Ibu sehat dan bahagia menyusui, anak terpenuhi nilai gizi
atau stres, maka akan menghambat kerja hormon oksitosin sehingga meski payudara dapat memproduksi ASI dalam jumlah cukup, tetapi tidak dapat keluar dengan lancar.
“Kalau hormon oksitosinnya terganggu, meski produksinya bagus-- tetapi bisa tidak lancar-- yang sering ditemui, payudara ibu menjadi bengkak. Ini sangat menyakitkan sehingga ibu tidak bisa menyusui dengan baik karena menurut ibunya ini menyiksa,” paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, ibu harus sesering mungkin melakukan kontak kulit dengan bayi, belajar menyusui dengan baik, dan tidak sungkan atau takut meminta dukungan atau pertolongan dari keluarga dekat atau orang-orang yang dipercaya.
Ibu yang sudah mendapatkan informasi dan belajar menyusui dengan baik, maka secara otomatis akan menghasilkan ASI yang lancar, karena begitu bayi menyusui langsung, dia akan memanggil otak ibu untuk tidak hanya memproduksi, tetapi juga mengeluarkan hormon pengaliran ASI.
Dukungan keluarga dekat juga sangat diperlukan untuk memicu hormon hipofisis posterior, atau hormon pengaliran yang terletak dekat dengan otak emosi ibu, yang akan menghasilkan hormon oksitosin seperti yang sudah dijelaskan.
“Jadi tanpa dukungan yang bagus, ibu jadi stres, hormon oksitosinnya tidak lancar, ASI nya tidak bisa keluar. Ini sangat berhubungan, kalau hormon pengalirannya bagus, maka bisa terjadi jika menyusui di sebelah kanan, payudara kirinya juga keluar dengan lancar, mereka akan saling memanggil,” ucap Maharani.
Kemudian, terkait manajemen ASI, ibu harus tahu kapan jadwal yang tepat untuk memompa ASI apabila ibu tersebut adalah seorang wanita karier. Selain itu, juga memperhatikan asupan gizi yang masuk dalam tubuh, dengan tidak mengkonsumsi makanan sembarangan dan tidak mengandung nilai gizi yang seimbang.
Berdasarkan saran dari Kementerian Kesehatan, jenis makanan yang disarankan untuk memperlancar ASI yakni biji-bijian dan kacang-kacangan karena mengandung lemak sehat yang penting untuk perkembangan otak bayi.
Kemudian, sayuran hijau seperti bayam, brokoli dan kangkung yang mengandung zat besi, kalsium, dan vitamin C yang membantu penyerapan nutrisi. Lalu, buah alpukat yang kaya akan lemak sehat, termasuk omega 3 yang penting untuk perkembangan otak bayi.
Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah asupan protein. Protein dari ikan sangat disarankan menjadi konsumsi sehari-hari ibu menyusui. Selain protein, ikan juga banyak mengandung mineral, vitamin B1, B3, B6, B12, dan vitamin D, serta asam lemak omega 3.
Tak perlu mengonsumsi ikan dengan harga yang mahal seperti salmon karena ikan dari lingkungan sekitar seperti bandeng juga banyak mengandung gizi, bahkan ikan teri juga terbukti mengandung omega 3 yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan peradangan dalam tubuh sehingga ibu bisa lebih rileks saat menyusui.
Ibu juga disarankan banyak minum air putih saat menyusui karena komposisi air dalam ASI dapat mencapai 90 persen.
Menyusui adalah salah satu periode emas yang dibutuhkan oleh anak agar bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup selama masa tumbuh kembangnya. ASI bahkan disebut sebagai cairan yang hidup sehingga apabila tidak dirawat dengan baik maka akan berhenti diproduksi dan bisa memberikan dampak negatif bagi kesehatan ibu.
Saat ini, sudah banyak inovasi yang dilakukan baik oleh instansi maupun perusahaan agar ibu dapat dengan lebih leluasa menyusui, misalnya, memberikan ruangan atau toilet khusus, bahkan memberikan fasilitas bagi karyawan untuk mengirimkan ASI yang sudah dipompa dengan ojek daring menuju ke rumah untuk si jabang bayi, dengan biaya yang dibebankan pada perusahaan.
ASI juga dapat menjadi indikator bagi keluarga, tidak hanya ibu, untuk menilai apakah ke depan dapat memberi asupan gizi yang benar bagi anak. Karena, jika sejak awal saja keluarga tidak ikut menjaga dan mengedepankan kebahagiaan ibu saat menyusui, bagaimana bisa memberikan gizi yang lain-lain saat anak tumbuh dewasa?
Tugas untuk merawat ASI agar tetap mengalir dan memberikan gizi yang cukup bagi anak ini juga sebaiknya tidak dibebankan hanya kepada ibu, tetapi juga ayah, kakek, nenek, dan seluruh keluarga terdekat yang ada di sekitar ibu karena, seperti kata pepatah, butuh uluran tangan satu desa untuk mendidik dan menumbuhkan satu orang anak.
Untuk itu, demi mewujudkan generasi emas Indonesia, pemberian gizi berkualitas dapat dimulai dengan memprioritaskan gizi, juga kebahagiaan ibu pada masa menyusui.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ibu sehat dan bahagia menyusui, anak terpenuhi nilai gizi
“Kalau hormon oksitosinnya terganggu, meski produksinya bagus-- tetapi bisa tidak lancar-- yang sering ditemui, payudara ibu menjadi bengkak. Ini sangat menyakitkan sehingga ibu tidak bisa menyusui dengan baik karena menurut ibunya ini menyiksa,” paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, ibu harus sesering mungkin melakukan kontak kulit dengan bayi, belajar menyusui dengan baik, dan tidak sungkan atau takut meminta dukungan atau pertolongan dari keluarga dekat atau orang-orang yang dipercaya.
Ibu yang sudah mendapatkan informasi dan belajar menyusui dengan baik, maka secara otomatis akan menghasilkan ASI yang lancar, karena begitu bayi menyusui langsung, dia akan memanggil otak ibu untuk tidak hanya memproduksi, tetapi juga mengeluarkan hormon pengaliran ASI.
Dukungan keluarga dekat juga sangat diperlukan untuk memicu hormon hipofisis posterior, atau hormon pengaliran yang terletak dekat dengan otak emosi ibu, yang akan menghasilkan hormon oksitosin seperti yang sudah dijelaskan.
“Jadi tanpa dukungan yang bagus, ibu jadi stres, hormon oksitosinnya tidak lancar, ASI nya tidak bisa keluar. Ini sangat berhubungan, kalau hormon pengalirannya bagus, maka bisa terjadi jika menyusui di sebelah kanan, payudara kirinya juga keluar dengan lancar, mereka akan saling memanggil,” ucap Maharani.
Kemudian, terkait manajemen ASI, ibu harus tahu kapan jadwal yang tepat untuk memompa ASI apabila ibu tersebut adalah seorang wanita karier. Selain itu, juga memperhatikan asupan gizi yang masuk dalam tubuh, dengan tidak mengkonsumsi makanan sembarangan dan tidak mengandung nilai gizi yang seimbang.
Berdasarkan saran dari Kementerian Kesehatan, jenis makanan yang disarankan untuk memperlancar ASI yakni biji-bijian dan kacang-kacangan karena mengandung lemak sehat yang penting untuk perkembangan otak bayi.
Kemudian, sayuran hijau seperti bayam, brokoli dan kangkung yang mengandung zat besi, kalsium, dan vitamin C yang membantu penyerapan nutrisi. Lalu, buah alpukat yang kaya akan lemak sehat, termasuk omega 3 yang penting untuk perkembangan otak bayi.
Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah asupan protein. Protein dari ikan sangat disarankan menjadi konsumsi sehari-hari ibu menyusui. Selain protein, ikan juga banyak mengandung mineral, vitamin B1, B3, B6, B12, dan vitamin D, serta asam lemak omega 3.
Tak perlu mengonsumsi ikan dengan harga yang mahal seperti salmon karena ikan dari lingkungan sekitar seperti bandeng juga banyak mengandung gizi, bahkan ikan teri juga terbukti mengandung omega 3 yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan peradangan dalam tubuh sehingga ibu bisa lebih rileks saat menyusui.
Ibu juga disarankan banyak minum air putih saat menyusui karena komposisi air dalam ASI dapat mencapai 90 persen.
Menyusui adalah salah satu periode emas yang dibutuhkan oleh anak agar bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup selama masa tumbuh kembangnya. ASI bahkan disebut sebagai cairan yang hidup sehingga apabila tidak dirawat dengan baik maka akan berhenti diproduksi dan bisa memberikan dampak negatif bagi kesehatan ibu.
Saat ini, sudah banyak inovasi yang dilakukan baik oleh instansi maupun perusahaan agar ibu dapat dengan lebih leluasa menyusui, misalnya, memberikan ruangan atau toilet khusus, bahkan memberikan fasilitas bagi karyawan untuk mengirimkan ASI yang sudah dipompa dengan ojek daring menuju ke rumah untuk si jabang bayi, dengan biaya yang dibebankan pada perusahaan.
ASI juga dapat menjadi indikator bagi keluarga, tidak hanya ibu, untuk menilai apakah ke depan dapat memberi asupan gizi yang benar bagi anak. Karena, jika sejak awal saja keluarga tidak ikut menjaga dan mengedepankan kebahagiaan ibu saat menyusui, bagaimana bisa memberikan gizi yang lain-lain saat anak tumbuh dewasa?
Tugas untuk merawat ASI agar tetap mengalir dan memberikan gizi yang cukup bagi anak ini juga sebaiknya tidak dibebankan hanya kepada ibu, tetapi juga ayah, kakek, nenek, dan seluruh keluarga terdekat yang ada di sekitar ibu karena, seperti kata pepatah, butuh uluran tangan satu desa untuk mendidik dan menumbuhkan satu orang anak.
Untuk itu, demi mewujudkan generasi emas Indonesia, pemberian gizi berkualitas dapat dimulai dengan memprioritaskan gizi, juga kebahagiaan ibu pada masa menyusui.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ibu sehat dan bahagia menyusui, anak terpenuhi nilai gizi