Baturaja (ANTARA) - Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia (JBI) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan mendorong masyarakat di OKU Selatan untuk membudidayakan tanaman pinang dan aren karena memiliki nilai jual tinggi.
Pendiri JBI Kabupaten OKU, Hendra Setyawan di Baturaja, Selasa mengatakan, jenis tanaman pinang dan aren ini merupakan peninggalan Prasasti Talang Tuo Bumi Sriwijaya yang memiliki nilai jual tinggi lebih dari tanaman jenis karet dan kelapa sawit.
Menurut dia, ukuran buah pinang asal Kabupaten OKU Selatan berukuran besar, padat dan lebat, sehingga satu pohon dapat menghasilkan 4-5 kilogram (Kg) buah pinang kering.
Sedangkan, untuk aren selain industrinya banyak, tekstur pada tanaman ini sangat bagus dengan hasil panen dapat mencapai 30 liter/per batang yang dapat dihasilkan setiap harinya dengan harga jual Rp2.500/liter.
"Karena komiditas aren dan pinang asal OKU Selatan ini memiliki kualitas yang sangat bagus, bahkan terbaik di dunia sehingga hasil panennya diyakini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat," kata dia.
Hanya saja, Hendra sangat menyayangkan potensi jenis tanaman produktif dan unggul ini tidak dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pertanian dan perkebunan.
Disamping itu, masyarakat juga masih banyak yang belum tahu bahwa nilai jual pinang dan aren ini melebihi komoditas jenis tanaman karet dan kelapa sawit.
Oleh sebab itu, untuk mendorong seluruh petani untuk menanam aren dan pinang JBI gencar melakukan sosialisasi tentang manfaat pinang dan aren sekaligus melakukan pembibitan untuk ditanam bersama masyarakat di daerah itu.
"Di Kabupaten OKU Selatan juga kamu membuat kebun contoh dan balai latihan cara membudidayakan pinang dan aren," ujarnya.
Bahkan, kata Hendra, dalam waktu dekat JBI mengajak pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta BP DAS Musi Sumsel untuk melakukan program sosialisasi dan penanaman pohon dengan kearifan lokal jenis pinang dan aren di lahan kritis yang ada di Kabupaten OKU Selatan.
"Sekaligus dilakukan pembuatan pupuk organik berbasis sumber daya masyarakat seperti dari kotoran ternak dengan pola pertanian yang terintegritas," ujar dia.