Palembang (ANTARA) - Hasil penelitian CORE Indonesia mengungkapkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kini lebih banyak menggunakan uang elektronik dibandingkan kartu debit.
Peneliti CORE Indonesia Muhammad Faisal mengatakan berdasarkan hasil studinya pada 2021 bahwa penggunaan uang elektronik (e-money) UMKM itu tertinggi di Jawa, kemudian disusul Sumatera, Sulawesi dan Bali.
“Dari 2.000 responden, terdapat 73 persen pelaku UMKM yang pakai uang elektronik, 12 persen pakai kartu debit,” kata dia pada acara webinar Festival Ekonomi Keuangan Digital Sumatera Selatan “Digital Kito Galo” yang diselenggara BI Provinsi Sumatera Selatan, Selasa.
Dari sisi persentase, ia mengungkapkan, memang Jawa yang terbanyak tapi dari sisi pesatnya perkembangan justru Sumatera menjadi urutan pertama.
Baca juga: Uang elektronik bantu UMKM selama pandemi COVID-19
Berdasarkan hasil riset ini maka semakin diyakini bahwa transformasi digital menjadi keniscayaan, bahkan tak hanya di perkotaan tapi juga hingga pedesaan.
Oleh karena transformasi digital di pemerintahan daerah juga menjadi keharusan karena dari sisi suplai, pemerintah membutuhkan peningkatan efisiensi pelayanan publik, termasuk mengakselerasi pendapatan pemerintah.
“Semakin lama diyakini juga bahwa bakal ada peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa. Digitalisasi ini dianggap sebagai solusi, agar proses menjadi lebih baik,” kata dia.
Tak dapat dipungkiri digitalisasi pemerintahan daerah itu juga untuk memenuhi harapan masyarakat yang menginginkan layanan yang mudah dan efisien.
“Saat ini biaya teknologi digital semakin murah, canggih dan friendly sehingga digitalisasi ini dipastikan akan semakin pesat ke depan,” kata.
Baca juga: Uang elektronik Brizzi jadi alat pembayaran BBM bersubsidi
Hal ini juga ditopang oleh adanya perkembangan big data, pesatnya e-commerce yang tumbuh 24 persen selama 2020-2025 dan peningkatan transaksi nontunai.
Saat ini dari total 200 juta jiwa pengguna internet atau mendekati jumlah jumlah penduduk Indonesia, ia memperkirakan angka ini akan berubah menjadi 240 juta pengguna pada tahun 2025.
“Inilah ruang bagi kita untuk mengembangkan sektor UMKM, bagaimana semakin mendekatkan mereka pada sistem pembayaran digital,” kata dia.
Namun untuk mendorong pelaku UMKM ini bukan perkara mudah karena hanya 21 persen yang sejauh ini memanfaatkan digital di Tanah Air.
Selain itu indeks literasi digital para pelaku UMKM hingga kini masih dalam skala ‘sedang’.
Kondisi ini disebabkan juga kurangnya talenta digital di kalangan pelaku UMKM, kata dia.
Baca juga: BNI catat layanan digital dimanfaatkan 22,6 juta warga
Peneliti CORE Indonesia Muhammad Faisal mengatakan berdasarkan hasil studinya pada 2021 bahwa penggunaan uang elektronik (e-money) UMKM itu tertinggi di Jawa, kemudian disusul Sumatera, Sulawesi dan Bali.
“Dari 2.000 responden, terdapat 73 persen pelaku UMKM yang pakai uang elektronik, 12 persen pakai kartu debit,” kata dia pada acara webinar Festival Ekonomi Keuangan Digital Sumatera Selatan “Digital Kito Galo” yang diselenggara BI Provinsi Sumatera Selatan, Selasa.
Dari sisi persentase, ia mengungkapkan, memang Jawa yang terbanyak tapi dari sisi pesatnya perkembangan justru Sumatera menjadi urutan pertama.
Baca juga: Uang elektronik bantu UMKM selama pandemi COVID-19
Berdasarkan hasil riset ini maka semakin diyakini bahwa transformasi digital menjadi keniscayaan, bahkan tak hanya di perkotaan tapi juga hingga pedesaan.
Oleh karena transformasi digital di pemerintahan daerah juga menjadi keharusan karena dari sisi suplai, pemerintah membutuhkan peningkatan efisiensi pelayanan publik, termasuk mengakselerasi pendapatan pemerintah.
“Semakin lama diyakini juga bahwa bakal ada peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa. Digitalisasi ini dianggap sebagai solusi, agar proses menjadi lebih baik,” kata dia.
Tak dapat dipungkiri digitalisasi pemerintahan daerah itu juga untuk memenuhi harapan masyarakat yang menginginkan layanan yang mudah dan efisien.
“Saat ini biaya teknologi digital semakin murah, canggih dan friendly sehingga digitalisasi ini dipastikan akan semakin pesat ke depan,” kata.
Baca juga: Uang elektronik Brizzi jadi alat pembayaran BBM bersubsidi
Hal ini juga ditopang oleh adanya perkembangan big data, pesatnya e-commerce yang tumbuh 24 persen selama 2020-2025 dan peningkatan transaksi nontunai.
Saat ini dari total 200 juta jiwa pengguna internet atau mendekati jumlah jumlah penduduk Indonesia, ia memperkirakan angka ini akan berubah menjadi 240 juta pengguna pada tahun 2025.
“Inilah ruang bagi kita untuk mengembangkan sektor UMKM, bagaimana semakin mendekatkan mereka pada sistem pembayaran digital,” kata dia.
Namun untuk mendorong pelaku UMKM ini bukan perkara mudah karena hanya 21 persen yang sejauh ini memanfaatkan digital di Tanah Air.
Selain itu indeks literasi digital para pelaku UMKM hingga kini masih dalam skala ‘sedang’.
Kondisi ini disebabkan juga kurangnya talenta digital di kalangan pelaku UMKM, kata dia.
Baca juga: BNI catat layanan digital dimanfaatkan 22,6 juta warga