Mataram (ANTARA Sumsel) - Populasi burung koak kiau (Philemon buceroides) di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, terancam punah akibat maraknya perburuan liar yang dilakukan masyarakat.

Fungsional Pengendali Ekosistem Hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB Tri Endang Wahyuni di Mataram, Selasa, mengatakan pihaknya pernah melakukan monitoring populasi koak kiau di Kerandangan, Kabupaten Lombok Barat.

"Dari hasil monitoring populasi tersebut, kami menemukan hanya lima hingga 10 ekor di Kerandangan. Kalau dulu setuap pagi terdengar kicauan burung yang biasanya bertelur di pohon kelapa itu," katanya.

Ia mengatakan, semakin berkurangnya populasi jenis satwa tersebut, karena banyak ditangkap dan dijual di pasar burung. "Jenis burung tersebut diburu karena suara kicaunya cukup menarik," katanya.

Untuk mencegah perburuan liar satwa dilindungi terutama di Pulau Sumbawa pihak Balai KSDA NTB berupaya melakukan pengawasan secara ketat terutama di kawasan konservasi.

"Terkait dengan pengawasan satwa dilundungi termasuk koak kiau, kami mengalami kendala terutama karena keterbatasan personel, sementara yang perlu diawasi sekitar 20 kawasan konservasi yang menjadi habitat koa kiau," katanya.

Menurut Tri, populasi burung koak kiau itu tersebar antara lain di Pulau Moyo dan kawasan Gunung Tambora dan di Kecamatan Jereweh di Pulau Sumbawa.

Selain melakukan pengamanan kawasan konservasi, katanya, Balai KSDA NTB juga memantau peredaran satwa liar dilindungi itu baik yang masuk maupun keluar dari NTB.

"Kami sudah berupaya mengawasi peredaran satwa liar dilindungi baik di pelabuhan laut, terminal maupun bandar udara (bandara). Namun tidak menutup kemungkinan ada yang lolos," kata Tri.

Satwa liar lainnya yang populasinya sudah tergolong kritis di NTB adalah kakatua kecil jambul kuning. "Populasinya saat ini hanya tinggal 87 ekor," katanya.

Pewarta : Oleh: Masnun
Editor : Awi
Copyright © ANTARA 2024