Palembang (ANTARA) - Neraca perdagangan di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) hingga triwulan III atau September 2023 tercatat surplus senilai 3,80 miliar dolar AS.
Kepala Balai Diklat Keuangan (BDK) Palembang Denny Handoyo Supriatman di Palembang, Senin, mengatakan angka neraca perdagangan itu disumbangkan dari nilai ekspor hingga September 2023 sebesar 4,9 miliar dolar AS dan impor senilai 1,1 miliar dolar AS.
Ia menjelaskan ekspor Sumsel masih didominasi oleh batu bara, pulp dan karet dengan devisa ekspor batubara tercatat senilai 2,1 miliar dolar AS. Sedangkan dari sisi impor, Sumsel masih itu ditopang oleh mesin dan generator dan mencatatkan devisa impor mesin senilai 300 juta dolar AS.
Menurutnya, kondisi surplus itu juga sejalan dengan kondisi perekonomian Sumsel yang masih terjaga dengan baik. Hal itu terindikasi dari beberapa indikator diantaranya kegiatan konsumsi, produksi dan investasi yang masih berada di tren positif.
"Kalau dilihat dari indikator konsumsi bisa melihat dari indeks keyakinan konsumen (IKK) Sumsel berada di level sebesar 143,9 persen. Dan selanjutnya juga dari sisi kredit konsumen yang sampai dengan kuartal III ini terus merangkak naik hingga mencapai Rp43,10 triliun," jelasnya.
Selain itu, adapun dilihat dari indikator produksi dan investasi yang memiliki tiga sub penilaian, yaitu impor bahan baku dan penolong, kredit modal kerja dan investasi, serta impor barang modal yang terus menunjukkan grafik positif bahkan meningkat.
Meski demikian, terdapat hal yang patut menjadi peringatan bagi Sumsel terkait kondisi komoditas unggulan yang juga berpengaruh pada neraca perdagangan. Salah satunya itu tren penurunan ekspor di tengah berangsur normalnya harga komoditas unggulan.
"Setelah sempat mencatat era emas di tahun sebelumnya atau tepatnya di masa pandemi, saat ini sudah berangsur normal dan tren menurun. Kondisi tersebut sudah mulai berdampak dengan melihat kondisi ekspor di Sumsel secara tahunan yang mengalami kontraksi 40,92 persen," kata Denny.