Ke depannya, menurut Sri, sekitar tahun 2050 diperkirakan angka kematian akibat resistensi antibiotik bisa mencapai 10 juta orang per tahun. Angka tersebut, lanjutnya, tergolong sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari penyakit lain, seperti kanker dan penyakit jantung.
Dalam kesempatan yang sama Sri mengatakan antibiotik menjadi salah satu obat yang sangat penting bagi manusia. Meskipun begitu, kata dia, penggunaan antibiotik seringkali disepelekan sehingga berujung pada resistensi.
Lebih lanjut dia menjelaskan resistensi tersebut dapat terjadi karena dua hal yakni pengonsumsian secara berlebihan dan tidak menghabiskan atau tidak mengonsumsi antibiotik sesuai dengan anjuran dokter.
"Ketika keduanya dilakukan, bisa terjadi resistensi. Bakteri kebal terhadap antibiotik apapun," kata ujar Sri Budayanti.
"Ketika keduanya dilakukan, bisa terjadi resistensi. Bakteri kebal terhadap antibiotik apapun," kata ujar Sri Budayanti.
Sejalan dengan pentingnya edukasi mengenai penggunaan antibiotik itu, One Health Collaboration Center Universitas Udayana bersama Pfizer Indonesia, The Indonesia One Health University Network (INDOHUN), serta mitra kerja sama terkait lainnya menghadirkan Program Desa Bijak Antibiotika (SAJAKA).
Program edukasi mengenai penggunaan antibiotik tersebut diharapkan mampu meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian masyarakat desa untuk menggunakan antibiotik seperlunya baik pada manusia maupun pada hewan ternak.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar kesehatan ingatkan pentingnya cegah resistensi antibiotik