Performa minor pebulu tangkis mengundang suarasumbang pelatih

id pelatnas pbsi cipayung,korea open 2023,japan open 2023,australian open 2023,bwf super 500,herry iman pierngadi,eng hian

Performa minor pebulu tangkis mengundang suarasumbang pelatih

Ganda putri Indonesia Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (kiri) ketika melawan pasangan Zhang Shu Xian/Zheng Yu dari China di babak final pada ajang level Super 750. Ganda putri Indonesia mengukir kemenangan bersejarah di ajang Malaysia Open 2022, yang menjadi gelar juara perdana sebagai pasangan di ajang BWF World Tour di Kuala Lumpur, Minggu (3/7/2022). ANTARA/Twitter/@INABadminton/pri.

Kini Apri/Fadia kembali mencari bentuk permainan terbaik, mulai dari teknik hingga mental bertanding. Mereka diharapkan bisa berlaga menuju penampilan terbaik seperti saat pertama kali diduetkan dan muncul di turnamen internasional tahun lalu.

Sementara, untuk Ana/Tiwi, meskipun belum mampu melangkah lebih jauh, Didi menilai ada hal yang positif. Performanya sudah meningkat, kendati hasilnya memang belum sesuai harapan.

Masih butuh waktu untuk mendongkrak dan memoles performa ganda putri peringkat ke-18 dunia itu, pungkas Didi.

Tiga tunggal putri Indonesia juga tak bisa bicara banyak pada Australian Open. Meski begitu, Asisten Pelatih Tunggal Putri Pelatnas Herli Djaenudin menilai ada banyak pelajaran yang bisa diambil para pemain muda.

Putri Kusuma Wardani yang diharapkan bisa tampil bagus, nyatanya belum berhasil. Dia sudah tertahan di babak pertama dan lagi-lagi hasil latihan tidak bisa keluar maksimal di pertandingan.

Melihat performanya belakangan, Herli memperkirakan kualitas Putri KW memang sedang dalam fase yang tidak mengenakkan. Herli menilai ada penurunan, terutama dari segi keyakinan dirinya.

Dulu dia bisa tampil penuh percaya diri, namun kini kerap dibayangi rasa minder, sebut Herli.

Untuk Ester Nurumi Tri Wardoyo dan Komang Ayu Cahya Dewi, mereka mendapat banyak pelajaran dan pengalaman.

Kedua pemain yang baru pertama kali tampil di turnamen Super 500 itu, mendapat pemahaman bahwa tampil di level tersebut berbeda dengan kelas International Challenge atau Super 100.

Di turnamen itu, mereka bertemu dengan pemain yang lebih bagus dari segala aspek. Baik kualitas, teknik, kemampuan, pengalaman, dan kematangan jelas jauh berbeda dibanding Ester dan Komang.

Fakta tersebut diharapkan bisa membuka mata Ester dan Komang, untuk melihat lebih dalam bahwa peta persaingan di level Super 500 bukan medan yang mudah, jauh lebih berat, dan sengit.

Herli berharap kekalahan mereka berdua bisa menjadi pelecut untuk memperbaiki dan meningkatkan performa. Mereka harus bisa mengatasi ketertinggalannya untuk berlatih dan bersiap lebih baik lagi.

Kerja keras dan latihan intensif yang memakan waktu, menjadi bekal mutlak bagi Ester dan Komang, untuk tampil prima pada laga Super 500.