Museum "HoS" pamerkan dokumentasi "Kraton" Surabaya

id hos

Museum "HoS" pamerkan dokumentasi "Kraton" Surabaya

Museum "HOS" (FOTO ANTARA)

Surabaya (ANTARA Sumsel) - Museum "House of Sampoerna" (HoS) memamerkan dokumentasi dari jejak "Kraton Surabaya" dalam bentuk foto sejarah, buku sejarah, perangko Surabaya dari masa ke masa, dan tur ke sejumlah lokasi yang merupakan jejak "Kraton Surabaya" itu sejak 2 Mei hingga 2 Juni.

"Tidak banyak yang tahu bahwa sejarah Surabaya itu berawal dari pertempuran sengit antara pasukan Raden Wijaya dengan tentara Mongol di Hujung Galuh yang dimenangkan pasukan Raden Wijaya pada 31 Mei 1293, sehingga Hujung Galuh berganti menjadi Curabhaya yang berarti keberanian menghadapi bahaya," kata Manajer Museum 'HoS' Rani Anggraini di Surabaya, Kamis.

Ia menjelaskan sejak kepemimpinan Raden Wijaya pada 1293 itu, Surabaya menggunakan sistem pemerintahan kekratonan (kerajaan) hingga akhirnya Surabaya jatuh ke tangan penjajah Belanda pada tahun 1755 yang mengganti pusat pemerintahan dari "kraton" ke "Residence Wooning" yang kini disebut sebagai Gedung Grahadi.

"Jejak 'kraton' itu sulit dilacak, karena tidak ada tetenger atau monumen sejarah yang menandai, tapi berbagai literatur sejarahwan Surabaya dan Belanda memperkirakan 'Kraton Surabaya' itu meliputi kawasan dari Kebonrojo sebagai Taman Kraton, Tugu Pahlawan sebagai alun-alun utara hingga Alun-alun Contong (Baliwerti-Bubutan) sebagai alun-alun selatan," katanya.

Dengan pameran bertajuk "Surabaya Fest" itu, katanya, pihaknya ingin mengembalikan memori warga Surabaya akan nilai-nilai budaya yang masih ada melalui foto peta Surabaya dan buku sejarah "Babad Surabaya" serta koleksi perangko Surabaya di Museum "HoS" untuk merayakan HUT ke-720 Kota Surabaya.

"Kami juga memamerkan sejarah jasa pelayanan pos melalui berbagai koleksi kartu pos, perangko, surat kuno, warkat, wesel, telegram, filateli, dan sebagainya, karena Kebonrojo yang pernah menjadi Taman Kraton kini menjadi Kantor Pos, kemudian sebagian bangunan 'Residence Wooning' (Grahadi) merupakan kantor pos pertama di Surabaya yang dibangun Belanda dengan nama Kantor Pos Simpang pada tahun 1815. Jadi, sejarah Surabaya erat dengan sejarah kantor pos," katanya.

Untuk memperdalam wawasan masyarakat mengenai sejarah Kekratonan Surabaya dan pos Indonesia itu, Surabaya Heritage Track (SHT) mengadakan program tematik tur "Surabaya Insight" pada 2 Mei ¿ 2 Juni  2013 pada hari Selasa ¿ Minggu pukul 15.00-16.30 WIB.

"Di hari Selasa " Kamis (weekdays), trackers diajak mengunjungi Kantor Pos Simpang dan Kantor Pos Kebon Rojo untuk mengetahui sejarah pos Indonesia secara lebih mendalam, sedangkan di hari Jumat "Minggu (weekend), trackers berkesempatan mempelajari sejarah kota Surabaya yang dahulunya menganut sistem pemerintahan kekratonan dengan mengunjungi Kampung Kraton, Balai Kota dan Gedung Cak Durasim yang dahulunya merupakan Istana Kanoman," katanya.

Untuk melengkapinya, Galeri Seni "HoS" menggandeng para mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Desain Grafis Universitas Surabaya (Unesa) untuk menggelar pameran bertajuk "Ludruk Cak!" pada 17 Mei - 9 Juni 2013 yang dikuratori oleh Asysam selaku dosen pembimbing.

"Pameran yang menampilkan 27 karya seni yang terdiri dari 25 karya 2D meliputi seni lukis, grafis, dan fotografi serta dua karya dalam bentuk 3D (instalasi) sebagai hasil visualisasi ludruk oleh 25 peserta mahasiswa Unesa itu bertujuan untuk melestarikan kesenian ludruk yang merupakan salah satu identitas seni pada Kota Surabaya," katanya.

Kesenian Ludruk berawal dari sebuah kesenian teater rakyat yang dipelopori oleh seorang seniman pria bernama Santik yang berasal dari Jombang pada tahun 1907. Di Surabaya, kesenian ini dipopulerkan oleh Cak Durasim pada tahun 1931 dan lebih dikenal dengan sebutan Ludruk, yang berasal dari bahasa Jawa Ngoko 'lodrok' yang berarti lawakan.

Selain itu, ada pula "Surabaya Corner" yang memberi ruang kepada tujuh "clothing line" asal Surabaya untuk berpameran, yakni Sawoong, Roode Brug Soerabaia, Toendjoengan Djawa Timoeran, dan Tuljaenak pada Mei-Juni, kemudian Soerabaia 45, Karepmu, dan Cak Cuk akan hadir di bulan Juni.  

"Kemunculan beberapa merek clothing line dengan keunikan masing-masing namun tetap menonjolkan ciri khas Surabaya itu menunjukkan semangat generasi muda Surabaya untuk lebih memperkenalkan kota Surabaya ke masyarakat luas, misalnya Sawoong yang menghadirkan berbagai produk dengan foto objek bangunan-bangunan lama di kota Surabaya, Roode Brug Soerabaia yang lebih fokus pada peristiwa dan tokoh-tokoh sejarah perjuangan," katanya.