Ahli: Jangan asal gunakan obat herbal atasi penyakit ginjal
Jakarta (ANTARA) - Direktur RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung, Lukman Pura meminta masyarakat agar tidak asal menggunakan obat herbal maupun obat dengan kandungan kimia lainnya untuk mengatasi penyakit seperti ginjal kronik.
“Tidak boleh pengobatan yang diterima orang lain, kita template kepada diri kita,” kata Lukman dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Lukman menyoroti bahwa ketika merasakan anomali pada kondisi kesehatan tubuh, banyak masyarakat sering mendiagnosa diri kemudian mencari sendiri pengobatan yang dibutuhkan di internet, tanpa berkonsultasi dengan para ahli.
Hal tersebut juga terjadi pada pasien yang menderita ginjal kronik. Gejala yang seringkali baru dirasakan ketika menginjak stadium 3 atau 4, seringkali membuat pasien merasakan gejala secara perlahan dan segera mencari obat secara sembarang, salah satunya melalui obat herbal.
Tidak adanya pendampingan dari tenaga medis, berisiko memperparah kondisi ginjal. Dikhawatirkan pasien melakukan banyak kesalahan, sehingga justru membebani kerja ginjal akibat dosis obat, tindakan terapi atau pilihan jenis obat yang salah.
“Selain pintar media massa dan juga infomasi mudah didapat, tapi intepretasinya banyak salah dibandingkan benarnya (di lapangan),” ucapnya.
Padahal, kata Lukman, permasalahan ginjal tidak bisa hanya dipantau melalui penegakan diagnosis awal. Namun perlu dilakukan pemeriksaan penunjang baik melalui radiologi ataupun pencitraan lainnya.
Pemantauan gejala yang saat ini banyak dikeluhkan seperti mual, badan terasa lemah, air kencing yang tiba-tiba berkurang jumlahnya atau berubah warna, harus diperhatikan lebih seksama sesuai dengan tingkatan stadiumnya.
“Makanya kita harus lebih waspada terhadap penyakit gagal ginjal kronik ini,” ujar dia.
Dalam kesempatan itu, dirinya turut menyoroti bahwa kurangnya mengkonsumsi air putih bisa memicu ginjal sulit untuk mengatur tingkat asam dan basa, elektrolit maupun kandungan air dalam tubuh.
Jika dibiarkan terus menerus, maka seseorang bisa mengalami acute kidney injury. Demikian juga bila terlalu banyak meminum air. Sebab, tubuh memiliki sistem keseimbangan yang dapat menggerakan semua organ di dalamnya.
Lukman menekankan masyarakat harus lebih memperhatikan asupan konsumsi minuman suplemen dan obat-obatannya. Hal itu dikarenakan tubuh memiliki mekanisme hormonal dan seluler, sehingga takaran yang berlebihan bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Maka dari itu, dirinya meminta agar masyarakat mengubah kebiasaan tersebut dengan rajin berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, supaya bisa mencegah setiap bentuk keparahan dan teredukasi sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan data dan fakta.
Ia turut meminta agar masyarakat tidak mencoba-coba untuk mengikuti pengobatan yang dilakukan orang lain, dan menerapkannya ke diri sendiri.
“Pelayanan di tingkat dasar tenaga kesehatan kita sudah siap dan terisi semua. Paling tidak, kita bisa bertanya pada mereka (tenaga kesehatan) tentang efek dan kegunaan terapi yang kita pilih terutama pada ginjal,” katanya.
“Tidak boleh pengobatan yang diterima orang lain, kita template kepada diri kita,” kata Lukman dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Lukman menyoroti bahwa ketika merasakan anomali pada kondisi kesehatan tubuh, banyak masyarakat sering mendiagnosa diri kemudian mencari sendiri pengobatan yang dibutuhkan di internet, tanpa berkonsultasi dengan para ahli.
Hal tersebut juga terjadi pada pasien yang menderita ginjal kronik. Gejala yang seringkali baru dirasakan ketika menginjak stadium 3 atau 4, seringkali membuat pasien merasakan gejala secara perlahan dan segera mencari obat secara sembarang, salah satunya melalui obat herbal.
Tidak adanya pendampingan dari tenaga medis, berisiko memperparah kondisi ginjal. Dikhawatirkan pasien melakukan banyak kesalahan, sehingga justru membebani kerja ginjal akibat dosis obat, tindakan terapi atau pilihan jenis obat yang salah.
“Selain pintar media massa dan juga infomasi mudah didapat, tapi intepretasinya banyak salah dibandingkan benarnya (di lapangan),” ucapnya.
Padahal, kata Lukman, permasalahan ginjal tidak bisa hanya dipantau melalui penegakan diagnosis awal. Namun perlu dilakukan pemeriksaan penunjang baik melalui radiologi ataupun pencitraan lainnya.
Pemantauan gejala yang saat ini banyak dikeluhkan seperti mual, badan terasa lemah, air kencing yang tiba-tiba berkurang jumlahnya atau berubah warna, harus diperhatikan lebih seksama sesuai dengan tingkatan stadiumnya.
“Makanya kita harus lebih waspada terhadap penyakit gagal ginjal kronik ini,” ujar dia.
Dalam kesempatan itu, dirinya turut menyoroti bahwa kurangnya mengkonsumsi air putih bisa memicu ginjal sulit untuk mengatur tingkat asam dan basa, elektrolit maupun kandungan air dalam tubuh.
Jika dibiarkan terus menerus, maka seseorang bisa mengalami acute kidney injury. Demikian juga bila terlalu banyak meminum air. Sebab, tubuh memiliki sistem keseimbangan yang dapat menggerakan semua organ di dalamnya.
Lukman menekankan masyarakat harus lebih memperhatikan asupan konsumsi minuman suplemen dan obat-obatannya. Hal itu dikarenakan tubuh memiliki mekanisme hormonal dan seluler, sehingga takaran yang berlebihan bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Maka dari itu, dirinya meminta agar masyarakat mengubah kebiasaan tersebut dengan rajin berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, supaya bisa mencegah setiap bentuk keparahan dan teredukasi sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan data dan fakta.
Ia turut meminta agar masyarakat tidak mencoba-coba untuk mengikuti pengobatan yang dilakukan orang lain, dan menerapkannya ke diri sendiri.
“Pelayanan di tingkat dasar tenaga kesehatan kita sudah siap dan terisi semua. Paling tidak, kita bisa bertanya pada mereka (tenaga kesehatan) tentang efek dan kegunaan terapi yang kita pilih terutama pada ginjal,” katanya.