Batan rancang pembangunan reaktor daya di Serpong

id batan,reaktor daya eksperimen,Bapeten,Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup,reaktor nuklir,berita sumsel,berita palembang

Batan rancang pembangunan reaktor daya di Serpong

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto (dua dari kiri), Wakil rektor Unsri Hasan Basri (tiga dari kiri) pada konferensi pers Batan di Palembang, Rabu (4/7). (ANTARA News Sumsel/Dolly Rosana/Ang/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) merancang pembangunan reaktor daya eksperimen yang bersifat nonkomersil atau riset di Serpong, Bekasi, untuk pengembangan lahirnya reaktor nuklir buah karya anak bangsa sendiri.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto di Palembang, Rabu, mengatakan, lahirnya reaktor nuklir sendiri ini diharapkan dapat menjadi implemtasi ilmu energi nuklir yang sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak 40 tahun lalu.

"Implementasi pemanfaatan energi nuklir sebenarnya sudah banyak di dalam negeri seperti alat-alat kesehatan di Rumah Sakit, dan teknologi pengembangan varietas bibit pertanian," katanya.

Namun, kata dia, harus diakui bahwa semua itu bukan produk impor dari luar negeri, padahal di dalam negeri memiliki setidaknya 100 orang Doktor yang menguasai bidang ini berkomunitas di Batan.

Oleh karena itu, Batan merancang lahirnya reaktor daya eksperimen (RDE) ini yang nantinya akan menjadi rujukan dalam menilai kemampuan Indonesia dalam melahirkan reaktor daya dengan energi listrik 100-200 Megawatt (MW) yang dapat digunakan oleh kalangan industri.

Dalam program ini, Batan mengandeng sejumlah universitas terkemuka di Tanah Air, yang salah satunya Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang dan kalangan industri seperti PT Pupuk Sriwijaya dan PT Pertamina karena ada pemanfaatan energi listrik dan sekaligus energi uap.

Sejauh ini, program pembangunan RDE ini sudah pada tahapan mendapatkan izin lokasi (tapak) yang diberikan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dari 2018 hingga 2021, yang artinya jika dalam empat tahun ke depan tidak juga dibangun maka izin akan habis.

Ia melanjutkan, Batan saat ini sedang mengurus izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) ke Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).

Sementara untuk desainnya sendiri, Batan sudah menyelesaikan desain dasar, untuk kemudian berlanjut pada desain detail pada tahun ini.

"Harapan kami, pada tahun depan sudah dapat izin dari Bapeten. Tapi menjadi satu catatan juga, karena bagi Bapeten, baru kali pertama mengawasi mengenai izin pembangunan reaktor, meski ini sebatas reaktor riset," kata dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Keselamatan Reaktor Nuklir Geni Sunarnyo mengatakan bahwa untuk membangun reaktor ini tidaklah mudah karena terdapat sejumlah izin yang harus dipenuhi. Namun kedua belah pihak yakni Batan selaku operator dan Bapeten sebagai pengawas terus berkomunikasi terkait ini.

"Perjalanan masih panjang karena setelah izin didapat, masih harus mengurus izin konstruksi. Ada 11 poin yang mesti dipenuhi. Tapi, tentunya hal ini untuk suatu hal yang melemahkan tapi justru menjadi tantangan yakni bagaimana caranya agar Indonesia mampu menghasilkan produk reaktor sendiri, mengoperasionalkannya sendiri, dan satu lagi jika bisa menjualnya ke luar negeri," kata dia.

Sementara itu, Wakil Rektor Unsri Hasan Basri menyambut baik rencana pemerintah membangun RDE ini mengingat demikian masifnya produk negara lain di dalam negeri.

"Kami selaku kalangan akademisi juga tidak ingin riset yang dilakukan hanya sebatas dipublis, tentunya akan lebih baik jika ada implementasi. Sejauh ini, hasil riset kerap terhenti ditahapan desain lantaran ketidakmampuan komponen lokal menyediakannya," ujarnya.

Namun dengan adanya RDE nanti, maka proyek akan tuntas, dalam arti jika ada komponen lokal yang tidak tersedia maka akan diimpor. Ini penting, agar buah karya anak bangsa benar-benar tercipta.

Pengembangan energi nuklir di Tanah Air sejauh ini masih tersendat lantaran kebijakan pemerintah yang belum memprioritaskan meski Indonesia sudah berkomitmen di dunia internasional bahwa pemanfaatan nuklir untuk kebutuhan damai.

Indonesia yang diperkirakan memiliki kandungan uranium cukup banyak yang tersebar di sejumlah wilayah sebenarnya dapat berperan penting dalam pemanfaatan energi nuklir, menurut Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto.