Jakarta (ANTARA) - Pertandingan perempatfinal Euro 2024 antara Jerman dan Spanyol di Stuttgart Arena pada Jumat pukul 23.00 WIB merupakan pertemuan unik yang mempertaruhkan reputasi dua raja Piala Eropa.
Ini bukan saja pertemuan antara tim yang sama-sama tiga kali menjuarai Piala Eropa, tapi juga pertemuan antara dua tim yang hampir selalu menjadi favorit juara dalam turnamen-turnamen besar internasional.
Ini juga pertemuan dua tim paling produktif selama Euro 2024. Spanyol sudah membuat 9 gol, sedangkan Jerman 10 gol. Spanyol sedikit lebih tangguh dalam menjaga gawang dengan hanya sekali kebobolan, sedangkan Jerman dua kali kebobolan.
Kedua tim merupakan dua dari tiga tim Euro 2024 yang memiliki frekuensi serangan tertinggi. Tim lainnya adalah Portugal.
Jerman melancarkan 265 serangan untuk menciptakan 71 peluang yang 28 di antaranya tepat sasaran. Spanyol meluncurkan 256 serangan, tapi sedikit lebih berbahaya karena membuat 84 upaya gol yang 29 di antaranya tepat sasaran.
Mereka tak beda jauh dalam jelajah lapangan, akurasi umpan, jumlah umpan, dan kemampuan mengoptimalkan tekel di daerah pertahanan sehingga sulit ditembus lawan.
Tak heran, kedua tim sangat produktif dan sekaligus liat dalam bertahan. Mereka memiliki peluang sama untuk memenangkan pertandingan ini.
Tapi tim asuhan Luis de la Fuente mungkin terganggu oleh sejarah Euro yang tidak memihak mereka, yakni belum ada tuan rumah Piala Eropa yang terjegal di perempat final.
Pada Euro 1996, Inggris menang adu penalti melawan Spanyol, Belanda mengalahkan Yugoslavia 6-1 pada 2000, Portugal menyingkirkan Inggris pada 2004, dan Prancis mengalahkan Islandia 5-2 pada 2016.
Ini tugas berat Alvaro Morata cs dalam memutus kutukan perempatfinal, apalagi Jerman memiliki tradisi hebat dalam menghirup atmosfer perempat final turnamen utama sepak bola.
Di luar Euro 2024, Jerman sudah 18 kali mencapai perempat final Piala Eropa dan Piala Dunia. Tak ada tim Eropa yang menandinginya.
Dari jumlah itu, Jerman sukses melewati 15 perempat final, yang tiga di antaranya adalah Euro 2008, 2012, dan 2016.
Pertandingan ini juga menjadi pembuktian untuk superioritas semua lini di kedua tim, baik lapangan tengah, lini serang maupun unit pertahanan.
Namun, yang paling menyita perhatian adalah kecemerlangan pemain-pemain lini tengah mereka, khususnya Rodri dan Toni Kroos, yang adalah otak permainan kedua tim yang menggubah ritme permainan timnya tapi merusak rencana permainan lawan.
Kroos memutuskan membela lagi Jerman menjelang kick off Euro 2024 padahal tiga tahun lalu sudah menyatakan pensiun membela timnas Jerman.
Ternyata, keputusan pelatih Julian Nagelsmann, yang juga menyisihkan sejumlah pemain senior untuk digantikan beberapa pemain Bayer Leverkusen, dalam memanggil lagi Kroos, benar. Bahkan ini pemain-pemain pun merasakannya, salah satunya Leroy Sane.
Sane menilai sebelum Kroos masuk skuad, Jerman tampil tak konsisten. Tapi begitu Kroos hadir untuk menjadi jenderal lapangan tengah De Mannschaft, kelemahan Jerman tertutupi.
Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente, juga mengakui krusialnya Kroos bagi Jerman. Dia bahkan berseloroh ingin mengikat kedua kaki Kroos, karena dari pemain inilah visi dan serangan Jerman dimulai.
Ironisnya, de la Fuente juga memiliki jenderal lapangan yang sama hebatnya dengan Kroos, yakni Rodri.
Seperti Kroos, Rodri yang disebut pelatih Manchester City Pep Guardiola sebagai pemain komplit yang ditunjang fisik yang kuat nan ideal, adalah virus positif yang membuat timnya tetap dingin dan tenang kendati tengah tertekan, terutama karena tak kunjung bisa menjebol lawan.
Contohnya adalah saat pemain-pemain Spanyol gugup karena kebobolan lebih dulu dari Georgia pada laga 16 besar.
Rodri yang sebenarnya bukan kapten tim, meminta rekan-rekannya tenang. Dia membuktikan ketenangan itu dengan menyarangkan gol yang menutup keunggulan Georgia hingga meretas kemenangan 4-1 dari tim Eropa timur itu.
Rodri dan Kroos akan saling membuktikan siapa di antara mereka yang mempunyai penciuman tajam dan teknik canggih dalam mengaransemen timnya menggapai kemenangan.
Tak kalah menarik adalah pertarungan dua sayap serang muda nan eksplosif, Jamal Musiala yang berusia 19 tahun dan Yamine Yamal yang berumur 16 tahun.
Musiala tampil cemerlang dengan menciptakan tiga gol dari empat laga Euro 2024, sedangkan Yamal, walau belum mencetak gol, menjadi sensasi Euro edisi ini karena penampilannya yang menawan.
Yamal telah mempersembahkan dua assist guna menjadi remaja ketiga setelah Enzo Scifo pada 1984 dan Cristiano Ronaldo pada 2004 yang membuat lebih dari satu assist dalam Piala Eropa.
Yamal akan terlalu sayang untuk dipinggirkan oleh Luis de la Fuente, jika melihat penampilannya saat melawan Georgia itu.
Untuk itu, de la Fuente mungkin memasang lagi Yamal bersama Nico Williams di sayap kiri dan Alvaro Morata sebagai triumvirat serangan La Roja dalam formasi 4-3-3.
Dani Olmo dan Mikel Merino harus memberikan jalan kepada Pedri untuk menyempurnakan triarki lapangan tengah Spanyol, bersama Rodri dan Fabian Ruiz.
De la Fuente sebenarnya sudah bisa mengaryakan kembali bek tengah Nacho Fernandez yang sembuh dari cedera, tapi sang pelatih tak akan terburu-buru melakukannya sehingga yang tetap dipasang sebagai starter di jantung pertahanan adalah duet Robin Le Normand dan Aymeric Laporte, yang diapit Dani Carvajal di kanan dan Marc Cucurella di kiri.
Sementara itu pelatih Jerman Julian Nagelasmann juga tak banyak mengubah sebelas pemain pertamanya, kecuali memasukkan lagi bek tengah Jonathan Tah yang absen dalam 16 besar karena larangan bermain.
Tah akan berduet dengan Antonio Rudiger untuk mengawal Manuel Neuer, sedangkan Maximilian Mittelstadt atau mungkin David Raum, dan Joshua Kimmich, mengapit mereka di kedua sayap pertahanan Jerman.
Kroos akan kembali bahu membahu menjadi jangkar kembar permainan Jerman bersama Robert Andrich. Andrich lebih berorientasi melapis pertahanan, sedangkan Kroos cenderung membantu serangan.
Nagelsmann juga diperkirakan memasang kembali duet remaja, Florian Wirtz dan Jamal Musiala, di kedua sayap serangan, sedangkan playmaker Ilkay Gundogan berada tepat di tengah sebagai penyerang kedua di belakang ujung tombak Kai Havertz, dalam formasi 4-2-3-1.
Pemenang pertandingan ini akan menghadapi Portugal atau Prancis dalam semifinal 9 Juli mendatang di Allianz Arena, Muenchen.
Ini bukan saja pertemuan antara tim yang sama-sama tiga kali menjuarai Piala Eropa, tapi juga pertemuan antara dua tim yang hampir selalu menjadi favorit juara dalam turnamen-turnamen besar internasional.
Ini juga pertemuan dua tim paling produktif selama Euro 2024. Spanyol sudah membuat 9 gol, sedangkan Jerman 10 gol. Spanyol sedikit lebih tangguh dalam menjaga gawang dengan hanya sekali kebobolan, sedangkan Jerman dua kali kebobolan.
Kedua tim merupakan dua dari tiga tim Euro 2024 yang memiliki frekuensi serangan tertinggi. Tim lainnya adalah Portugal.
Jerman melancarkan 265 serangan untuk menciptakan 71 peluang yang 28 di antaranya tepat sasaran. Spanyol meluncurkan 256 serangan, tapi sedikit lebih berbahaya karena membuat 84 upaya gol yang 29 di antaranya tepat sasaran.
Mereka tak beda jauh dalam jelajah lapangan, akurasi umpan, jumlah umpan, dan kemampuan mengoptimalkan tekel di daerah pertahanan sehingga sulit ditembus lawan.
Tak heran, kedua tim sangat produktif dan sekaligus liat dalam bertahan. Mereka memiliki peluang sama untuk memenangkan pertandingan ini.
Tapi tim asuhan Luis de la Fuente mungkin terganggu oleh sejarah Euro yang tidak memihak mereka, yakni belum ada tuan rumah Piala Eropa yang terjegal di perempat final.
Pada Euro 1996, Inggris menang adu penalti melawan Spanyol, Belanda mengalahkan Yugoslavia 6-1 pada 2000, Portugal menyingkirkan Inggris pada 2004, dan Prancis mengalahkan Islandia 5-2 pada 2016.
Ini tugas berat Alvaro Morata cs dalam memutus kutukan perempatfinal, apalagi Jerman memiliki tradisi hebat dalam menghirup atmosfer perempat final turnamen utama sepak bola.
Di luar Euro 2024, Jerman sudah 18 kali mencapai perempat final Piala Eropa dan Piala Dunia. Tak ada tim Eropa yang menandinginya.
Dari jumlah itu, Jerman sukses melewati 15 perempat final, yang tiga di antaranya adalah Euro 2008, 2012, dan 2016.
Pertandingan ini juga menjadi pembuktian untuk superioritas semua lini di kedua tim, baik lapangan tengah, lini serang maupun unit pertahanan.
Namun, yang paling menyita perhatian adalah kecemerlangan pemain-pemain lini tengah mereka, khususnya Rodri dan Toni Kroos, yang adalah otak permainan kedua tim yang menggubah ritme permainan timnya tapi merusak rencana permainan lawan.
Kroos memutuskan membela lagi Jerman menjelang kick off Euro 2024 padahal tiga tahun lalu sudah menyatakan pensiun membela timnas Jerman.
Ternyata, keputusan pelatih Julian Nagelsmann, yang juga menyisihkan sejumlah pemain senior untuk digantikan beberapa pemain Bayer Leverkusen, dalam memanggil lagi Kroos, benar. Bahkan ini pemain-pemain pun merasakannya, salah satunya Leroy Sane.
Sane menilai sebelum Kroos masuk skuad, Jerman tampil tak konsisten. Tapi begitu Kroos hadir untuk menjadi jenderal lapangan tengah De Mannschaft, kelemahan Jerman tertutupi.
Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente, juga mengakui krusialnya Kroos bagi Jerman. Dia bahkan berseloroh ingin mengikat kedua kaki Kroos, karena dari pemain inilah visi dan serangan Jerman dimulai.
Ironisnya, de la Fuente juga memiliki jenderal lapangan yang sama hebatnya dengan Kroos, yakni Rodri.
Seperti Kroos, Rodri yang disebut pelatih Manchester City Pep Guardiola sebagai pemain komplit yang ditunjang fisik yang kuat nan ideal, adalah virus positif yang membuat timnya tetap dingin dan tenang kendati tengah tertekan, terutama karena tak kunjung bisa menjebol lawan.
Contohnya adalah saat pemain-pemain Spanyol gugup karena kebobolan lebih dulu dari Georgia pada laga 16 besar.
Rodri yang sebenarnya bukan kapten tim, meminta rekan-rekannya tenang. Dia membuktikan ketenangan itu dengan menyarangkan gol yang menutup keunggulan Georgia hingga meretas kemenangan 4-1 dari tim Eropa timur itu.
Rodri dan Kroos akan saling membuktikan siapa di antara mereka yang mempunyai penciuman tajam dan teknik canggih dalam mengaransemen timnya menggapai kemenangan.
Tak kalah menarik adalah pertarungan dua sayap serang muda nan eksplosif, Jamal Musiala yang berusia 19 tahun dan Yamine Yamal yang berumur 16 tahun.
Musiala tampil cemerlang dengan menciptakan tiga gol dari empat laga Euro 2024, sedangkan Yamal, walau belum mencetak gol, menjadi sensasi Euro edisi ini karena penampilannya yang menawan.
Yamal telah mempersembahkan dua assist guna menjadi remaja ketiga setelah Enzo Scifo pada 1984 dan Cristiano Ronaldo pada 2004 yang membuat lebih dari satu assist dalam Piala Eropa.
Yamal akan terlalu sayang untuk dipinggirkan oleh Luis de la Fuente, jika melihat penampilannya saat melawan Georgia itu.
Untuk itu, de la Fuente mungkin memasang lagi Yamal bersama Nico Williams di sayap kiri dan Alvaro Morata sebagai triumvirat serangan La Roja dalam formasi 4-3-3.
Dani Olmo dan Mikel Merino harus memberikan jalan kepada Pedri untuk menyempurnakan triarki lapangan tengah Spanyol, bersama Rodri dan Fabian Ruiz.
De la Fuente sebenarnya sudah bisa mengaryakan kembali bek tengah Nacho Fernandez yang sembuh dari cedera, tapi sang pelatih tak akan terburu-buru melakukannya sehingga yang tetap dipasang sebagai starter di jantung pertahanan adalah duet Robin Le Normand dan Aymeric Laporte, yang diapit Dani Carvajal di kanan dan Marc Cucurella di kiri.
Sementara itu pelatih Jerman Julian Nagelasmann juga tak banyak mengubah sebelas pemain pertamanya, kecuali memasukkan lagi bek tengah Jonathan Tah yang absen dalam 16 besar karena larangan bermain.
Tah akan berduet dengan Antonio Rudiger untuk mengawal Manuel Neuer, sedangkan Maximilian Mittelstadt atau mungkin David Raum, dan Joshua Kimmich, mengapit mereka di kedua sayap pertahanan Jerman.
Kroos akan kembali bahu membahu menjadi jangkar kembar permainan Jerman bersama Robert Andrich. Andrich lebih berorientasi melapis pertahanan, sedangkan Kroos cenderung membantu serangan.
Nagelsmann juga diperkirakan memasang kembali duet remaja, Florian Wirtz dan Jamal Musiala, di kedua sayap serangan, sedangkan playmaker Ilkay Gundogan berada tepat di tengah sebagai penyerang kedua di belakang ujung tombak Kai Havertz, dalam formasi 4-2-3-1.
Pemenang pertandingan ini akan menghadapi Portugal atau Prancis dalam semifinal 9 Juli mendatang di Allianz Arena, Muenchen.