Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Bank Indonesia dinilai tidak perlu menaikkan suku bunga acuan pada rapat kebijakan Rabu (15/8) karena amunisi "pengetatan moneter" sebaiknya disimpan untuk menghadapi dua kali kenaikan suku bunga Federal Reserve di sisa tahun, kata seorang bankir.
Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko saat berbincang dengan Antara di Jakarta, Selasa, mengatakan tekanan global dari krisis keuangan di Turki yang telah melemahkan nilai rupiah, belum begitu relevan menjadi alasan Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga "7-Day Reverse Repo Rate".
Posisi suku bunga acuan BI saat ini sebesar 5,25 persen yang telah naik 100 basis poin sejak awal tahun, kata Iman, masih cukup memadai. Lebih baik, BI melihat dahulu efek rambatan dari kenaikan suku bunga acuan yang telah dilakukan.
"Tekanan rupiah saat ini hanya karena kepanikan asing yang keluar dari 'emerging market' karena situasi kejatuhan mata uang Lira Turki," ujar dia.
Depresiasi Lira yang begitu dalam dan pertikaian Tukri dengan AS membuat investor asing panik dan melarikan investasi valasnya dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Padahal perlu diingat, kata Iman, Turki bukan negara mitra dagang utama Indonesia sehingga krisis keuangan di Turki tidak akan serta merta langsung berdampak ke Indonesia, meskipun memang tetap perlu diwaspadai terkait dampak dari pelemahan nilai tukarnya.
"Lebih relevan jika kenaikan bunga untuk antisipasi The Fed," ujar Iman.
The Fed kuat diperkirakan konsensus pasar akan menaikkan suku bunga acuannya dua kali lagi pada tahun ini dari level sekarang di 1,75-2 persen.
Ekonom PT. Bank Permata Tbk Joshua Pardede menilai Bank Sentral masih perlu mempertahankan kebijakan untuk meningkatkan ketertarikan asing terhadap aset-aset rupiah. BI dinilai dia masih memiliki ruang kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin di sisa tahun ini.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada Antara pada Senin (14/8) mengatakan BI masih menimbang opsi menaikkan suku bunga acuan di Agustus 2018 ini untuk menstabilkan nilai tukar, di samping upaya intervensi ganda di pasar valas dan Surat Berharga Negara.
Berita Terkait
Pj Gubernur Sumsel hadiri Pengajian Ramadhan bersama BI
Sabtu, 16 Maret 2024 21:58 Wib
BI Sumsel gulirkan Semarak Rupiah Ramadhan
Sabtu, 16 Maret 2024 21:51 Wib
Pemkab OKI harapkan sinergi Bank BSB ikut percepat pertumbuhan daerah
Kamis, 7 Maret 2024 9:21 Wib
Pj Bupati Banyuasin dorong BSB terus berinovasi dalam layanan
Rabu, 6 Maret 2024 20:51 Wib
Bank Sumsel Babel catat laba Rp760,50 miliar pada 2023
Rabu, 6 Maret 2024 18:58 Wib
BRI rombak jajaran direksi dan komisaris
Jumat, 1 Maret 2024 20:24 Wib
BI Sumsel targetkan 28 juta volume QRIS di 2024
Senin, 26 Februari 2024 22:20 Wib
Rupiah turun di tengah sinyal kurang dovish dari bank sentral AS
Senin, 26 Februari 2024 11:54 Wib