Jakarta (ANTARA) -
PT PLN (Persero) mengembangkan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia menyusul diresmikannya 21 unit Green Hydrogen Plant yang tersebar di Indonesia pada Senin (20/11).
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo mengatakan, dalam rangka transisi energi, strategi utama yang ingin dijalankan pemerintah adalah dengan mengurangi energi berbasis impor menjadi energi domestik.
“Memang untuk sektor transportasi ada dua opsi, pertama adalah penggunaan mobil listrik yang berbasis baterai (BEV) dan mobil listrik yang berbasis hidrogen (FCEV),” kata Hartanto di Jakarta, Kamis.
“Memang untuk sektor transportasi ada dua opsi, pertama adalah penggunaan mobil listrik yang berbasis baterai (BEV) dan mobil listrik yang berbasis hidrogen (FCEV),” kata Hartanto di Jakarta, Kamis.
Adapun strategi tersebut diterapkan melalui peralihan dari penggunaan energi fosil ke energi yang bersih dan ramah lingkungan, seperti listrik dan hidrogen hijau terutama pada sektor transportasi.
Hartanto mengakui bahwa dalam upaya tersebut dibutuhkan strategi yang multilateral. Karena eksekusinya harus didasarkan pada teknikal dan commercial visibility yang tepat.
“Kita harus melakukan transisi energi, kita harus melakukan dekarbonisasi. Kementerian ESDM akan berkolaborasi bersama dengan PLN bagaimana menterjemahkan komitmen strategis ini berjalan efektif di lapangan,” tambahnya.
Direktur Utama PLN Indonesia Power (PLN IP) Edwin Nugraha Putra memaparkan bahwa diresmikannya 21 unit GHP akan menambah kapasitas excess produksinya yang digunakan untuk HRS pertama di Indonesia.
Edwin menjelaskan, produk GHP nantinya disimpan di dalam tabung bertekanan 156 bar kemudian dikirimkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Senayan menggunakan truk hidrogen sebagai pasokan utama pada HRS.
“Ke depan GHP yang ada ini akan kami kembangkan di pembangkit-pembangkit kami, khususnya yang sejenis, sehingga produksinya bisa semakin besar dan menambah hydrogen refueling station di sejumlah daerah,” ucap Edwin.
Periset Ahli Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eniya Listiani Dewi mengatakan ekosistem pengembangan hidrogen hijau di tanah air harus segera dibentuk. Dia menilai potensinya sangat besar karena juga berpeluang masuk pada rantai pasok hidrogen dunia.
“PLN sudah punya banyak lokasi (GHP) dan kemitraannya juga sudah terbangun. Kita bisa membuat (hydrogen refueling station) dari Jakarta sampai ke arah Patimban, karena di sana ada greenport dan potensi ini bisa menghadirkan hydrogen highway,” ungkapnya.
Eniya juga secara khusus mengapresiasi langkah PLN yang akan membangun HRS pertama untuk kebutuhan transportasi. Upaya strategis itu dinilai memiliki potensi besar untuk menarik masyarakat semakin terlibat dalam peralihan ke energi ramah lingkungan.
“Ke depan hidrogen untuk transportasi ini kalau di tahun 2060 permintaannya itu tertinggi, bukan hanya di industri. Transportasi itu 10 kali lebih banyak demand-nya,” imbuh Eniya.