Investasi di BBK alami puncak performa justru saat pandemi

id investasi,rifan,rifan palembang,bbk ,bbj

Investasi di BBK alami puncak performa justru saat pandemi

Narasumber acara bincang-bincang PT RFB "Outlook Investasi BBK tahun 2021" di Palembang, Rabu (31/3). (ANTARA/Dolly Rosana/21)

Palembang (ANTARA) - Investasi di Bursa Berjangka Komoditi justru mengalami puncak performa di tengah pandemi dengan mencetak volume transaksi hampir 9 juta lot atau menjadi yang tertinggi dalam 17 tahun.

Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang di Palembang, Rabu, mengatakan, terjadinya anomali ini karena masyarakat mulai berpikir bahwa kehidupan tak melulu terkait kesehatan tapi juga kesejahteraan.

“Malahan pada 2021 ini kami menargetkan bisa mencapai 10 juta lot,” kata Stephanus dalam acara bincang-bincang yang diselenggarakan PT Rifan Financindo Berjangka, yang turut dihadiri Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Desperindag Sumatera Selatan Ahmad Mirza dan Pengamat Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) Shelfi Malinda.

Ia mengatakan capaian positif itu tidak mungkin diraih jika perusahaan pialang tidak memiliki teknologi mumpuni dalam mendukung transaksi bersifat digital.

Semakin berkembangnya teknologi dan informasi di setiap bidang usaha, khususnya dalam perdagangan berjangka melalui Bursa Berjangka Jakarta membuat investor semakin nyaman untuk menanamkan modalnya di sektor ini.

“Adanya teknologi ini juga memberikan rasa aman dan nyaman dalam berinvestasi,” kata dia.

Revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan yang sangat pesat, tak terkecuali di dunia investasi sehingga lahirlah produk-produk yang mudah dijangkau, lebih nyaman dan cepat dalam hal transaksi.

Pimpinan Cabang PT Rifan Financindo Berjangka Palembang (RFB Palembang) Eko Budhi Prasetyo mengatakan investor hanya bermodalkan gadget berupa ponsel pintar atau laptop untuk bertransaksi perdagangan berjangka dimana pun dan kapan pun.

“Dulu untuk melakukan trading, setiap nasabah harus melakukan  order ke broker via telepon, namun saat ini untuk trading, nasabah bisa melakukannya sendiri sesuai dengan pertimbangan investasi yang tepat,” terang Eko.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Unsri Shelfi Malinda mengatakan penting bagi masyarakat untuk mempelajari peluang dan resiko sebelum berinvestasi di BBJ.

“Jangan sampai terjebak investasi bodong, jadi pertimbangkan keuntungan dan risikonya,” kata dia.