
Maka Maya pun langsung tunjuk tangan ketika Presiden Jokowi membuka sesi tanya jawab dengan masyarakat dan diaspora Indonesia soal apa pun.
"Apa kira-kita yang diusung Pemerintahan Jokowi terkait kemudahan atau insentif untuk start up lokal Indonesia?" Ucap Maya lantang.
Baginya untuk kembali pulang ke Indonesia, merintis bisnis masih mendatangkan keraguan yang besar.
"Untuk kami kembali pulang ke Indonesia merintis bisnis agak bagaimana gitu ya, kalau di Singapura, Brunai, Malaysia pemerintahnya sudah memberikan banyak kemudahan. Kemudian di Chili, di Belanda juga. Bagaimana di Indonesia," katanya.
Ia sempat mendengar ada dana Rp12 triliun akan digelontorkan dalam bentuk pinjaman untuk generasi digital maka ia pun mempertanyakannya.
Segudang keraguan Maya sejatinya mewakili ratusan ribu diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia.
Pulang Saja
"Maya kalau mau pulang, pulang aja," jawab Presiden Jokowi di Auditorium besar itu. Suaranya menggema hingga tepuk tangan hadirin seketika menggema.
"Kalau mau jadi entrepreneur, pulang saja nanti perkara di sana pontang-panting itu nanti, yang jelas dengan semua pengalaman yang Maya punyai dari sini akan menjadi nilai tambah yang besar bagi negara kita," kata Presiden.
Mantan Gubernur DKI itu bahkan mengaku memiliki target khusus untuk bisa menciptakan 1.000 technopreneur, developer seperti Maya yang bisa menjadi bibit tumbuhnya generasi digital di Tanah Air.
Sebab tanpa generasi digital, Indonesia tidak akan mampu mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain di bidang TIK.
Presiden mengaku masih banyaknya prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapainya termasuk internet broadband yang belum masuk hingga pedalaman sampai akses pendanaan.
Hal-hal yang masih menjadi kekurangan itu menurut dia harus bisa dikejar karena industri ekonomi digital dan ekonomi kreatif memiliki peluang yang sangat besar.
Ia membuka kesempatan kepada seluruh generasi muda Indonesia untuk menciptakan karya kreatif termasuk aplikasi-aplikasi baru yang inovatif.
"Hal-hal seperti ini yang punya anak-anak muda, anak-anak tua udah enggak punya," katanya.
Untuk akses pendanaan, Presiden menargetkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa ditekan sampai 7 persen, tahun ini 9 persen dari sebelumnya 22 persen agar bisa membiayai start up pemula.
Roadmap E-Commerce
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi meminta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara untuk menjelaskan insentif yang ditawarkan pemerintah di bidang e-commerce.
Rudiantara kemudian mengatakan pemerintah telah menyusun roadmap e-commerce untuk Indonesia.
Potensi e-commerce Indonesia bisa mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020 sehingga seluruh kebijakan terkait ekonomi digital harus segera dieksekusi.
"Roadmap mencakup isu logistik, pendanaan, broadband mencapai pelosok, hingga SDM dalam konteks digital ekonomi," katanya.
Rudiantara menegaskan roadmap tersebut sudah selesai disusun dan akan dilengkapi aturan pendukung dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres).
Soal pendanaan, Rudiantara mengatakan KUR akan disiapkan dalam skema khusus agar bisa mendanai start up.
"Tapi tidak dalam bentuk KUR yang seperti sekarang yang melibatkan bank tapi dalam bentuk venture capital," katanya.
Sementara Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menekankan ekonomi menjadi salah satu topik besar yang dibahas dalam KTT AS-ASEAN.
"Misi dari Presiden adalah bagaimana teknologi dapat diakses oleh UMKM kita. Teknologi harus mendatangkan manfaat bagi semua," katanya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly terkait kebijakan property right untuk start up lokal hingga terus mengkaji kebijakan dwikewarganegaraan bagi para diaspora di berbagai belahan dunia.
Sejumlah kemudahan yang disiapkan itulah yang mendorong Jokowi meminta Maya untuk kembali ke Indonesia.
Demikian juga dengan Maya-Maya lain dimanapun berada di berbagai belahan dunia. Indonesia butuh dara baru untuk membangun generasi digital.
Maya yang bernama lengkap Maya Eko Rini itu tidak pernah merasa yakin kariernya akan berkembang jika memilih pulang ke Indonesia karena belum banyak kebijakan yang mendukung profesional untuk berwirausaha.
Maka wajar jika perempuan yang berprofesi sebagai software engineer itu kemudian tampak demikian bersemangat ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan menemui masyarakat dan diaspora Indonesia yang menetap di San Fransisco.
Maya pun hadir pada Selasa malam sekitar pukul 19.00 waktu setempat, Auditorium Palace of Fine Arts, San Fransisco, karena sangat ingin menanyakan langsung kebijakan apa yang ditawarkan Presiden Jokowi kepada para profesional seperti dirinya.
Malam ini Gedung Teater kebanggaan masyarakat di San Fransisco itu pun dibanjiri hingga 800 orang Indonesia yang rindu ingin bertemu Presidennya.
Maka Maya pun langsung tunjuk tangan ketika Presiden Jokowi membuka sesi tanya jawab dengan masyarakat dan diaspora Indonesia soal apa pun.
"Apa kira-kita yang diusung Pemerintahan Jokowi terkait kemudahan atau insentif untuk start up lokal Indonesia?" Ucap Maya lantang.
Baginya untuk kembali pulang ke Indonesia, merintis bisnis masih mendatangkan keraguan yang besar.
"Untuk kami kembali pulang ke Indonesia merintis bisnis agak bagaimana gitu ya, kalau di Singapura, Brunai, Malaysia pemerintahnya sudah memberikan banyak kemudahan. Kemudian di Chili, di Belanda juga. Bagaimana di Indonesia," katanya.
Ia sempat mendengar ada dana Rp12 triliun akan digelontorkan dalam bentuk pinjaman untuk generasi digital maka ia pun mempertanyakannya.
Segudang keraguan Maya sejatinya mewakili ratusan ribu diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia.
Pulang Saja
"Maya kalau mau pulang, pulang aja," jawab Presiden Jokowi di Auditorium besar itu. Suaranya menggema hingga tepuk tangan hadirin seketika menggema.
"Kalau mau jadi entrepreneur, pulang saja nanti perkara di sana pontang-panting itu nanti, yang jelas dengan semua pengalaman yang Maya punyai dari sini akan menjadi nilai tambah yang besar bagi negara kita," kata Presiden.
Mantan Gubernur DKI itu bahkan mengaku memiliki target khusus untuk bisa menciptakan 1.000 technopreneur, developer seperti Maya yang bisa menjadi bibit tumbuhnya generasi digital di Tanah Air.
Sebab tanpa generasi digital, Indonesia tidak akan mampu mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain di bidang TIK.
Presiden mengaku masih banyaknya prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapainya termasuk internet broadband yang belum masuk hingga pedalaman sampai akses pendanaan.
Hal-hal yang masih menjadi kekurangan itu menurut dia harus bisa dikejar karena industri ekonomi digital dan ekonomi kreatif memiliki peluang yang sangat besar.
Ia membuka kesempatan kepada seluruh generasi muda Indonesia untuk menciptakan karya kreatif termasuk aplikasi-aplikasi baru yang inovatif.
"Hal-hal seperti ini yang punya anak-anak muda, anak-anak tua udah enggak punya," katanya.
Untuk akses pendanaan, Presiden menargetkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa ditekan sampai 7 persen, tahun ini 9 persen dari sebelumnya 22 persen agar bisa membiayai start up pemula.
Roadmap E-Commerce
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi meminta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara untuk menjelaskan insentif yang ditawarkan pemerintah di bidang e-commerce.
Rudiantara kemudian mengatakan pemerintah telah menyusun roadmap e-commerce untuk Indonesia.
Potensi e-commerce Indonesia bisa mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020 sehingga seluruh kebijakan terkait ekonomi digital harus segera dieksekusi.
"Roadmap mencakup isu logistik, pendanaan, broadband mencapai pelosok, hingga SDM dalam konteks digital ekonomi," katanya.
Rudiantara menegaskan roadmap tersebut sudah selesai disusun dan akan dilengkapi aturan pendukung dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres).
Soal pendanaan, Rudiantara mengatakan KUR akan disiapkan dalam skema khusus agar bisa mendanai start up.
"Tapi tidak dalam bentuk KUR yang seperti sekarang yang melibatkan bank tapi dalam bentuk venture capital," katanya.
Sementara Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menekankan ekonomi menjadi salah satu topik besar yang dibahas dalam KTT AS-ASEAN.
"Misi dari Presiden adalah bagaimana teknologi dapat diakses oleh UMKM kita. Teknologi harus mendatangkan manfaat bagi semua," katanya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly terkait kebijakan property right untuk start up lokal hingga terus mengkaji kebijakan dwikewarganegaraan bagi para diaspora di berbagai belahan dunia.
Sejumlah kemudahan yang disiapkan itulah yang mendorong Jokowi meminta Maya untuk kembali ke Indonesia.
Demikian juga dengan Maya-Maya lain dimanapun berada di berbagai belahan dunia. Indonesia butuh dara baru untuk membangun generasi digital.