Palembang (ANTARA) - Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sumatera Selatan terus membaik dengan mencapai indeks 114,79 pada Februari 2022 atau meningkat 0,30 poin dibandingkan Januari 2022 karena terkerek kenaikan harga komoditas kelapa sawit, kopi dan karet.

Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Sumsel Sukerik di Palembang, Rabu, mengatakan, indeks NTP Sumsel dalam kisaran positif ini karena adanya andil dari subsektor tanaman perkebunan rakyat.

“NTP tanaman perkebunan rakyat mencapai 124,24 atau meningkat 0,45 poin dibandingkan bulan sebelumnya,” kata dia.

Dengan NTP di atas indeks 100, artinya petani perkebunan perkebunan Sumsel mendapatkan keuntungan.

Kondisi ini berbeda dengan NTP tanaman pangan yang justru mengalami penurunan 0,18 indeks pada Februari 2022 sehingga indeks yang tercatat menjadi 89,17.

Hal ini dipengaruhi oleh penurunan harga jagung 0,20 persen dan ketela pohon 0,3 persen, sementara padi (gabah) mengalami kenaikan 0,14 persen.

Subsektor yang juga mengalami penurunan yakni NTP dari peternakan yakni turun 1,49 poin pada Februari 2022 jika dibandingkan Januari 2022 sehingga menjadi 103. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan harga ternak unggas.

“Walau turun, tapi peternak unggas masih mendapatkan untung karena kisaran indeks di angka 103,” kata dia.

Berbeda dengan NTP hortikultura, meski mengalami kenaikan 0,77 poin tapi petani dipastikan biaya yang dikeluarkan petani belum sebanding dengan pendapatan karena indeksnya mencapai 89,65 pada Februari.

Kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas sayuran, sementara di sisi lain harga buah-buahan seperti alpukat, semangka dan rambutan justru mengalami penurunan.

Nilai tukar yang cukup baik juga diterima oleh sektor perikanan, yang mana tercatat indeksnya 104,81 pada Februari 2022 atau meningkat 1,10 dibandingkan Januari 2022.

Peningkatan NTP sektor perikanan ini terjadi karena nilai tukar nelayan perikanan tangkap dan budidaya juga meningkat.

Aditya Wibihafsoro, petani sawit di Desa Sidomulyo Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumsel, mengatakan saat ini harga sawit di tingkat pengepul mencapai Rp3.000 per kilogram.

Tingginya harga sawit ini sudah terjadi sejak akhir tahun 2021 setelah sempat anjlok di kisaran rendah Rp800 per kilogram pada 2018.

"Sebagian besar petani lebih suka menjual ke pengepul dibandingkan ke pabrik pengolahan CPO karena ingin mendapatkan pelunasan pembayaran," kata dia.

Sementara itu jika ke pabrik, pembayaran diatur berdasarkan termin yakni tiap dua pekan atau tiap empat pekan. Selain itu, jika menjual ke pabrik maka akan menambah biaya transportasi sekitar Rp250 per kilogram karena petani harus mengantarkan sendiri.

 

Pewarta : Dolly Rosana
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024