Ankara (ANTARA) - Para dokter yang bekerja di Gaza yang terkepung pada Senin (4/12) melaporkan penyebaran yang cepat dari beberapa penyakit menular di wilayah itu akibat kepadatan penduduk yang disebabkan oleh warga sipil yang mengungsi akibat serangan Israel.
Dokter-dokter yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis, Gaza selatan mengatakan kepada situs media Inggris The Independent bahwa kurangnya vaksin penting bagi bayi baru lahir mempercepat penyebaran penyakit di rumah sakit.
Selain penyakit menular, mereka harus berjibaku menangani korban luka dan tewas akibat serangan intensif Israel.
Dokter Asem Mohammed mengatakan kepadatan yang berlebihan menciptakan kondisi yang mempermudah penyebaran penyakit menular, dan kurangnya peralatan medis serta terbatasnya akses terhadap air bersih semakin memperburuk situasi.
Dia mengatakan sekitar rumah sakit dipenuhi dengan "penyakit menular seperti infeksi jamur, infeksi kulit, pneumonia, dan masalah epidemiologi."
Dokter lainnya Yousef Adnan mengatakan bahwa akibat terbatasnya akses terhadap air bersih, mereka merawat ribuan orang yang menderita diare setiap hari, dan menyebut situasi saat ini di rumah sakit “bencana.”
Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui media sosialnya menggarisbawahi keadaan mengerikan akibat konflik yang sedang berlangsung dan pemboman besar-besaran di Gaza.
"Kemarin tim kami mengunjungi Rumah Sakit Nassar di (Gaza) selatan. Tempat itu dipadati 1.000 pasien, tiga kali lipat dari kapasitasnya. Tidak terkira orang-orang yang mencari perlindungan, mengisi setiap sudut rumah sakit," tulis Ghebreyesus.
"Pasien mendapat tindakan di lantai, menjerit kesakitan. Keadaan ini sangat tidak memadai, tidak terbayangkan terjadi pada penyediaan layanan kesehatan. Saya tidak dapat menemukan kata-kata yang cukup kuat untuk mengungkapkan keprihatinan kami atas apa yang kami saksikan,” lanjutnya.
Untuk itu dia mendesak agar diberlakukan kembali gencatan senjata sekarang juga.
Sumber: Anadolu
Dokter-dokter yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis, Gaza selatan mengatakan kepada situs media Inggris The Independent bahwa kurangnya vaksin penting bagi bayi baru lahir mempercepat penyebaran penyakit di rumah sakit.
Selain penyakit menular, mereka harus berjibaku menangani korban luka dan tewas akibat serangan intensif Israel.
Dokter Asem Mohammed mengatakan kepadatan yang berlebihan menciptakan kondisi yang mempermudah penyebaran penyakit menular, dan kurangnya peralatan medis serta terbatasnya akses terhadap air bersih semakin memperburuk situasi.
Dia mengatakan sekitar rumah sakit dipenuhi dengan "penyakit menular seperti infeksi jamur, infeksi kulit, pneumonia, dan masalah epidemiologi."
Dokter lainnya Yousef Adnan mengatakan bahwa akibat terbatasnya akses terhadap air bersih, mereka merawat ribuan orang yang menderita diare setiap hari, dan menyebut situasi saat ini di rumah sakit “bencana.”
Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui media sosialnya menggarisbawahi keadaan mengerikan akibat konflik yang sedang berlangsung dan pemboman besar-besaran di Gaza.
"Kemarin tim kami mengunjungi Rumah Sakit Nassar di (Gaza) selatan. Tempat itu dipadati 1.000 pasien, tiga kali lipat dari kapasitasnya. Tidak terkira orang-orang yang mencari perlindungan, mengisi setiap sudut rumah sakit," tulis Ghebreyesus.
"Pasien mendapat tindakan di lantai, menjerit kesakitan. Keadaan ini sangat tidak memadai, tidak terbayangkan terjadi pada penyediaan layanan kesehatan. Saya tidak dapat menemukan kata-kata yang cukup kuat untuk mengungkapkan keprihatinan kami atas apa yang kami saksikan,” lanjutnya.
Untuk itu dia mendesak agar diberlakukan kembali gencatan senjata sekarang juga.
Sumber: Anadolu