Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia DR Dr Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan pasien cacar air boleh mandi tetapi syaratnya tidak mengalami demam.
"Saat demam kalau dimandikan tidak nyaman, karena ada periode akan menjadi dingin setelah mandi," kata dia dalam seminar media dengan topik “Cacar Air Pada Anak” yang digelar daring, Selasa.
Selain itu, pasien dengan kondisi demam dimandikan nantinya dikhawatirkan justru meningkatkan suhunya sehingga sekali lagi dokter tak menyarankan pasien mandi bila demam.
"Begitu dingin dibaca oleh tubuh ini ternyata suhu kurang tinggi, tubuh akan bikin lagi demam lebih tinggi," tutur Anggraini.
Tetapi, apabila pasien tidak demam, maka dia boleh mandi namun dipastikan jangan sampai pecah cacar airnya karena bisa berisiko memunculkan infeksi.
Kulit sebenarnya berisi kuman dan mandi membantu menghindari bakteri atau kuman-kuman itu menginfeksi cacar air yang pecah dan akhirnya menyebabkan scar atau bopeng. Di sisi lain, mandi bisa membuat nyaman pasien.
"Mandinya, jangan digosok-gosok, karena kalau pecah justru di sanalah tempat kuman masuk, karena kulit kita adalah bentengnya kuman. Kalau kita gosok, rusak kulitnya kuman masuk semua," jelas Anggraini.
Saat mandi, pasien boleh menggunakan sabun, kemudian perhatikan saat mengeringkan tubuh agar tidak menggosok terlalu kuat.
Kemudian, mereka bisa mengoleskan losion atau bedak cair usai mandi karena membantu kulit nyaman sekaligus mengurangi kemungkinan cacar mudah pecah apabila tergosok.
Cacar air disebabkan virus Varicella zoozter dan biasanya ditularkan melalui pernapasan dan kontak langsung dengan lesi orang yang terinfeksi.
Gejala pasien cacar air antara lain demam, nafsu makan berkurang dan mual. Mereka juga umumnya memiliki ruam merah kecil di beberapa bagian tubuhnya dan gatal. Ruam ini muncul 10 hingga 21 hari setelah terpapar virus dan biasanya berlangsung sekitar lima hingga 10 hari.
Untuk pengobatan, dokter biasanya meresepkan obat untuk mengurangi keparahan cacar air.
"Saat demam kalau dimandikan tidak nyaman, karena ada periode akan menjadi dingin setelah mandi," kata dia dalam seminar media dengan topik “Cacar Air Pada Anak” yang digelar daring, Selasa.
Selain itu, pasien dengan kondisi demam dimandikan nantinya dikhawatirkan justru meningkatkan suhunya sehingga sekali lagi dokter tak menyarankan pasien mandi bila demam.
"Begitu dingin dibaca oleh tubuh ini ternyata suhu kurang tinggi, tubuh akan bikin lagi demam lebih tinggi," tutur Anggraini.
Tetapi, apabila pasien tidak demam, maka dia boleh mandi namun dipastikan jangan sampai pecah cacar airnya karena bisa berisiko memunculkan infeksi.
Kulit sebenarnya berisi kuman dan mandi membantu menghindari bakteri atau kuman-kuman itu menginfeksi cacar air yang pecah dan akhirnya menyebabkan scar atau bopeng. Di sisi lain, mandi bisa membuat nyaman pasien.
"Mandinya, jangan digosok-gosok, karena kalau pecah justru di sanalah tempat kuman masuk, karena kulit kita adalah bentengnya kuman. Kalau kita gosok, rusak kulitnya kuman masuk semua," jelas Anggraini.
Saat mandi, pasien boleh menggunakan sabun, kemudian perhatikan saat mengeringkan tubuh agar tidak menggosok terlalu kuat.
Kemudian, mereka bisa mengoleskan losion atau bedak cair usai mandi karena membantu kulit nyaman sekaligus mengurangi kemungkinan cacar mudah pecah apabila tergosok.
Cacar air disebabkan virus Varicella zoozter dan biasanya ditularkan melalui pernapasan dan kontak langsung dengan lesi orang yang terinfeksi.
Gejala pasien cacar air antara lain demam, nafsu makan berkurang dan mual. Mereka juga umumnya memiliki ruam merah kecil di beberapa bagian tubuhnya dan gatal. Ruam ini muncul 10 hingga 21 hari setelah terpapar virus dan biasanya berlangsung sekitar lima hingga 10 hari.
Untuk pengobatan, dokter biasanya meresepkan obat untuk mengurangi keparahan cacar air.