Sesak napas gejala PPOK berbeda dengan sesak napas biasa

id sesak napas PPOK,gejala PPOK,hari ppok sedunia,berita sumsel, berita palembang

Sesak napas gejala PPOK berbeda dengan sesak napas biasa

Ilustrasi seseorang merasa sesak napas (ANTARA/Pexels/Towfiqu barbhuiya)

"Juga akan lebih sering eksaserbasi (perburukan atau kekambuhan gejala) dan lebih berat keluhan sesak napasnya," tutur dia.

Selain itu, seorang pasien PPOK yang terkena COVID-19 juga akan dapat menjadi lebih berat COVID-19 nya. Ini karena PPOK adalah salah satu komorbid yang memperberat situasi COVID-19 pada seseorang.

Kemudian, bertepatan dengan Peringatan PPOK Sedunia, Tjandra mengingatkan masyarakat bahwa PPOK adalah penyebab kematian utama di dunia dan masalah kesehatan paru-paru yang penting.

Peringatan PPOK Sedunia yang mengusung tema "Bretahing is Life - Act Earlier", sambung dia, menunjukkan peran penting bernapas dalam kehidupan, dan PPOK harus dicegah.

Menurut Tjandra, apabila tidak berhasil dicegah, maka PPOK harus didiagnosis segera, serta apabila sudah didiagnosis harus mendapat penanganan yang baik oleh fasilitas pelayanan kesehatan agar kualitas hidup pasien PPOK dapat tetap terjaga sesuai kemampuannya.

"Kalau pasien PPOK tidak ditemukan dan didiagnosis dini maka keterlambatan akan meningkatkan kemungkinan eksaserbasi, meningkatkan komorbiditas dan bahkan lebih menghabiskan biaya penanganan pula," catat dia.

Tjandra menambahkan, kebiasaan merokok merupakan faktor utama yang berhubungan dengan kejadian dan perburukan PPOK, sehingga orang-orang diharapkan memanfaatkan momentum Hari PPOK sedunia pada 15 November ini untuk berhenti merokok.

Kemudian, selain merokok sebagai faktor penyebab utama PPOK, masih ada faktor risiko PPOK yakni riwayat keluarga, riwayat infeksi paru-paru dan saluran napas ketika anak-anak, kekurangan enzim alfa 1 antitripsin serta berbagai jenis polusi udara yang kronik