Yayasan CARE Peduli canangkan program perempuan dongkrak ekonomi di Muba

id YCP di Musi Banyuasin,Perempuan Banyuasin,Pemkab Banyuasin

Yayasan CARE Peduli canangkan program perempuan dongkrak ekonomi di Muba

CEO CARE Indonesia Abdul Wahid Situmorang. ANTARA/ M Imam Pramana

Palembang (ANTARA) - Yayasan CARE Peduli (YCP) mencanangkan program perempuan mendongkrak perekonomian di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan melalui potensi sumber daya alam di sektor perkebunan kelapa sawit.

CEO CARE Indonesia Abdul Wahid Situmorang di Palembang, Sabtu, mengatakan bahwa program pemberdayaan perempuan pada komunitas kelapa sawit ini melibatkan tujuh OPD, termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Mereka akan memberikan dukungan sesuai dengan kewenangan, seperti pelatihan dan pendampingan lanjutan.

"Adapun tujuan pemberdayaan ini untuk meningkatkan kemampuan ekonomi perempuan melalui pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) dan pengembangan kapasitas anggota," katanya.

Ia menyebutkan pihaknya mengembangkan peran kepemimpinan perempuan dalam kelompok dan masyarakat. Kemudian meningkatkan akses terhadap gizi bagi keluarga, terutama di 13 desa target program.

Program ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perempuan di Muba, meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan ekonomi mereka. Sebanyak 4.000 perempuan sawit di Muba terlibat dalam program ini untuk mendirikan kelompok usaha, mengelola tabungan mandiri, dan berperan dalam kegiatan advokasi sosial.

Ia menambahkan melalui program itu sebanyak 33 pelatihan kesetaraan gender telah dilaksanakan dengan melibatkan ratusan perempuan dan laki-laki. Diskusi kelompok dan pelatihan penganggaran desa yang peka gender juga telah dilakukan untuk memperkuat suara perempuan dalam ruang pengambilan keputusan.

Ia menjelaskan, proyek ini memiliki empat fokus utama: ekonomi, kepemimpinan perempuan, kesehatan masyarakat, dan pengembangan mata pencaharian alternatif.

“Selama peremajaan sawit, pendapatan rumah tangga bisa menurun. Perempuan perlu dilibatkan agar bisa mengisi celah ekonomi ini dan juga menyuarakan aspirasinya dalam pembangunan desa,” jelas Wahib.

Salah satu pendekatan yang dinilai efektif dalam program ini adalah penggunaan metode Village Savings and Loan Association (VSLA), yang mengintegrasikan tabungan mikro dan pelatihan kapasitas dalam satu platform pemberdayaan yang inklusif.

Dengan capaian selama tiga tahun, proyek ini tidak hanya meningkatkan penghasilan perempuan, tapi juga membangun ketahanan sosial, keberanian untuk melapor kekerasan, dan kepercayaan diri untuk memimpin. Di tengah kawasan perkebunan sawit yang identik dengan kerja fisik dan dominasi laki-laki, perempuan di Musi Banyuasin kini membuktikan bahwa perubahan dimulai dari komunitas akar rumput dan dipimpin oleh mereka yang selama ini dipinggirkan.

Pewarta :
Editor: Dolly Rosana
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.