Ini rekomendasi dokter mata agar terhindar dari ablasio retina

id ablasio retina,bahaya retina robek,tips jaga kesehatan mata,rscm

Ini rekomendasi dokter mata agar terhindar dari ablasio retina

Ilustrasi - Pemeriksaan mata di RSUD Tamansari, Jakarta, Selasa (30/4/2024). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis mata konsultan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M (K) memberikan beberapa rekomendasi kepada masyarakat untuk menjaga kesehatan matanya agar terhindar dari kondisi ablasio retina.

“Jika kita tindak dengan cepat ablasio retina, hasilnya akan baik, jadi penglihatan kita akan kembali sebaik mungkin. Tentunya kalau penanganan yang kita lakukan tepat ya,” kata Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M (K) dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Gita menjelaskan ablasio retina adalah kondisi berbahaya di mana retina yang berada di bagian belakang mata terlepas dari posisinya. Hal ini menyebabkan penderita kesulitan untuk melihat suatu objek secara jelas.

Dalam kasus yang sering ditemukan di RSCM, kebanyakan pasien datang dalam kondisi ablasionya telah meluas dan terlambat mendapatkan penanganan. Padahal kondisi tersebut dapat memberikan dampak panjang berupa penglihatan terganggu, retina tidak fleksibel, menjadi kaku dan sulit untuk ditempelkan kembali meski telah melakukan operasi.

“Oleh karena itu, sebaiknya kita cepat menangani kasus-kasus ini kalau pasien yang sudah lama itu baru dioperasi atau lama tidak dioperasi karena berbagai sebab, tidak bisa mendapat pertolongan cepat, itu dapat menyebabkan pasien berakhir dengan kebutaan permanen,” katanya.

Dalam meminimalisasi potensi terkena ablasio retina, Gita mengatakan hal tersebut sudah dapat dilakukan sejak usia yang masih muda. Langkah pertama yakni melakukan pemeriksaan mata secara berkala terutama saat anak belum masuk sekolah.

Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa mencari adanya kelainan pada mata seperti mata juling atau memiliki minus yang tinggi. Selanjutnya pada usia remaja dan dewasa pertengahan, pemeriksaan dapat dilakukan satu atau dua tahun sekali agar mengetahui kondisi kesehatan mata secara lebih lanjut.

“Tapi kita perlu periksa lebih teratur lagi ketika berusia 40 tahun ke atas. Saat itu, kita mungkin sudah perlu kacamata baca, kemudian ada penyakit seperti katarak. Demikian kalau kita punya faktor risiko seperti diabetes, maka kita perlu memeriksanya lebih teratur setahun sekali,” ujarnya.

Kalaupun sudah telanjur terkena ablasio retina, pasien harus segara dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

Jika kasus yang ditangani baru saja terjadi dan retina yang robek belum terlepas, dokter biasanya segera memberikan tindakan berupa laser retina.

Laser diarahkan mengelilingi area robekan guna mencegah ablasio retina. Namun, apabila retina sudah robek dan telanjur lepas, dokter akan menyarankan operasi yang terbagi menjadi tiga metode yakni melalui dimasukkannya gas retina, menggunakan silikon atau memasukkan alat ke dalam mata untuk menempelkan retina secara langsung lewat pendekatan dari dalam.

Gita mengatakan proses penyembuhan penglihatan pasca operasi membutuhkan waktu rata-rata sekitar tiga bulan lamanya. Namun pada satu bulan pertama, pasien sudah dapat berkegiatan kembali.

Rekomendasi yang ia berikan selanjutnya adalah banyak mengonsumsi makanan bergizi yang bermanfaat bagi mata, seperti sayur dan buah-buahan yang kaya akan vitamin dan mineral.

“Kemudian penting juga untuk menghindari melihat atau paparan ultraviolet, jangan langsung melihat matahari. Selanjutnya kurangi kebiasaan mengucek mata karena bisa melukai kornea kita, kita harus belajar menghindari kebiasaan-kebiasaan itu demi menjaga mata kita,” kata Gita.