2022, terlepas dari sanksi WADA dan geliat olahraga Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengawali tahun 2022 dengan harap harap cemas karena masih dibayangi sanksi Badan Anti-Doping Dunia (WADA), yang berakibat terhadap larangan menjadi tuan rumah kejuaraan internasional dan pengibaran bendera Merah Putih dalam pentas dunia.
Padahal Indonesia memiliki sejumlah agenda penting pada tahun ini, di antaranya SEA Games Vietnam dan tuan rumah ASEAN Para Games di Solo. Tentu akan sangat miris apabila atlet-atlet Merah Putih peraih medali emas tidak bisa mengibarkan bendera kebangsaannya karena belum terbebas dari sanksi WADA.
Insiden tak adanya bendera Merah Putih dalam seremoni kemenangan tim Indonesia di Piala Thomas 2020 rasanya sudah cukup menyakitkan bagi para penggemar olahraga Tanah Air.
Beruntung, mimpi buruk itu tidak terulang berkat respons cepat dari pemerintah dan Tim Gugus Tugas Percepatan Penyelesaian Sanksi WADA yang proaktif bermanuver melakukan pendekatan terhadap WADA sekaligus terus berupaya memenuhi kewajiban yang diminta badan anti-doping dunia tersebut.
Tim Gugus Tugas yang dipimpin Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari bahkan langsung membuka komunikasi dengan Presiden WADA Witold Banka demi mencari tahu akar masalah Indonesia bisa terkena sanksi satu tahun.
Setelah dua kali pertemuan, Indonesia dijanjikan tidak perlu menunggu waktu hingga satu tahun untuk kembali mendapat hak-haknya pada ajang olahraga internasional. Oktohari pada saat itu memastikan bahwa sanksi WADA bisa dicabut secepatnya pada Maret 2022 sehingga Merah Putih bisa berkibar di SEA Games Vietnam yang digelar pada Mei.
Tim Gugus Tugas benar-benar menepati janjinya karena Indonesia resmi terbebas dari hukuman pada 3 Februari 2022 sejak sanksi WADA dijatuhkan pada 7 Oktober 2021. WADA menyatakan bahwa lembaga anti-doping Indonesia (IADO) sudah mendapat status patuh (compliance) terhadap aturan WADA.
Insiden itu bisa dibilang menjadi titik balik IADO. Kejadian itu juga membuka mata banyak pihak tentang pentingnya lembaga anti-doping. Hukuman WADA kepada Indonesia bahkan menjadi pelajaran berharga bagi IADO untuk melakukan perbaikan organisasi yang sesuai dengan standar WADA.
IADO—yang dulu bernama LADI—kini mulai menunjukkan eksistensinya sebagai badan anti-doping nasional sejak organisasi tersebut berdiri pada 2006 silam. Mereka bahkan rutin melakukan kunjungan ke berbagai daerah untuk melakukan sosialisasi tentang anti-doping.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan bahwa kejadian itu juga menyadarkan pemerintah dan seluruh organisasi olahraga nasional agar patuh mengikuti aturan main yang berlaku dalam tata kelola olahraga dunia.
“Pada saat kena sanksi saya kira baru kita sadar kita sangat penting tahu tentang anti-doping. Saya harap sanksi itu yang terakhir, kita punya pelajaran yang sangat berharga terhadap anti-doping dan sanksi yang kita terima," ujar Zainudin, November lalu.
Tim Indonesia bisa bernapas lega karena sanksi WADA telah dicabut maka bendera Merah Putih pun bisa kembali berkibar dalam ajang-ajang internasional, termasuk SEA Games di Vietnam.
SEA Games di Vietnam setidaknya mencatatkan satu sejarah penting ketika tim bola basket putra Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya sejak kejuaraan kawasan itu digelar pada 1977 silam. Tim Merah Putih berhasil memutus dominasi Filipina sebagai raja bola basket Asia Tenggara dengan selalu merebut medali emas dalam 13 edisi beruntun SEA Games.
Tentu akan menjadi ironis sekali jika sejarah tersebut tak dibarengi dengan momen sakral pengibaran dan prosesi penghormatan kepada bendera Merah Putih, sebuah prosesi yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh atlet di dunia yang bertanding atas nama negara.
Selanjutnya: Tuan rumah kejuaraan internasional
Tuan rumah kejuaraan internasional
Tahun 2022 juga menandai keseriusan Indonesia untuk menjadi tuan rumah kejuaraan-kejuaraan internasional. KOI dan induk cabang olahraga proaktif membawa ajang internasional agar bisa digelar di Tanah Air terlebih setelah kasus pandemi COVID-19 mulai terkendali.
Beruntung Indonesia juga sudah terbebas dari sanksi WADA pada awal tahun sehingga sejumlah turnamen internasional bisa tetap terlaksana.
Ada beberapa kejuaraan internasional yang digelar di Indonesia sepanjang tahun 2022. Selain turnamen bulu tangkis Indonesia Masters dan Indonesia Open yang memang rutin digelar setiap tahun, Indonesia juga berkesempatan menjadi tuan rumah event olahraga bergengsi lainnya, di antaranya MotoGP Mandalika, Piala Asia FIBA, Kejuaraan Dunia Esports, Kejuaraan Dunia Wushu Junior, Piala Dunia Panjat Tebing, Kejuaraan Karate Series A, dan ASEAN Para Games.
Itu memang menjadi misi Presiden Joko Widodo untuk menjemput sebanyak-banyaknya kejuaraan single event maupun multievent internasional agar dihelat di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan untuk membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi penyelenggara yang baik ajang olahraga internasional.
Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari bahkan dalam berbagai kesempatan juga selalu mengajak seluruh cabang olahraga untuk mendatangkan berbagai kejuaraan bertaraf internasional sebagai bagian upaya untuk lebih mendekatkan Indonesia ke mata dunia.
Menurut Oktohari, dengan banyaknya event-event olahraga bertaraf internasional yang digelar di Tanah Air bakal memantik prestasi olahraga nasional sekaligus memudahkan langkah Indonesia untuk menjadi tuan rumah berbagai penyelenggaraan olahraga dunia, salah satunya termasuk Olimpiade.
Selain mengajak cabang olahraga untuk proaktif, Oktohari juga menyampaikan bahwa KOI selalu berupaya untuk membawa nama Indonesia agar lebih tersohor di mata dunia olahraga internasional, salah satu caranya yaitu dengan berdiplomasi membuka pintu komunikasi ke badan olahraga internasional, seperti Komite Olimpiade Internasional (IOC), Asosiasi Komite Olahraga Nasional Dunia (ANOC), dan federasi internasional tiap cabang olahraga.
"KOI berjanji bekerja ekstra keras, berjuang agar nama Indonesia lebih tersohor dan dikenal lagi di dunia olahraga internasional. Kami memperkuat intensitas komunikasi ke sektor internasional, IOC, ANOC, hingga berdiplomasi untuk membuat pintu komunikasi ke federasi internasional dan NOC negara lain untuk membuka peluang kerja sama," kata Okto, sapaan akrab Raja Sapta, Maret lalu.
Selanjutnya: Menatap 2023
Menatap 2023
Upaya yang dilakukan KOI berbuah positif salah satunya ketika Indonesia ditetapkan menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga pantai dan air dunia, ANOC World Beach Games 2023 di Bali.
Okto mengatakan bahwa ajang tersebut bakal menjadi kejuaraan olahraga terbesar yang akan digelar di Indonesia karena diikuti atlet dari lebih dari 100 negara. Kegiatan tersebut dipercaya menjadi langkah awal bagi Indonesia mendapat kepercayaan dunia.
“Menjadi tuan rumah kegiatan multievent yang diikuti lebih dari 100 negara itu adalah hal yang belum pernah kita miliki sehingga World Beach Games 2023 akan menjadi ajang pembuktian bahwa Indonesia mampu seperti negara-negara lain yang pernah jadi tuan rumah Olimpiade untuk menggelar kejuaraan dunia,” ucap Okto, Kamis (22/12).
Selain World Beach Games yang dijadwalkan berlangsung pada 5-12 Agustus 2023, Indonesia juga akan sibuk dengan menjadi tuan rumah beberapa turnamen single event tahun depan, antara lain turnamen bulu tangkis Indonesia Masters (24-29 Januari), Piala Dunia Menembak ISSF Rifle/Pistol (27 Januari-7 Februari), Balap speed boat dunia F1H2O (24-26 Februari), UCI Track Nations Cup (23-26 Februari), Piala Dunia U-20 (20 Mei-11 Juni), Indonesia Open (13-18 Juni), Piala Dunia FIBA (25 Agustus-10 September), dan MotoGP (13-15 Oktober).
Selain menjadi tuan rumah, tim Indonesia juga akan disibukkan dengan sejumlah multievent tahun depan yaitu SEA Games Kamboja (5-17 Mei), Asian Games Hangzhou (23 September - 8 Oktober), dan Asian Indoor and Martial Art Games di Bangkok & Chonburi (17-26 November).
Dari deretan agenda tersebut, atlet dan cabang olahraga nomor Olimpik diminta fokus untuk mempersiapkan diri menghadapi kejuaraan kualifikasi Olimpiade Paris yang akan dimulai tahun depan.
2022 pun sudah di pengujung tahun. Olahraga Indonesia yang sempat terpukul akibat pandemi COVID-19 mulai menggeliat kembali, bendera Merah Putih sudah bisa berkibar lagi, tribun penonton di stadion yang sempat kosong pun sudah penuh terisi, dengan pertandingan dan kompetisi olahraga yang kembali mengisi hari-hari.
Tantangan 2023—semoga pandemi COVID-19 benar-benar berakhir-- akan tetap sama yaitu meningkatkan prestasi olahraga Indonesia tidak hanya di kawasan, tetapi juga di tingkat dunia. Dan jangan sampai ketika sudah susah payah mendatangkan kejuaraan internasional ke dalam negeri, Indonesia malah gigit jari dan hanya menjadi penonton di rumah sendiri.
Padahal Indonesia memiliki sejumlah agenda penting pada tahun ini, di antaranya SEA Games Vietnam dan tuan rumah ASEAN Para Games di Solo. Tentu akan sangat miris apabila atlet-atlet Merah Putih peraih medali emas tidak bisa mengibarkan bendera kebangsaannya karena belum terbebas dari sanksi WADA.
Insiden tak adanya bendera Merah Putih dalam seremoni kemenangan tim Indonesia di Piala Thomas 2020 rasanya sudah cukup menyakitkan bagi para penggemar olahraga Tanah Air.
Beruntung, mimpi buruk itu tidak terulang berkat respons cepat dari pemerintah dan Tim Gugus Tugas Percepatan Penyelesaian Sanksi WADA yang proaktif bermanuver melakukan pendekatan terhadap WADA sekaligus terus berupaya memenuhi kewajiban yang diminta badan anti-doping dunia tersebut.
Tim Gugus Tugas yang dipimpin Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari bahkan langsung membuka komunikasi dengan Presiden WADA Witold Banka demi mencari tahu akar masalah Indonesia bisa terkena sanksi satu tahun.
Setelah dua kali pertemuan, Indonesia dijanjikan tidak perlu menunggu waktu hingga satu tahun untuk kembali mendapat hak-haknya pada ajang olahraga internasional. Oktohari pada saat itu memastikan bahwa sanksi WADA bisa dicabut secepatnya pada Maret 2022 sehingga Merah Putih bisa berkibar di SEA Games Vietnam yang digelar pada Mei.
Tim Gugus Tugas benar-benar menepati janjinya karena Indonesia resmi terbebas dari hukuman pada 3 Februari 2022 sejak sanksi WADA dijatuhkan pada 7 Oktober 2021. WADA menyatakan bahwa lembaga anti-doping Indonesia (IADO) sudah mendapat status patuh (compliance) terhadap aturan WADA.
Insiden itu bisa dibilang menjadi titik balik IADO. Kejadian itu juga membuka mata banyak pihak tentang pentingnya lembaga anti-doping. Hukuman WADA kepada Indonesia bahkan menjadi pelajaran berharga bagi IADO untuk melakukan perbaikan organisasi yang sesuai dengan standar WADA.
IADO—yang dulu bernama LADI—kini mulai menunjukkan eksistensinya sebagai badan anti-doping nasional sejak organisasi tersebut berdiri pada 2006 silam. Mereka bahkan rutin melakukan kunjungan ke berbagai daerah untuk melakukan sosialisasi tentang anti-doping.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan bahwa kejadian itu juga menyadarkan pemerintah dan seluruh organisasi olahraga nasional agar patuh mengikuti aturan main yang berlaku dalam tata kelola olahraga dunia.
“Pada saat kena sanksi saya kira baru kita sadar kita sangat penting tahu tentang anti-doping. Saya harap sanksi itu yang terakhir, kita punya pelajaran yang sangat berharga terhadap anti-doping dan sanksi yang kita terima," ujar Zainudin, November lalu.
Tim Indonesia bisa bernapas lega karena sanksi WADA telah dicabut maka bendera Merah Putih pun bisa kembali berkibar dalam ajang-ajang internasional, termasuk SEA Games di Vietnam.
SEA Games di Vietnam setidaknya mencatatkan satu sejarah penting ketika tim bola basket putra Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya sejak kejuaraan kawasan itu digelar pada 1977 silam. Tim Merah Putih berhasil memutus dominasi Filipina sebagai raja bola basket Asia Tenggara dengan selalu merebut medali emas dalam 13 edisi beruntun SEA Games.
Tentu akan menjadi ironis sekali jika sejarah tersebut tak dibarengi dengan momen sakral pengibaran dan prosesi penghormatan kepada bendera Merah Putih, sebuah prosesi yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh atlet di dunia yang bertanding atas nama negara.
Selanjutnya: Tuan rumah kejuaraan internasional
Tuan rumah kejuaraan internasional
Tahun 2022 juga menandai keseriusan Indonesia untuk menjadi tuan rumah kejuaraan-kejuaraan internasional. KOI dan induk cabang olahraga proaktif membawa ajang internasional agar bisa digelar di Tanah Air terlebih setelah kasus pandemi COVID-19 mulai terkendali.
Beruntung Indonesia juga sudah terbebas dari sanksi WADA pada awal tahun sehingga sejumlah turnamen internasional bisa tetap terlaksana.
Ada beberapa kejuaraan internasional yang digelar di Indonesia sepanjang tahun 2022. Selain turnamen bulu tangkis Indonesia Masters dan Indonesia Open yang memang rutin digelar setiap tahun, Indonesia juga berkesempatan menjadi tuan rumah event olahraga bergengsi lainnya, di antaranya MotoGP Mandalika, Piala Asia FIBA, Kejuaraan Dunia Esports, Kejuaraan Dunia Wushu Junior, Piala Dunia Panjat Tebing, Kejuaraan Karate Series A, dan ASEAN Para Games.
Itu memang menjadi misi Presiden Joko Widodo untuk menjemput sebanyak-banyaknya kejuaraan single event maupun multievent internasional agar dihelat di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan untuk membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi penyelenggara yang baik ajang olahraga internasional.
Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari bahkan dalam berbagai kesempatan juga selalu mengajak seluruh cabang olahraga untuk mendatangkan berbagai kejuaraan bertaraf internasional sebagai bagian upaya untuk lebih mendekatkan Indonesia ke mata dunia.
Menurut Oktohari, dengan banyaknya event-event olahraga bertaraf internasional yang digelar di Tanah Air bakal memantik prestasi olahraga nasional sekaligus memudahkan langkah Indonesia untuk menjadi tuan rumah berbagai penyelenggaraan olahraga dunia, salah satunya termasuk Olimpiade.
Selain mengajak cabang olahraga untuk proaktif, Oktohari juga menyampaikan bahwa KOI selalu berupaya untuk membawa nama Indonesia agar lebih tersohor di mata dunia olahraga internasional, salah satu caranya yaitu dengan berdiplomasi membuka pintu komunikasi ke badan olahraga internasional, seperti Komite Olimpiade Internasional (IOC), Asosiasi Komite Olahraga Nasional Dunia (ANOC), dan federasi internasional tiap cabang olahraga.
"KOI berjanji bekerja ekstra keras, berjuang agar nama Indonesia lebih tersohor dan dikenal lagi di dunia olahraga internasional. Kami memperkuat intensitas komunikasi ke sektor internasional, IOC, ANOC, hingga berdiplomasi untuk membuat pintu komunikasi ke federasi internasional dan NOC negara lain untuk membuka peluang kerja sama," kata Okto, sapaan akrab Raja Sapta, Maret lalu.
Selanjutnya: Menatap 2023
Menatap 2023
Upaya yang dilakukan KOI berbuah positif salah satunya ketika Indonesia ditetapkan menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga pantai dan air dunia, ANOC World Beach Games 2023 di Bali.
Okto mengatakan bahwa ajang tersebut bakal menjadi kejuaraan olahraga terbesar yang akan digelar di Indonesia karena diikuti atlet dari lebih dari 100 negara. Kegiatan tersebut dipercaya menjadi langkah awal bagi Indonesia mendapat kepercayaan dunia.
“Menjadi tuan rumah kegiatan multievent yang diikuti lebih dari 100 negara itu adalah hal yang belum pernah kita miliki sehingga World Beach Games 2023 akan menjadi ajang pembuktian bahwa Indonesia mampu seperti negara-negara lain yang pernah jadi tuan rumah Olimpiade untuk menggelar kejuaraan dunia,” ucap Okto, Kamis (22/12).
Selain World Beach Games yang dijadwalkan berlangsung pada 5-12 Agustus 2023, Indonesia juga akan sibuk dengan menjadi tuan rumah beberapa turnamen single event tahun depan, antara lain turnamen bulu tangkis Indonesia Masters (24-29 Januari), Piala Dunia Menembak ISSF Rifle/Pistol (27 Januari-7 Februari), Balap speed boat dunia F1H2O (24-26 Februari), UCI Track Nations Cup (23-26 Februari), Piala Dunia U-20 (20 Mei-11 Juni), Indonesia Open (13-18 Juni), Piala Dunia FIBA (25 Agustus-10 September), dan MotoGP (13-15 Oktober).
Selain menjadi tuan rumah, tim Indonesia juga akan disibukkan dengan sejumlah multievent tahun depan yaitu SEA Games Kamboja (5-17 Mei), Asian Games Hangzhou (23 September - 8 Oktober), dan Asian Indoor and Martial Art Games di Bangkok & Chonburi (17-26 November).
Dari deretan agenda tersebut, atlet dan cabang olahraga nomor Olimpik diminta fokus untuk mempersiapkan diri menghadapi kejuaraan kualifikasi Olimpiade Paris yang akan dimulai tahun depan.
2022 pun sudah di pengujung tahun. Olahraga Indonesia yang sempat terpukul akibat pandemi COVID-19 mulai menggeliat kembali, bendera Merah Putih sudah bisa berkibar lagi, tribun penonton di stadion yang sempat kosong pun sudah penuh terisi, dengan pertandingan dan kompetisi olahraga yang kembali mengisi hari-hari.
Tantangan 2023—semoga pandemi COVID-19 benar-benar berakhir-- akan tetap sama yaitu meningkatkan prestasi olahraga Indonesia tidak hanya di kawasan, tetapi juga di tingkat dunia. Dan jangan sampai ketika sudah susah payah mendatangkan kejuaraan internasional ke dalam negeri, Indonesia malah gigit jari dan hanya menjadi penonton di rumah sendiri.