Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA) - Kalangan perajin gula aren di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan peredaran gula aren yang diduga telah dioplos dengan gula pasir di wilayah itu.
"Masalahnya, saat ini beredar gula aren oplosan, gula aren yang dioplos dengan gula pasir sehingga harga jual gula aren yang asli merosot dan paling tinggi Rp15 ribu per kilogram," kata Fendi (49) perajin gula aren yang ada di Kelurahan Talang Rimbo Lama, Kecamatan Curup Tengah, Selasa (15/2).
Sejak beredarnya gula oplosan ini, kata dia, merugikan para perajin gula aren yang sejak lama menekuni usaha tersebut. Produk gula aren asli kalah bersaing lantaran harganya lebih murah daripada gula aren yang asli.
"Bedanya, kalau gula aren yang asli, warnanya agak hitam dan teksturnya tidak keras. Kalau gula aren yang sudah dioplos dengan gula pasir, teksturnya keras dan tidak mudah pecah. Kalau dibuat cuka empek-empek, cepat basi dan asam," terangnya.
Hal yang sama juga diutarakan Eko (52), perajin gula aren di Desa Belitar Seberang, Kecamatan Sindang Kelingi.
Eko berharap pihak terkait dapat melakukan penertiban peredaran gula aren oplosan ini karena merugikan perajin gula aren di Kabupaten Rejang Lebong.
Dalam satu kuali besar, kata dia, berisi 90 sampai 100 liter air nira. Setelah dimasak selama 5 jam, hasilnya sekitar 18—19 kg gula aren asli.
"Adapun gula aren yang sudah dioplos dengan air nira sebanyak itu, bisa menjadi 100 kg gula aren oplosan," katanya menjelaskan.
Dengan produksi sebanyak itu, lanjut dia, oknum perajin nakal ini bisa menjual gula aren oplosan di bawah harga jual gula aren asli.
Akibat peredaran gula oplosan sejak beberapa tahun belakangan ini, menurut Eko, membuat pendapatan mereka menurun karena harga jualnya tidak pernah naik, malah cenderung mengalami penurunan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Rejang Lebong Zulkarnain mengaku sudah mendengar keluhan dari petani aren.
Ia berharap pihak terkait bisa menindaklanjutinya sehingga tidak merusak nama baik komoditas andalan Kabupaten Rejang Lebong itu.
"Kalau kami di posisi hulunya. Meski bukan tupoksi kami, tetap dipantau," kata Zulkarnain.
"Masalahnya, saat ini beredar gula aren oplosan, gula aren yang dioplos dengan gula pasir sehingga harga jual gula aren yang asli merosot dan paling tinggi Rp15 ribu per kilogram," kata Fendi (49) perajin gula aren yang ada di Kelurahan Talang Rimbo Lama, Kecamatan Curup Tengah, Selasa (15/2).
Sejak beredarnya gula oplosan ini, kata dia, merugikan para perajin gula aren yang sejak lama menekuni usaha tersebut. Produk gula aren asli kalah bersaing lantaran harganya lebih murah daripada gula aren yang asli.
"Bedanya, kalau gula aren yang asli, warnanya agak hitam dan teksturnya tidak keras. Kalau gula aren yang sudah dioplos dengan gula pasir, teksturnya keras dan tidak mudah pecah. Kalau dibuat cuka empek-empek, cepat basi dan asam," terangnya.
Hal yang sama juga diutarakan Eko (52), perajin gula aren di Desa Belitar Seberang, Kecamatan Sindang Kelingi.
Eko berharap pihak terkait dapat melakukan penertiban peredaran gula aren oplosan ini karena merugikan perajin gula aren di Kabupaten Rejang Lebong.
Dalam satu kuali besar, kata dia, berisi 90 sampai 100 liter air nira. Setelah dimasak selama 5 jam, hasilnya sekitar 18—19 kg gula aren asli.
"Adapun gula aren yang sudah dioplos dengan air nira sebanyak itu, bisa menjadi 100 kg gula aren oplosan," katanya menjelaskan.
Dengan produksi sebanyak itu, lanjut dia, oknum perajin nakal ini bisa menjual gula aren oplosan di bawah harga jual gula aren asli.
Akibat peredaran gula oplosan sejak beberapa tahun belakangan ini, menurut Eko, membuat pendapatan mereka menurun karena harga jualnya tidak pernah naik, malah cenderung mengalami penurunan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Rejang Lebong Zulkarnain mengaku sudah mendengar keluhan dari petani aren.
Ia berharap pihak terkait bisa menindaklanjutinya sehingga tidak merusak nama baik komoditas andalan Kabupaten Rejang Lebong itu.
"Kalau kami di posisi hulunya. Meski bukan tupoksi kami, tetap dipantau," kata Zulkarnain.