"Spencer", mengenal sosok Putri Diana melalui kisah yang lain

id spencer,kristen stewart,putri diana,Resensi film

"Spencer", mengenal sosok  Putri Diana melalui kisah yang lain

"Spencer" (2021). (Twitter/neonrated)

Jakarta (ANTARA) - "Spencer" adalah sebuah film drama fiksi sejarah yang disutradarai oleh Pablo Larrain dan ditulis oleh Steven Knight pada 2021.

Film "Spencer" mengadakan pemutaran perdananya dalam kompetisi di Festival Film Internasional Venesia 2021. Kemudian diputar di festival film di Telluride, Toronto, London, Philadelphia, San Diego dan Zurich.

Film ini berkisah tentang krisis eksistensial Putri Diana (Kristen Stewart) saat Natal karena ingin menceraikan Pangeran Charles (Jack Farthing) dan meninggalkan keluarga kerajaan Inggris.

Pernikahan antara Putri Diana dan Pangeran Charles pada waktu itu, sudah lama menjadi dingin. Meskipun desas-desus perselingkuhan dan perceraian berlimpah, Putri Diana tetap menghadiri perayaan Natal bersama kerajaan.

Film dimulai dengan beberapa kata sederhana di layar, "Ini adalah dongeng berdasarkan tragedi sejati." Mengisyaratkan bahwa cerita diangkat dari kisah nyata sang putri, namun tak sepenuhnya nyata -- terdapat sentuhan fiksi dan drama di dalamnya.
"Spencer" (2021). (Twitter/neonrated)


Dalam pembukaannya, penonton seakan diajak untuk berkeliling, mencari tahu seperti apa dinginnya atmosfer di keluarga kerajaan Inggris menurut visualisasi sutradara Larrain.

Penonton lalu berkenalan dengan Diana yang dengan santai berkelok-kelok di perbukitan terdekat dengan mobilnya. Dia memasuki kafe untuk menanyakan arah, seakan menjadi isyarat secara literal maupun metaforis, bahwa "sang putri tengah tersesat".

Diambil dalam latar musim dingin, membuat nuansa film ini menjadi begitu kelabu, ditambah dengan kegundahan Putri Diana akan hubungannya dengan Pangeran Charles kala itu.

Berpusat di sosok Putri Diana, Kristen Stewart memberikan penampilan yang memukau dan tak terlupakan dalam menggambarkan Princess of Wales. Setiap potret yang ditampilkan begitu sensitif dan eksploratif -- namun juga abstrak dan artistik -- yang bisa dibilang bukanlah substitusi khusus untuk sebuah biopik.

Drama ini digambarkan dengan sangat gamblang. Diana yang dihancurkan oleh tradisi dan pembatasan keluarga kerajaan yang "jahat", hubungannya dengan para pelayannya termasuk Maggie (Sally Hawkins) dan chef Darren (Sean Harris), dengan suami dan keluarga kerajaan, bulimia yang Diana idap, serta penampakan-penampakan dari Anne Boleyn (Amy Manson).

Elemen-elemen ini membuat karakter Diana menjadi begitu sentimentil dan berdimensi, membuat penonton langsung bersimpati kepadanya. Penonton diajak mengarungi lapisan kehidupan sang putri, dari kacamatanya sendiri -- menyelam jauh ke dalam jiwa Diana yang terhuyung-huyung.

"Spencer" bukanlah film satu-satunya tentang Putri Diana. Kita telah melihat banyak cerita Diana dari berbagai film dokumenter, wawancara di televisi, serial drama seperti "The Crown", hingga pentas musikal Broadway.

Namun, sutradara Larrain memiliki sesuatu yang begitu berbeda, sangat intim, dan membawa kita jauh ke dalam isi kepala Diana, terutama ketika ia membuat keputusan untuk menceraikan Charles, namun gagal menyembunyikan kesengsaraannya.

Terlepas dari semua penampilan emosional Stewart dalam menggambarkan kesengsaraan sang putri, terdapat satu adegan yang begitu personal dan sukar untuk dilupakan, bahkan setelah film selesai.

Adegan dimana Diana bersama dua putranya, William (Jack Nielen) dan Harry (Freddie Spry) di malam Natal, adalah salah satu yang terbaik dari film ini. Di adegan ini, audiens dapat mengetahui betapa dekatnya hubungan Diana dan anak-anaknya, bagaimana mereka bermain bersama, bertukar kado -- selayaknya keluarga pada umumnya.

Percakapan ringan antara ibu dan anak ini juga menggugah pikiran dan empati penonton. Menjadi pengingat bahwa Diana -- wanita terhormat pewaris tahta Kerajaan Inggris, juga merupakan seorang manusia -- seperti kita semua -- yang memiliki kerapuhan dan suara untuk didengar.

Selain Stewart, penampilan Sally Hawkins juga mencuri perhatian, terlepas dari porsinya yang tidak terlalu banyak di dalam film.

Dari aspek visual, sutradara Larrain dibantu oleh sinematografer Claire Mathon menyuguhkan deretan imaji yang memanjakan mata. Penonton layaknya dibawa ke negeri dongeng klasik. Terdapat montase gambar dan adegan masa lampau Putri Diana yang begitu cantik sekaligus pedih di hati.

Hal lain yang merupakan "festival" bagi indera pengelihatan audiens adalah serangkaian busana yang dikenakan Diana. Jacqueline Durran perlu diberikan apresiasi dalam akurasi dan perpaduan kostum yang ditampilkan dalam film ini.
Kekuatan visual ini pun diimbangi dengan musik dan score dari komposer Jonny Greenwood. Iringan dari perpaduan orkestra dan jazz begitu megah, intens, dan liar, begitu menghantui perjalanan penonton dalam mengikuti kisah "Spencer".

Secara keseluruhan, "Spencer" adalah film yang begitu puitis, cantik, berani, sekaligus personal bagi penonton. Ada kehangatan tersendiri di tengah dinginnya atmosfer film ini.

Film ini juga menegaskan Kristen Stewart sebagai salah satu aktor paling menawan saat ini, setelah penampilannya di karya-karya sebelumnya seperti di "Personal Shopper" (2016) dan "Still Alice" (2014).

"Spencer" sendiri telah meraup lebih dari 19 juta dolar AS di seluruh dunia dan secara umum mendapat ulasan positif dari para kritikus, dengan penampilan Stewart yang mendapatkan pengakuan luas.

Untuk perannya sebagai Diana, Stewart dinominasikan untuk Academy Award, Golden Globe Award, dan Critics' Choice Movie Award untuk Aktris Terbaik.

"Spencer" dapat ditonton oleh penonton Indonesia melalui platform streaming film KlikFilm.