Palembang, (ANTARA Sumsel) - Eskpor karet seperti dari daerah Sumatera hingga memasuki triwulan IV-2015 belum pulih karena negara tujuan utama, Tiongkok, masih mengurangi impor terkait keinginan mendapatkan komoditas yang lebih ramah lingkungan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII (Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung) Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Rabu, mengatakan, harga komoditas karet sulit terdongkrak karena dari Tiongkok sendiri ada upaya menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga hanya 6-7 persen.
"Permintaan trennya terus menurun, jika tidak ada upaya menemukan negara tujuan ekspor baru maka sulit keluar dari situasi ini. Selama ini ekspor karet Indonesia sebagian besar tertuju ke Tiongkok dan India," kata dia.
Sementara di sisi lain, pemulihan ekonomi global diprediksi masih terhambat hingga akhir tahun ini karena sejumlah negara yang berpengaruh pada perekonomian dunia seperti Amerika Serikat dan Tiongkok serta beberapa yang berada di kawasan Eropa masih mengalami perlambatan ekonomi.
Keadaan ini terpantau pada kondisi perekonomian dunia dari Mei hingga Agustus 2015.
"Tiongkok diperkirakan akan terus melambat hingga akhir tahun karena sejak Mei - Agustus masih membukukan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yakni sebesar 7,4 persen," kata dia.
Dari sisi permintaan, pelemahan ekonomi Tiongkok ini tercermin dari ekspor dan investasi aset tetap yang masih lemah.
Begitu pula dari sisi produksi, pelemahan ekonomi Tiongkok terindikasi dari penanaman modal industri manufaktur dan komposit yang menurun kembali akibat penurunan permintaan ekspor.
Akan tetapi, di tengah belum membaiknya perekonomian dunia ini, BI masih memprediksi bisa mencetak pertumbuhan ekonomi 4,8 persen pada triwulan III-2015, atau sedikit lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni 4,67 persen.
Eskpor karet Sumatera masih belum pulih
....Harga komoditas karet sulit terdongkrak karena dari Tiongkok sendiri ada upaya menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga hanya 6-7 persen....